Mohon tunggu...
Healthy Pilihan

Pendidikan Seks untuk Anak, Apakah Perlu?

4 Januari 2017   23:54 Diperbarui: 5 Januari 2017   00:32 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Aborsi, pemerkosaan, dan kehamilan di luar nikah adalah contoh kasus yang berkaitan dengan kekerasan seksual di Indonesia. Penyebab dari kekerasan seksual ini tidak hanya datang dari niat jahat sang pelaku, namun juga datan dari kurangnya pengetahuan mengenai seks oleh anak. Hal ini terjadi karena orang tua merasa enggan untuk membekali anak mereka dengan pendidikan seks. Orang tua cenderung mengambil jalan pintas dengan cara melarang anak mereka melakukan hubungan seks sebelum menikah. Di pihak lain, sekolah telah memberikan pendidikan seks terhadap murid-muridnya. Namun, pembekalan yang dilakukan pihak sekolah terbukti kurang efektif untuk membuat sang anak paham. Hal ini dikarenakan pembekalan yang diberikan hanya sebatas pada satu pertemuan tatap muka. Bahkan murid tidak mendapatkan fasilitas seperti konseling personal dengan pembimbing atau guru mengenai pendidikan seks.

Selain itu, di masa dimana teknologi dan internet bekembang sangat pesat, anak dapat mendapatkan informasi mengenai hal apapun termasuk seks. Seperti yang kita ketahui bahwa informasi yang berasal dari internet bersifat tidak tersaring dan sukar dibuktikan kebenarannya. Hal ini diperparah dengan sifat penuh keingintahuan anak yang akan mencari informasi di internet tanpa bimbingan dari orang dewasa. Anak juga merasa tidak nyaman untuk membicarakan mengenai seks dengan orang tuanya. Jadi, mereka memilih untuk mempelajarinya sendiri tanpa mengetahui dampak negatif dari seks, karena informasi dari internet tidak pasti menyajikan nilai dan norma yang harus dipahami.

Persepsi masyarakat Indonesia tentang memberikan pendidikan seks kepada anak hanya akan mendorong mereka untuk melakukan seks setelah sang anak memahami informasi tersebut. Pemikiran tersebut membuat pendidikan seks tidak diterapkan secara meluas dan pantas di Indonesia. Hal yang harus diketahui adalah pengertian mengenai pendidikan seks di Indonesia masih mengalami kesalahan pemahaman. Masyarakat Indonesia memahami bahwa memberikan pendidikan seks sama dengan membicarakan aktivitas seksual dan tidak memberikan pemahaman mengenai alat reproduksi, pentingnya penggunaan alat kontrasepsi, seksual yang sehat, nilai-nilai, dan norma yang ada.

Terdapat banyak manfaat yang membuat pendidikan seks menjadi penting di Indonesia. Pertama, hal tersebut akan menghindari anak dari melakukan hubungan seksual di luar nikah. Karena anak akan lebih awas terhadap apa akibat dari berhubungan seksual di luar nikah  beserta dengan alasannya. Pendidikan seks juga berguna bagi mereka disaat mereka nanti beranjak dewasa untuk melakukan seks yang sehat. Hal ini akan mengarahkan kepada tindakan pencegahan penyakit alat reproduksi, terutama penyakit HIV/AIDS.

 Perlu kita ketahui bahwa korban HIV/AIDS meningkat tajam setiap tahunnya. Laporan dari dewan PBB mengenai HIV/AIDS (UNAIDS) mengungkapkan bahwa persentase penularan HIV di Indonesia meningkat lebih dari 25 persen dalam rentang waktu 2001 hingga 2011. Sementara itu, menurut suvey tahun 2011 oleh menteri kesehatan Indonesia, hanya 20 persen remaja berusia 15 hingga 24 tahun memiliki pengetahuan tentang HIV yang memadai.

Dapat kita simpulkan, bahwa pendidikan seks sangat dibutuhkan oleh anak dan remaja Indonesia. Peran orang tua dan sekolah sangat dibutuhkan untuk memberikan bimbingan terhadap anak. Hal ini akan menghindari remaja dari mengalami kehamilan di luar nikah sebelum mereka siap secara psikologi dan jasmani serta penyakit organ reproduksi. Karena pada dasarnya bukan hanya masa depan anak yang akan hancur namun juga masa depan Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun