Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sex Lebih Aktif Berakibat Lebih Bahagia?

10 Mei 2015   12:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:11 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: http://img0.joyreactor.com/

[caption id="" align="aligncenter" width="430" caption="Photo: http://img0.joyreactor.com/"][/caption]

Selama ini memang masih benyak kontroversi tekait apakah sex dapat membuat orang lebih bahagia. Memang banyak faktor yang berperan dalam menentukan kebahagiaan seseorang, namun demikian hasil penelitian terakhir ini mungkin dapat mengungkap salah satu misteri kebahagiaan yaitu yang terkait dengan sex.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Carnegie Mellon University baru baru ini menyimpulkan bahwa pasangan yang diminta untuk  meningkatkan aktivitas sexnya ternyata menurunkan kebahagiaan dan kepuasan sexualnya.

Penelitian ini melibatkan sebanyak 128 pasangan yang sudah menikah  dengan kisaran usia 35-65. Separuh dari pasangan ini diminta untuk meningkatkan aktivitas sex nya 2 kali lipat dalam kurun waktu 3 bulan. Sementara itu satu kelompok lagi dijadikan kelompok control dengan aktvitas sex seperti biasa.

Para pasangan yang dijadikan sampel percobaan ini diminta untuk mengisi kuisener  terkait rasa bahagia, kesehatan, dan kepuasan sexual pada awal sebelum penelian dan sesudah penelitian. Secara teratur mereka diminta juga untuk mengisi kuisener harian tentang hal tersebut.

Hasil penelitian cukup mengejutkan, dimana terdapat 40% dari pasangan yang aktivitas sex nya diminta untuk ditingkatkan menyatakan kurang bahagia dan kurang dapat menikmati aktivitas sexualnya.

Dalam menjelaskan hasil penelitian yang diporolehnya ini, ketua peneliti Dr. George Loewenstrin menyatakan bahwa dia masih mempercayai bahwa peningkatan aktivitas sexual akan berdampak positif. Dia melakukan penelitian ini atas dasar pengamatan yang dilakukannya dan menemukan fenomena banyak pasangan yang dalam usia pertengahan aktivitas sexual mereka sangat jarang dan bahkan diantaranya ada yang sama sekali tidak melakukan aktivitas sexual.

Dia menyatakan bahwa untuk mendukung terorinya ini mungkin kondisi lingkungan untuk kelompok penelitian yang diminta meningkatkan aktivitas sosialnya perlu diperbaiki, seperti misalnya selama penelitian disediakan baby sitter, suasananya yang lebih nyaman dan menyediakan kamar  hotel.

Lantas teori apa yang melandasinya sehingga banyak peneliti menghubungkan aktivitas sexual dengan kebahagiaan?

Jika seseorang tidak ingin melakukan aktivitas sexual, maka orang tersebut harus memainkan imajinasinya untuk mengingat-ingat pengalaman indahnya dalam terkait aktivitas sexual yang pernah dialaminya agar keinginan untuk melakukan kegiatan sexual itu dapat kembali.

Penelitian sebelumnya memang menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara fekuensi aktivitas sexual dengan kebahagiaan. Pasangan yang melakukan aktif melakukan kegiatan sexual cenderung merasakan lebih puas dengan pasangannya. Namun demikian hasil penelitian ini belum dapat mengungkap misteri apakah peningkatan aktivitas sexual akan berujung pada peningkatan rasa bahagia.

Menurut teori Loewenstein, seseorang akan dapat menikmati aktivitas sexualnya ketika orang tersebut benar-benar ingin melakukannya. Jadi harus ada keinginan kuat yang mendorong dia untuk melakukan aktivitas sexual. Loewenstein juga menyarankan agar pasangan melakukan aktivitas sexualnya secara teratur dan disarankan jumat malam. Mengapa jumat malam? …belum ada penjelasan lebih lanjut tentang hal ini.

Sumber :

Does Increased Sexual Frequency Enhance Happiness? George Loewenstein, , Tamar Krishnamurti, Jessica Kopsic, Daniel McDonald. Journal of Economic Behavior & Organization, 2015. doi:10.1016/j.jebo.2015.04.021.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun