Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Uang Sumber dari Semua Kejahatan?

17 Maret 2017   07:32 Diperbarui: 17 Maret 2017   08:00 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkataan atau pernyataan uang adalah sumber dari semua kejahatan sering kita dengar. 

Apakah memang seperti itu?

Dinamit (Dynamite) adalah campuran nitrogliserin yang dicampur tanah halus Kieselguhr ,bahan peledak yang ditemukan oleh Alfred Bernhard Nobel atau yang lebih dikenal dengan nama Alfred Nobel. Tujuan penelitian Alfred Nobel yang menghasilkan dinamit adalah untuk mencari bahan peledak yang stabil. Bahan peledak yang stabil akan berguna dalam memudahkan kegiatan pertambangan ataupun pembangunan seperti pembangunan jalan, bendungan dan lain sebagainya. Alfred Nobel menjadi orang yang kaya raya berkat penemuan dinamit.

Sebegitu kreatifnya manusia untuk mencari cara baru untuk membunuh manusia lain, akhirnya dinamit digunakan dalam perang. Dinamit bukan hanya berguna untuk hal positif tetapi juga untuk hal negatif.

Alfred Nobel yang kecewa karena dinamit telah banyak membunuh banyak orang, pada saat kematiannya mewariskan hampir semua hartanya untuk penghargaan Nobel Prize. Nobel Prize bertujuan untuk memberi penghargaan kepada orang yang berjasa untuk kemajuan budaya, akademia dan kegiatan ilmiah. Sampai hari ini Nobel Prize masih merupakan penghargaan yang sangat bergengsi.

Pisau sangat berguna bagi kita. Bisa digunakan untuk memotong sayuran, mengukir patung yang indah, memanen padi dan lain sebagainya. Tetapi di sisi lain pisau juga dapat digunakan dalam kejahatan. Membunuh, menodong dan merampok adalah beberapa contohnya. Apakah pisau yang salah, jika digunakan dalam kejahatan?

Pada masa uang belum ditemukan, perdagangan dilakukan dengan cara barter atau tukar menukar barang. Misalnya Anda memiliki jagung dan membutuhkan ayam. Setelah berkeliling pasar Anda bertemu dengan orang yang ingin menukar ayamnya, tetapi dia tidak membutuhkan jagung melainkan cabai.   Anda dan pemilik ayam harus mencari orang yang memiliki cabai, setelah bertemu kebetulan pemilik cabai membutuhkan jagung. Baru perdagangan bisa terlaksana. Anda menukar jagung dengan cabai setelah itu Anda menukar cabai dengan ayam. Barter memang bisa sangat menyulitkan. Akhirnya ditemukan uang sebagai alat tukar.

Uang pada masa awal, biasanya terbuat dari bahan logam berharga seperti emas atau perak. Karena sulit dalam distribusi logam yang berat akhirnya dimulai masa uang yang mirip dengan uang masa sekarang. Pada awal penerbitan uang modern, uang masih dijamin dengan logam beharga. Artinya sebelum uang diterbitkan, penerbit harus memiliki logam berharga yang nilainya sesuai dengan uang yang diterbitkan. Pada masa sekarang dengan adanya kesepakatan atau konvensi tentang nilai uang. Uang tidak lagi memiliki jaminan logam berharga.

Uang adalah alat tukar yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai makhluk yang berakal budi, seharusnya bisa memperalat atau bahkan memperbudak  uang untuk kegiatan positif. Membeli makanan, transportasi, membayar biaya pendidikan, membantu orang yang kurang beruntung dan lain sebagainya.

Manusia tidak pernah puas. Karena sifat tidak pernah puas, uang sering menjadi penggoda yang kadang berbisik " eh manusia, tetangga sebelah sudah beli mobil baru loh, rumah mewah itu sangat bagus loh, ayo cari cari teman-teman saya lebih banyak lagi".

Setelah mendengar bisikan uang, manusia bisa tergoda dan mencari cara untuk mendapatkan uang banyak dalam waktu yang secepat mungkin. Dicarilah jalan pintas, akhirnya korupsi, merampok, menipu, menodong, menjadi bandar narkoba dll menjadi jalan yang dipilih. Pada saat itu akal budi manusia sudah mati, manusia yang seharusnya memperalat uang, malah menjadi budak uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun