Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menulis, Memaksa Berpikir Kritis

22 April 2017   06:34 Diperbarui: 22 April 2017   22:00 1993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber Actualita.Co)

Menulis, sebuah kegiatan yang menjadi hobi baru buat saya. Sejak bergabung di Kompasiana, mungkin hanya 1-2 hari saya tidak menulis. Mengasyikan dan memaksa saya untuk berpikir. Sehingga akhirnya malah dapat ide mengenai solusi permasalahan yang dihadapi. Terkadang juga mendapat ide tentang suatu hal yang baru dan menarik.

Pola menulis saya adalah, saya membayangkan sebuah tulisan dalam pikiran saya. Seperti berimajinasi, sedang membaca sebuah tulisan. Dan bisa berubah-ubah sesuai kehendak pikiran. Terkadang sedang membayangkan sebuah tulisan, bisa membuat saya terpikir topik yang lain.

Topik tulisan

Dalam mencari topik tulisan, bisa dua arah. Terkadang tertarik dengan suatu topik, baru saya memikirkan isinya. Kebalikannya saya sedang memikirkan sebuah topik, malah menjadi tulisan.

Satu tulisan saya "Kebebasan kita", saat itu saya sedang memikirkan tentang kebebasan yang kita miliki di dunia, akhir nya langsung menjadi tulisan. Kebalikannya adalah, ketika saya tertarik dengan topik " Investasi Bodong", saya baru memikirkan hubungan investasi dengan keserakahan manusia.

Judul Tulisan

Begitu mendapatkan suatu ide tentang topik, biasanya saya langsung tulis judulnya. Sementara saja, yang penting ide tersebut tidak dilupakan. Catatan ini saya baca, pagi hari sebelum jadwal menulis saya serta saya tulis ulang beberapa hari sekali. Dengan menulis ulang memaksa otak saya untuk berpikir lagi tentang topik tersebut.

Setelah ditulis, barulah saya lihat judulnya apakah cukup menarik perhatian tapi tetap mencerminkan inti tulisan dan tidak tendensius. Sebagai contoh, salah satu tulisan saya yang bercerita tentang untuk menjadi pejabat di Indonesia sebaiknya mereka tidak lagi terobsesi tentang mencari harta dan tahta. Akhirnya saya kasih judul "Sudah selesaikah pejabat Indonesia?", bukankah lebih menarik jika dibandingkan dengan Pejabat Indonesia jangan lagi cari harta dan tahta.

Isi Tulisan

Seperti yang sudah saya sebutkan, dalam menulis saya berimajinasi sedang membaca sebuah tulisan dalam pikiran saya. Korelasi antar alinea apakah sudah masuk akal? Apakah jika saya di posisi pembaca, tulisan ini akan menarik? Apa yang menjadi alinea pembuka? Bagaimana dengan kata-kata penutupnya? Semua ini menuntut saya untuk berpikir keras.

Sebagai contoh, saya merasa bahwa Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia sudah mulai digoyang oleh angin yang cukup keras berhembus. Saya menulis " KeBhinneka-an Indonesia kutukan atau anugerah". Dimana saya mengambil kesimpulan bahwa berbeda itu indah dan berbeda tetapi bersatu bisa mengatasi masalah yang dihadapi bangsa ini,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun