Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jalan Cepat atau Lari?

25 Mei 2017   09:14 Diperbarui: 25 Mei 2017   10:35 2626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sering saya dan Anda mendengar selama ini, baik dari pelajaran-pelajaran kita waktu di sekolah atau kuliah, atau pun dari pelbagai media dan di internet mengenai anjuran dan manfaat daripada berolahraga jalan atau lari. Saya pun kalau pagi sering melihat orang-orang dari segala usia melakukan olahraga jalan atau lari, begitu pun di waktu sore. Di mall-mall sering saya lihat anjuran berjalanlah agar sehat. Ya, jalan atau lari sering menjadi anjuran supaya tubuh bugar dan hidup sehat. Jika Anda googling, disitu sering ditemukan mengenai manfaat dari jalan atau lari, di antaranya berpengaruh kepada peningkatan kreatifitas, dan sebagainya, menurut penelitian olahraga jalan cepat juga merupakan salah satu olahraga yang paling berpengaruh secara medis terhadap peningkatan umur manusia, selain[caption caption="jalan cepat"][/caption] naik tangga, mengayuh sepeda dengan cepat, berenang, aerobik. Namun tahukah Anda perbedaan dan mana yang lebih sehat antara olahraga lari dan jalan, khususnya berjalan cepat.

Selama ini olahraga jalan atau lari menjadi sangat populer karena dianggap sebagai olahraga yang paling murah dan tidak memerlukan peralatan khusus. Tapi kemudian olahraga tersebut berkembang menjadi jalan cepat. Mana yang lebih efektif?

Bagaimana perbandingan antara jalan cepat dan lari dalam hal positif (kebugaran dan kesehatan) dan negatif (cedera)? Riset menunjukkan, jalan cepat memiliki banyak manfaat kebugaran yang sama dengan lari, tetapi kemungkinan besar menimbulkan lebih sedikit cedera. Hanya saja, jalan cepat memiliki masalah citra.

Pejalan cepat bisa merupakan atlet yang hebat. Jalur lomba terpanjang di Olimpiade Musim Panas adalah lomba jalan cepat 50 km, yang sekitar 5 mil lebih panjang daripada lari maraton.

Namun, di dalam aksinya, pejalan cepat sering dianggap mirip dengan bangau yang kecanduan kopi. Aturan lomba mewajibkan lutut pejalan cepat harus tetap lurus selama tungkai kaki berayun dan salah satu kaki harus selalu berkontak dengan tanah. Keganjilan bentuk inilah yang menjadikan jalan cepat sebagai aktivitas yang menggelikan.

Seperti lari, jalan cepat menghabiskan tenaga. Menurut sebagian besar perkiraan, pejalan cepat yang bergerak dengan kecepatan 6 mil per jam akan membakar sekitar 800 kalori per jam,  yang sekitar dua kali lebih banyak daripada yang dibakar jika mereka berjalan biasa, walaupun lebih sedikit daripada yang dibakar oleh lari, yang mungkin membakar 1.000 atau lebih kalori.

Namun begitu, berjalan cepat tidak menghantam tubuh sebanyak yang dilakukan oleh lari. Pada setiap langkah, pelari menghantam tanah dengan empat kali berat tubuhnya, sedangkan pejalan cepat hanya menghasilkan hantaman sekitar 1,4 kali berat tubuh.

Akibatnya, beberapa cedera yang berkaitan dengan lari, misalnya betis terkilir dan nyeri lutut, jarang terjadi pada pejalan cepat. Namun, bentuk yang ganjil dari olahraga ini memberi beban yang cukup besar pada pergelangan kaki dan pinggul.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun