Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88 | Diarysaham.com | email: ronaldwan@diarysaham.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Kita Sudah Siap untuk Mati?

26 April 2017   06:37 Diperbarui: 26 April 2017   21:00 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kematian (sorendreier.com)

Bayi yang baru dilahirkan, sudah ditakdirkan untuk mati. Mati dalam satu hari, satu bulan, satu tahun atau 100 tahun, tidak ada yang tahu. Tetapi setiap manusia pasti akan mati, sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa membuat manusia terhindar dari kematian.

Kematian itu, bisa datang kapan saja. Saat kita berkendara, kena serangan jantung, setelah bertahun-tahun menderita ataupun baru lahir langsung mati. Jika kita dalam jangka waktu yang cukup panjang, menngetahui kapan kita akan mati. Apakah pola SKS (sistem kebut semalam) akan tetap kita kita lakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian? Saya pun masih sering menggunakan pola SKS dalam kehidupan ini.

Manusia jika beragama, tentunya percaya akan adanya pengadilan di akhirat. Dimana kehidupan kita akan dinilai apakah lebih banyak dosa atau kebaikan. Mati yang tidak kita ketahui kapan datangnya, seharusnya membuat kita, setiap hari mempersiapkan diri menghadapi pengadilan akhirat.

Dengan berbuat baik, tidak membenci, tidak menebar fitnah, mengakui perbedaan adalah anugerah Tuhan dan lain sebagainya. Tetapi mengapa kita malah melakukan korupsi, membunuh, merampok, iri hati, fitnah, dendam, menabur kebencian dan lain sebagainya?

Apakah ini berarti kita tidak percaya dengan adanya Surga dan Neraka?

Kita terlalu serakah?

Kita terlalu cinta dengan keduniawian?

Kita tidak percaya dengan dosa?

Kita tidak percaya dengan kasih?

Kita tidak percaya dengan Tuhan?

Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk mati hari ini?

Salam

Hanya renungan di pagi hari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun