Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Industri Olahraga di Indonesia: Malangnya Perlombaan dan Beruntungnya Pertandingan

18 September 2018   13:58 Diperbarui: 20 September 2018   11:11 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Pembukaan Dallas Olympic 2018

Oleh: Roy Soselisa*

Setelah hari Sabtu yang lalu (15/9/2018) mendapatkan kesempatan untuk membantu pelaksanaan kegiatan kompetisi pelajar yang bertajuk Dallas Olympic 2018 yang digelar oleh SMA Negeri 18 Kota Surabaya bekerja sama dengan Pengurus PASI Kota Surabaya, saya pun diantarkan pada sebuah refleksi tentang industri olahraga di Indonesia. Refleksi tersebut berawal dari keheranan kami pada sebuah lembaga sekolah yang menggelar kompetisi bagi pelajar di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo pada cabang olahraga Atletik. Sebab, sepanjang perjalanan kami menggeluti cabang olahraga Atletik (minimal yang terjadi) di Kota Surabaya, belum pernah ada lembaga sekolah yang menyelenggarakan perlombaan Atletik---apresiasi tentang penyelenggaraan kompetisi ini pun sempat kami sampaikan kepada SMA Negeri 18 Kota Surabaya pada saat pelaksanaan pertemuan teknik atau technical meeting yang kami (saya dan Riswanto Pamuji, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Harian PASI Kota Surabaya) hadiri sehari sebelum pelaksanaan kompetisi (14/9/2018), dan kami ulangi kembali pada saat upacara pembukaan kompetisi (15/9/2018).

Selama ini lembaga-lembaga sekolah di Kota Surabaya, lebih memilih untuk menggelar kompetisi pelajar pada cabang-cabang olahraga yang populer seperti Futsal dan Bola Basket, yang bisa menyedot banyak penonton, dan melaluinya (mungkin) ada tendensi untuk meneguk keuntungan yang besar dari hasil penjualan tiket masuk bagi penonton. Tanpa berangkat dari sudut pandang tentang kelas sosial yang menggemari cabang-cabang olahraga tertentu (sosiologi olahraga), akan sangat baik bila menyorotinya berangkat dari sudut pandang tentang karakteristik sebuah cabang olahraga, dan melalui karakteristik sebuah cabang olahraga inilah yang menjadi pijakan saya dalam berefleksi.

Pemberitaan tentang Dallas Olympic 2018 di Surat Kabar Lokal
Pemberitaan tentang Dallas Olympic 2018 di Surat Kabar Lokal
Karakteristik dari sebuah cabang olahraga akan sangat mempengaruhi minat penonton untuk menyaksikan pagelaran dari "perlombaan atau pertandingan"-nya. Pada sebagian cabang olahraga yang berkarakteristik perlombaan, kecenderungan penonton hanya akan disuguhi sebuah pertunjukan adu kecepatan, keterampilan atau ketangkasan dengan durasi yang singkat, dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya pun tidak saling berhadapan, sehingga tontonan yang tersaji kurang menarik. Berbeda halnya dengan cabang olahraga yang berkarakteristik pertandingan, penonton akan disuguhi sebuah pertunjukan yang mempertontonkan persaingan antara dua pemain atau dua regu yang saling berhadapan, dan berlangsung dengan durasi yang panjang, sehingga tontonan yang tersaji pun akan sangat menarik.

Itu sebabnya, pada cabang olahraga yang berkarakteristik perlombaan, meskipun tak ada biaya yang harus dikeluarkan oleh penonton untuk membeli tiket masuk, tetap akan sepi peminat saat perlombaan digelar, seperti yang dijumpai pada cabang-cabang olahraga: Atletik, Renang, Sepatu Roda, dan lain-lain. Sementara hal yang sebaliknya terjadi pada cabang olahraga yang berkarakteristik pertandingan, seringkali tak ada bangku penonton yang kosong karena penuh sesak dengan lautan manusia saat pertandingan digelar, seperti yang dijumpai pada cabang-cabang olahraga: Sepak Bola, Bulutangkis, Bola Voli, dan lain-lain.

Sepinya penonton pada cabang-cabang olahraga yang berkarakteristik perlombaan, bukan berarti karena cabang olahraganya yang tak populer, sebagai contoh pada cabang olahraga Atletik, kurang populer bagaimana cabang olahraga ini. Atletik telah dikenal oleh masyarakat luas, banyak orang sejak jenjang usia sekolah dasar telah diperkenalkan pada cabang olahraga yang merupakan induk dari semua cabang olahraga tersebut. Bahkan banyak kejuaraan untuk berbagai jenjang usia dan dari berbagai lembaga yang menyelenggarakan setiap tahunnya. Namun, tetap saja penggemar fanatik untuk cabang olahraga Atletik yang berasal dari masyarakat luas---tidak termasuk pelaku dan pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan pelaku dari cabang olahraga tersebut. Jumlahnya pun tak sebanding dengan yang ada pada cabang-cabang olahraga yang berkarateristik pertandingan.

Sebenarnya banyak cara telah ditempuh oleh induk-induk organisasi cabang olahraga yang berkarakteristik perlombaan untuk menjadikan cabang olahraganya populer. Salah satunya dengan menggunakan contoh yang sama seperti sebelumnya. Pada induk organisasi Atletik pun telah dilakukan sebuah usaha untuk menjadikan cabang olahraganya menarik dan memiliki penggemar fanatik dari masyarakat luas. Salah satu usaha yang pernah ditempuh yaitu mengolaborasikan pelaksanaan perlombaan Atletik dengan pertandingan Sepak Bola. Penyelenggaraan semacam ini pernah terjadi sebelum Liga Indonesia pernah dibekukan dan diambil alih oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, karena berbagai permasalahan yang terjadi dalam tubuh induk organisasi si kulit bundar.

Kala itu, perlombaan lari untuk nomor-nomor lari jarak pendek diselenggarakan dengan mengambil momen istirahat selama 15 menit yang diberikan bagi pemain Sepak Bola setelah berakhirnya babak yang pertama, sebelum melanjutkan ke babak yang kedua. Cara seperti demikian ditempuh oleh induk organisasi yang bersangkutan, dengan harapan dapat meningkatkan minat penonton Sepak Bola terhadap cabang olahraga Atletik, dan secara tidak langsung berusaha mempengaruhi sebagian besar penggemar fanatik Sepak Bola untuk mencintai cabang olahraga Atletik. Untuk diketahui, tak dipungkiri bahwa sebenarnya Atletik pun sangat berperan penting dalam Sepak Bola (acceleration, balance, coordination, VO2Max, dll.)

Melalui sedikit ulasan tentang realitas yang terjadi, dapat diketahui bahwa cabang-cabang olahraga yang berkarakteristik perlombaan memiliki nasib yang malang. Sementara pada cabang-cabang olahraga yang berkarakteristik pertandingan memiliki nasib yang beruntung. Bernasib malang dan beruntung terkait dengan sepak terjang suatu cabang olahraga dalam industri olahraga. Industri olahraga yang semata-mata tidak berbicara tentang kegiatan bisnis, melainkan berbicara tentang adanya kemitraan yang saling menguntungkan antara lembaga pembina cabang olahraga---bisa induk organisasi, perkumpulan, dll.---dengan banyak pihak untuk mewujudkan pembinaan dan pengembangan prestasi secara mandiri dan profesional.

Industri olahraga dapat berperan besar bagi kemajuan cabang-cabang olahraga. Sebab, dengan kemandirian yang dimiliki oleh lembaga pembina cabang olahraga yang mendapatkan dukungan pendanaan yang kuat dari pihak lain berupa sponsor--bukan hanya bertumpu pada pendanaan pemerintah yang terbatas kekuatannya--lembaga pembina cabang olahraga dapat melakukan pembinaan semaksimal mungkin dengan berbagai program yang ideal. Namun, dukungan dari pihak lain sangat sulit didapatkan oleh lembaga pembina pada cabang-cabang olahraga yang berkarakteristik perlombaan. Peran media pun sangat kurang untuk turut serta mengangkat ke permukaan. Padahal, media akan punya andil untuk persoalan ini. Terbukti, tayangan untuk cabang-cabang olahraga yang berkarakteristik pertandingan lebih banyak mendominasi layar kaca, daripada tayangan untuk cabang-cabang olahraga yang berkarakteristik perlombaan---jangankan ditayangkan secara utuh dengan durasi yang panjang, cuplikan berita dengan durasi yang singkat pun sulit untuk ditemukan.

Tak dipungkiri lagi, media pun memiliki pandangan bahwa cabang-cabang olahraga yang berkarakteristik perlombaan itu tak populer dan tak memiliki nilai jual dalam masyarakat luas, sehingga tak mendatangkan keuntungan bagi media---terkecuali MotoGP dan Formula 1. Berbeda halnya dengan cabang-cabang olahraga yang berkarakteristik pertandingan. Tak peduli meskipun biaya yang harus dikeluarkan sangat besar untuk membeli hak siar. Akan tetapi, media yang bersangkutan telah memperhitungkan dengan sangat cermat bahwa keuntungan yang didapatkan dari pihak sponsor jauh lebih besar dari biaya yang telah dikeluarkan untuk biaya operasional dan membeli hak siar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun