Mohon tunggu...
Difai Sdn
Difai Sdn Mohon Tunggu... Auditor - Time Traveller

Independent Party

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pencinta Alam

9 April 2013   18:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:27 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ada yang cukup menggelitik di benak saya ketika mengucapkan kata-kata pecinta alam. Sebenarnya apa sih makna pecinta alam? Karena kita tahu bersama bahwa begitu banyak kelompok-kelompok yang menempelkan label pecinta alam pada organisasinya, tapi dalam kegiatan kesehariannya tidak lebih dari naik gunung, manjat tebing, masuk goa, arung jeram, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang terkait dengan kegiatan alam bebas. Apakah memang sesempit itu artinya? Tapi sebenarnya apa ya makna pecinta alam itu sendiri?

Kalo kita tulis kata ‘alam’ di wikipedia, yang keluar adalah: Alam ialah seluruh zat dan energi, khususnya dalam bentuk esensinya. Alam ialah mata pelajaran studi ilmiah. Dalam skala, “alam” termasuk segala sesuatu dari semesta pada subatom. Ini termasuk seluruh hal binatang, tanaman, dan mineral; seluruh sumber daya alam dan peristiwa (hurrikan, tornado, gempa bumi). Juga termasuk perilaku binatang hidup, dan proses yang dihubungkan dengan benda mati.

Kalo kita tulis kata ‘cinta’, yang keluar adalah: Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Jadi kira-kira makna pecinta alam adalah sebuah perasaan yang melahirkan kegiatan berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu kepada alam yaitu segala sesuatu dari semesta termasuk binatang, tanaman, mineral dan seluruh sumber daya alam, dan seterusnya dan seterusnya …..

Berat ya……

Lalu sampai dimanakan tanggung jawab kita sebagai individu dalam me refleksikan makna pecinta alam tersebut. Apakah dengan melakukan penjelajahan ke gunung, penulusuran ke goa, berarung jeram di sungai yang deras sehingga kita menyadari betapa alam harus dijaga dan di cintai karena tanpa itu, alam akan bergerak menuju ketidak seimbangannya. Atau apakah cukup dengan melakukan penghijauan di halaman rumah, membuang sampah pada tempatnya, membuat lubang biopori….. Atau level yang lebih sulit seperti yang dilakukan oleh aktivis-aktivis lingkungan hidup….

Kalo kita tarik lebih jauh lagi, sebenarnya tantangan untuk kita menjabarkan makna pecinta alam tersebut kedepannya akan lebih luas lagi. Sekarang kita banyak mendengar isu-isu baru yang mungkin tidak kita dengar 20 atau 30 tahun yang lalu. Pemanasan global, kepunahan hewan dan tumbuhan langka, semburan lumpur, kerusakan ekosistem (contoh: terumbu karang), penyakit2 baru bermunculan (ada flu burung, flu babi, dll). Belum lagi isu-isu yang mungkin akan muncul di kemudian hari seiring dengan kemajuan teknologi.

Kita pasti sudah pernah menonton film animasi Wall-e. Film yang menceritakan pada abad 22 dimana kemajuan teknologi sudah sedemikian hebatnya sehingga berdampak pada sampah elektronik yang tidak didaur ulang memenuhi seantero bumi. Di film tersebut digambarkan betapa tumpukan sampah elektronik yang ditumpuk menggunung hingga setinggi gedung pencakar langit. Siklus kehidupan tidak lagi berjalan. Semua makhluk hidup bergerak menuju jurang kepunahan, termasuk manusia. Untuk mencegah kepunahan manusia, maka manusia melakukan pengungsian massal dari Bumi selama lima tahun di atas armada kapal luar angkasa. Kapal ini akan kembali ke bumi jika di bumi telah ditemukan kembali bibit kehidupan yang menandakan bahwa bumi sudah dapat didiami kembali.

Terbayang oleh kita jika siklus kehidupan sudah tidak berjalan. Artinya mulai dari unit kehidupan terkecil yaitu mikroorganisma pun tidak dapat melakukan tugasnya dalam mengurai sisa organik karena memang sudah tidak ada lagi sisa organik itu. Padahal dari hasil uraian tersebutlah, tanah akan dapat berfungsi sebagai wadah kehidupan bagi tumbuhan yang merupakan dasar dari rantai makanan. Jika tumbuhanpun tidak mampu bertumbuh, maka tidak ada lagi yang bisa dimakan oleh hewan dan berujung pada kepunahan seluruh ekosistem. Dampak ini akhirnya juga akan memukul kehidupan manusia sebagai ras tertinggi dan khalifah bumi.

Penyelamatan kepunahan yang digambarkan oleh film tersebut pun bersifat sementara. Artinya walau bagaimanapun manusia tetap harus kembali menata bumi karena memang manusia pada dasarnya diciptakan sebagai khalifah di bumi. Ini postulat yang tidak terbantahkan. Oleh sebab itu secanggih apapun tingkat kemajuan teknologi manusia, seharusnya mereka tetap memikirkan keselarasan dengan ekosistem. Karena dengan manusia memposisikan berada diluar ekosistem, itu sama saja dengan menghilangkan oksigen mereka untuk bernafas, menghilangkan air mereka untuk minum dan menghabiskan hijau daun yang berfungsi menjaga keberlangsungan metabolisme tubuh mereka itu sendiri.

Jadi sebenarnya perwujudan cinta manusia terhadap alam bisa jadi salah satu upaya yang nyata bagi manusia untuk menjaga keberlangsungan rasnya di bumi ini. Anugrah kecintaan ini harus dan patut di syukuri. Karena tanpa kecintaan manusia terhadap alam, maka hitungan kepunahan ras yang bernama manusia tinggal menunggu waktu saja….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun