Mohon tunggu...
Ruhi Adilah
Ruhi Adilah Mohon Tunggu... Desainer - Hallo!! Selamat datang di halaman Kompasiana ku.

Jika aku tak bisa berkata, maka izinkanlah aku untuk menulis Temukan saya di Instagram @ruhifna__

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ingatlah 4 Huruf Ini "Bsrt" (Bersyukur, Semangat, Rendah Hati dan Tersenyum)

24 September 2017   20:29 Diperbarui: 24 September 2017   20:46 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat saya kelas 3 MA semester akhir, saya berkeinginan untuk kuliah di UNESA jurusan tata busana, namun orang tua tidak menyutujui karena biayanya untuk kuliah jurusan tata busana itu mahal dan untuk menjadi seorang penjahit internasional itu tidak harus kuliah jurusan itu tapi bisa dipelajari secara autodidact. 

Orang tua saya menginginkan saya untuk mengambil jurusan yang setara dengan jurusan saya di MA. Tapi saya tidak putus asa untuk berusaha mendapatkan apa yang saya inginkan. Akhirnya saya mencoba menghafalkan ayat demi ayat Al-Qur'an, bukan hanya karena saya ingin menjadi hafidzah saja, tapi saya juga ingin mendapatkan beasiswa agar saya bisa kuliah di UNESA.

Namun setelah lulus sekolah tahun 2016, Allah berkehendak lain. Allah mengubah fikiran saya untuk tidak mengambil jurusan tata busana karena bagi saya pilihan orang tua itulah yang terbaik. Akhirnya pada tahun 2016 saya mencoba mendaftar UMPTKIN dan pilihan pertama saya adalah jurusan Akhwal Asy-Syakhsiyah di UINSA, pilihan kedua MPI di UINSA.

Dan pada saat waktu untuk tes tiba, dengan semangat yang tinggi saya bersiap-siap untuk berangkat tes, namun Allah menguji kesabaran saya, sepeda saya tiba-tiba mogok dan kena macet dijalan hingga saya telat masuk tes dan sudah pasti nama saya di coret. Tapi saya bersyukur karena Allah masih sayang sama saya dengan mengasih ujian ini ke saya.

Kemudian saya mencoba jalur mandiri. Namun disini saya di kasih ujian lagi sama Allah dengan menghilangkan ingatanku sementara (lupa) kalau ada tes lisan dan saya tidak mengikutinya. Dengan rasa kecewa dan sedih saya menceritakan semuanya kepada orang tua saya, dan orang tua saya memutuskan untuk mendaftarkan saya di LIPIA jurusan PBA (pendidikan bahasa arab) pada tahun berikutnya. Awalnya saya tidak bisa menerima keputusan orang tua saya, karena saya belum mampu dan belum siap belajar bahasa arab. Apalagi di LIPIA itu 7 tahun, itu yang membuat saya semakin tidak menginginkan itu semua. Namun saya pasrah demi menuruti keputusan orang tua karena saya ingin melihat orang tua saya bahagia.

Waktu terus berjalan, hingga saya merasa bosan dirumah tanpa ada suatu kegiatan, hanya organisasi di desa yang membuat saya merasa punya kesibukan. Akhirnya saya memutuskan untuk bekerja di sebuah supermarket untuk mengisi hari-hari saya selama 6 bulan. Bukan hanya menjaga supermarket yang saya kerjakan tapi saya juga mencoba untuk menghennai tangan jika ada orang yang menikah, awalnya saya hanya dapat bayaran 20.000 saat menghennai tangan, namun itu tidak membuat semangat saya berkurang. Lama kelamaan saya akhirnya mendapat bayaran 150.000 per pengantin. Saya bersyukur Allah mengasih rezeki yang lebih buat saya. Dan tidak hanya itu saja, saya juga mampu membuat mahar jika ada orang yang memesan dan saya juga mampu merangkai dan menghias hantaran.

4 bulan berlalu, namun Allah tak henti-hentinya memberi rezeki kepada saya. Saya di minta kepala sekolah RA YKUI BABAKSARI untuk menjadi guru sementara disana. Namun saya menolak untuk menjadi guru RA, bukan karena tidak ingin menjadi guru. Tapi karena saya merasa belum mampu dan pantas menjadi guru sedangkan saya baru lulusan MA. Sampai 4 kali saya di bujuk untuk menjadi guru. Akhirnya saya memutuskan tidak mau menjadi guru tapi saya mau membantu di sana semampu saya.

Tidak itu saja, saya juga di suruh mengajar mengaji di TPA NURUL YAQIN BABAKSARI, karena difikiran saya kalau mengajar mengaji lebih mulia dan lebih berharga, karena mendapat pahala dari apa yang saya amalkan jauh lebih penting daripada uang. Kemudian saya juga disuruh ibu-ibu untuk mengajari anak-anaknya belajar. Saya mau menengajari tapi saya tidak ingin dibayar, karena bagi saya semangat anak kecil untuk belajar agar menjadi murid yang pintar dan terbaik dari murid-murid yang terpintar dan terbaik lainnya itu sudah mampu membayar dari apa yang saya ajarkan.

Beberapa bulan kemudian, orang tua saya memperdebatkan masalah kuliah saya. Kata aba saya, saya akan dikuliahkan di UMS jurusan Ekonomi Syari'ah, tapi dengan syarat. Saya harus menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an agar saya mendapatkan beasiswa. Hari-hari dimana semua jalur pendaftaran akan ditutup sudah mulai dekat, namun karena kesibukkan aba saya hingga aba saya belum juga mendaftarkan saya kuliah. Akhirnya lama kelamaan saya bingung dengan semua yang terjadi pada saya sendiri. Kemudian saya sholat tahajjud, dan saya memantapkan hati saya untuk mengikuti jalur UMPTKIN di UIN MALANG. Namun saya tetap menanyakan keputusan saya ke orang tua saya, kata orang tua saya "tidak apa-apa kamu mendaftar di UIN MALANG asal kamu mengambil jurusan PIAUD atau PBA". ibu saya menginginkan saya kuliah jurusan PIAUD karena kata ibu bakat saya memang di jurusan itu. Akhirnya saya mendaftar UMPTKIN di UIN MALANG pilihan pertama jurusan PIAUD. Karena saya tidak ingin kejadian tahun kemarin terulang lagi, dengan semangat yang tinggi pada saat tes saya berangkat 1 jam lbih awal sebelum masuk ke ruangan tes.

Waktu pengumuman lolos pun tiba. Dan saya bahagia sekali ketika saya melihat kata selamat. Tak henti-henti saya bersyukur kepada Allah, dalam hati saya berkata "ruhi ini awal dari perjuangan kamu selama ini, mungkin Allah baru memberi kesempatan untuk kamu tahun ini, karena mungkin Allah menguji kesabaran dan semangat kamu selama ini".

Air mata pun menetes ketika saya membaca sebuah pengumuman dimana pengumuman itu tertulis bahwa mahasiswa baru wajib membayar 7.500.000 untuk membayar asrama. Awalnya saya tidak tega mengatakan itu ke orang tua saya, namun karena terbatasnya waktu pendaftaran ulang. Saya memberitahu kepada orang tua saya. dan saya semakin menangis karena saya tidak sanggup melihat aba saya kesana kemari nyari uang buat bayarin kuliah saya. dalam hati saya berkata "ya Allah apa saya tidak jadi kuliah saja, karena saya tidak ingin membebani orang tua saya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun