Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Soal Narkoba, Jokowi Kembali Bikin Ketar-ketir Australia

22 Juli 2017   21:08 Diperbarui: 23 Juli 2017   16:07 2327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: intelijen.co.id

Hari ini media utama Australia ABC memuat berita dengan judul "Indonesian President tells police to Shoot drug dealer who resist arrest ". 

Tajuk yang diberitakan ini bukanlah sesuatu yang sederhana, namun memiliki makna yang sangat mendalam dan masih terkait dengan "keterkejutan" media, politisi dan masyarakat Australia akan sikap Jokowi yang tidak gentar ketika menghadapi tekanan Australia untuk membatalkan hukuman mati dua warga Australia yang terkait dengan sindikat Bali Nine beberapa waktu lalu.

Sikap tegas Jokowi walaupun mendapat tekanan tidak saja dari Australia namun dari negara lain memang cukup mengejutkan Australia dan dunia internasional.

Saya masih ingat ketika Jokowi baru terpilih sebagai presiden banyak kalangan pengamat di Australia termasuk di perguruan tinggi ternama memprediksi bahwa Jokowi tidak akan bertahan lama jadi presiden mengingat Koalisi Merah Putih saat itu sangat dominan sehingga Jokowi diprediksi tidak akan berdaya di DPR.

Disamping itu Jokowi dinilai tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk menjadi presiden dan juga latar belakang sipilnya. Australia tentu saja mengenal betapa tangguhnya Soekarno dan juga dua jenderal yang menjadi presiden yaitu Soeharto dan SBY. Latar belakang inilah yang saat itu membuat para pengamat menganggap bahwa Jokowi adalah presiden yang lemah.

Pelaksanaan hukuman mati Myuran Sukumaran dan Andrew Chan yang sempat membuat hubungan Indonesia Australia mengalami titik nadir telah membalikkan pandangan pengamat, politisi dan masyarakat Australia di atas.

Jika dianalisa lebih dalam, sebenarnya yang menjadi masalah yang membuat hubungan dua negara gonjang ganjing adalah masalah hukuman mati saja karena Australia tidak mengenal hukuman mati. Sedangkan terkait masalah perang terhadap narkoba kedua negara ada dalam satu garis pengertian.

Kini banyak kalangan masyarakat Australia yang mulai terbuka pikirannya terkait dengan hukuman mati terhadap Bandar narkoba di Indonesia mengingat saat ini Australia merupakan target sindikat internasional narkoba yang merusak hampir semua sendi kehidupan masyarakatnya.

Ada aroma "dendam" media Australia terhadap sikap Jokowi terkait tindakan tegas terdapat bandar narkoba terkait pelaksanaan hukuman mati yang lalu. Ketika pelaksanaan hukuman mati anggota sindikat Bali Nine, hampir semua media bersatu padu mencoba mengoyang pendirian Indonesia terkait hukuman mati ini agar pelaksanaannya dibatalkan. Namun Ketegasan Jokowi untuk tetap meneruskan proses pelaksanaan hukuman mati memang mengejutkan mereka mengingat di awal pemerintahan Jokowi dianggap sebagai presiden yang lemah.

Aroma ini telihat dari kalimat pemberitaan yang mengutip ucapan Jokowi "Be firm, especially to foreign drug dealers who enter the country and resist arrest". "Shoot them because we indeed are in a narcotics emergency position now".

Aroma "dendam" ini jelas sekali terlihat ketika artikel ini kembali "mengingatkan" telah dihukum matinya Andre Chan dan Myuran Sukumaran pada tahun 2015 lalu yang masih dianggap melanggar hak azasi manusia. Terlebih ketika pemberitaan ini mengaitkan ucapan Jokowi di atas dengan tindakan perang terhadap narkoba yang dilakukan presiden Phillipina Rodrigo Dutarte yang diberi label "brutal" dan mengundang kritikan dunia termasuk PBB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun