Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengembuskan Nafas dalam Olahraga pada Buah Hati

19 Mei 2019   01:00 Diperbarui: 19 Mei 2019   02:54 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Upaya kami dalam mendisiplinkan buah hati, setidaknya terhitung sejak usianya menginjak tujuh bulan. Kala itu buah hati kami menolak untuk menyusu langsung dari sumbernya, lebih memilih untuk meminum ASI yang telah diperah ke dalam botol. Dampak yang menyertai yakni timbulnya perilaku pengganti menyusu langsung dari sumbernya dengan mengisap jempol.

Meski kami memahami teori psikoseksual yang dikemukakan oleh Sigmund Freud tentang tahapan perkembangan bayi yang baru lahir hingga berusia delapan belas bulan memiliki kenyamanan yang berpusat pada area mulut (fase oral), namun kami juga memahami tentang teori lain yang melihat bahwa kebiasaan mengisap jempol dapat mengakibatkan ketergantungan (adiksi), sehingga kami pun sepakat untuk mendisiplinkan buah hati supaya tidak mengalami ketergantungan yang berkepanjangan.

Usaha mendisiplinkan buah hati kami lakukan dengan pendekatan khusus hingga kebiasaan mengisap jempol secara perlahan menghilang, akan tetapi saat kebiasaan mengisap jempol menghilang, timbul perilaku pengganti lain yakni mengisap ujung alas tidurnya (bed cover mini). Usaha dengan pendekatan khusus pun kami tempuh kembali, hingga sebelum usianya menginjak sepuluh bulan, kebiasaan mengisap ujung alas tidurnya turut menghilang.

Kini usaha kami (saya dan istri) kian bertambah dalam mendisiplinkan buah hati, di antaranya kami harus mendisiplikan buah hati untuk menggosok gigi, mencuci tangan dan kaki sebelum tidur, latihan menggunakan toilet, menata mainan setelah digunakan, dan lain sebagainya.

Tidak menutup kemungkinan pada waktu yang lebih jauh, usaha kami dalam membentuk kebiasaan yang baik menjadi tidak semudah seperti sekarang. Oleh sebab itu, pendekatan yang digunakan dalam usaha mendisiplinkan buah hati pun harus dikembangkan, tidak cukup dengan usaha yang sepadan.

Pendekatan yang akan kami lakukan dengan cara mengembuskan nilai-nilai olahraga pada buah hati, dan nilai-nilai yang sangat dominan dalam olahraga yakni disiplin. Disiplin merupakan napas dalam olahraga, tanpa disiplin tak akan ada keberhasilan, dan cara mengaplikasikan disiplin di dalam olahraga memiliki cara tersendiri.

Dalam konteks olahraga prestasi, Tudor Olimpius Bompa yang dianggap sebagai bapak teori periodesasi olahraga menyatakan bahwa "Latihan adalah suatu proses sistematis yang dilakukan dalam jangka waktu panjang, berulang-ulang, progresif dan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik." Melalui definisi ini dapat dipahami bahwa di dalam latihan harus ada yang membantu atlet dalam berproses mencapai prestasi, dan yang memiliki peranan di dalamnya yakni Pelatih.

Selanjutnya dalam perspektif filsafat kepelatihan olahraga, seorang pelatih memiliki banyak peranan bagi atletnya. Pelatih tidak hanya berperan sebagai fasilitator latihan, melainkan berperan pula untuk membentuk kepribadian atlet, mengembangkan fungsi kognisi atlet, serta berperan sebagai Pendisiplin.

Dalam posisi sebagai pendisiplin inilah kami meletakan titik pijak guna mengembuskan napas dalam olahraga pada buah hati, kami akan berperan sebagai pendisiplin yang menanamkan tabiat yang baik pada buah hati. Melatih buah hati untuk tidak mengikuti kemauannya sendiri, terus belajar dari kekurangan-kekurangan yang dimiliki, memahami aturan-aturan yang ada, serta konsisten melakukan setiap tabiat yang baik hingga terus menuju ke arah kemajuan.

Bagian terpenting yang harus kami lakukan sebagai pendisiplin yakni dengan menjadikan diri kami sebagai model bagi buah hati. Albert Bandura pernah mengemukakan teori psikologi yang sangat terkenal dengan sebutan social learning theory (teori pembelajaran sosial) yang menyatakan bahwa manusia belajar tentang sesuatu dengan cara meniru orang lain.

Bertolak dari teori Albert Bandura mengenai pembelajaran sosial yang berintikan tentang pemodelan (modeling) ini, maka apabila kami menginginkan buah hati mau melakukan apa yang didisiplinkan, kami harus mampu terlebih dahulu menjadi model disiplin bagi buah hati, sehingga buah hati akan melihat kesungguhan dari kami tentang apa yang didisiplinkan.

Kota Surabaya, 19 Mei 2019

RAS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun