Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ini Rujak Cingur Termahal Sedunia, Langganan Tokoh-tokoh Nasional

24 Juli 2016   05:51 Diperbarui: 24 Juli 2016   19:29 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rujak cingur Ahmad Jaiz. Sumber: gambarwisata.com

Sejak dari desa Prajekan Bondowoso, saya sudah meniatkan apabila sampai di Surabaya, saya harus mencicipi kuliner wajib. Kuliner tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah rujak cingur kebanggaan masyarakatnya, yang tak kan lekang oleh waktu dan tidak hilang oleh zaman.

Agar kenikmatan rujak cingur tidak sia–sia tanpa makna, penulis mencoba menghubungi salah seorang teman dari Newmont Bootcamp yang mukim di Surabaya untuk menikmati sensasi rasa rujak cingur. Itung-itung sembari kopi darat. Terbayang rasa bahagia apabila bisa jumpa.

Mencoba menghubungi Shouma lewat Waatsapp, saya berencana meminta ia menentukan tempat dan lokasi. Bertemu dan menyantap rasa rujak cingur berjamaah pastinya lebih nikmat.

Rabu tanggal 20 Juli 2016 bada ashar, kami dari arah yang berbeda menuju titik tempat rujak cingur kondang murmer di Jalan Genteng Durasim (nama salah seorang budayawan Surabaya).

a-rujak-cingur-5793f3a16f7a6134068b4567.jpg
a-rujak-cingur-5793f3a16f7a6134068b4567.jpg
Jalur yang ditempuh oleh penulis sebagai orang asing di Kota Pahlawan ini dimulai dari Tambak Wedi Barat ke arah Kedung Cowek lurus menuju jalan Rangkah. Saat menjumpai pertigaan, saya belok kanan masuk ke Jalan Kapas Krampung. Setelah itu belok kiri ke Jalan Tambak Sari

Penulis merasakan hijau tanaman yang terpelihara dengan keadaan kota yang resik dan asri. Dari Tambak Sari, saya belok di pertigaan jalan Ambengan, lurus belok kiri masuk jalan Ngemplak, belok kanan menyebrang jembatan Kali Mas masuk belok kiri ke jalan Genteng Muhammadiyah. Lurus hingga melewati Sekolah Perguruan Muhammadiyah, barulah saya berada tepat di pojok pertigaan Rujak Cingur Genteng.

pic:dokpribadi (rujak cingur Ahmad Jaiz)
pic:dokpribadi (rujak cingur Ahmad Jaiz)
Shouma telah menunggu dan berteriak, “Bunda!“ Penulis berbalik ke arah teriakan gadis jangkung dari ITS jurusan Biologi Kelautan itu dan melihat ke arah kiri dan kanan jalan, memastikan keamanan bagi penulis untuk segera berlari memeluk Shouma.

Sehabis melepas rasa kangen, Shouma berkata ringan, “Bund sepertinya rujak cingur Genteng ini laku banget. Barusan tutup saat saya baru nyampe.”

Warung sederhana tersebut memang sedang meringkasi semua peralatannya, mulai dari cowek/ulekan, baskom-baskom dan berbagai pernak–perniknya. Warung rujak cingur Genteng telah menutup sebagian pintunya. Penulis menatap ke seluruh ruang, tak ada sisa buah–buahan maupun sayuran.

Karena kami gagal menyantap rujak cingur di Genteng, kami berbalik arah. Saat hari menjelang maghrib, Shaoma, penulis dan Yunan (anak mantu yang mengantar) memutuskan untuk makan malam di Sate Klopo Ondomohen (tulisan tentang ini akan segera menyusul).

Rujak Cingur Identik dengan Surabaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun