Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Trump Hanya Gejala Bukan Penyebab Perang Dagang

27 September 2018   07:00 Diperbarui: 27 September 2018   11:16 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump, Saul Loeb/AFP/Getty Images

Dokter terkadang hanya berhasil melihat gejala namun belum tentu penyakitnya. Menurut Profesor Dani Rodrik dari Harvard dalam pertemuan tingkat tinggi di Singapura, Trump hanya gejala bukan penyebab perang dagang.

Prof Rodrik juga mengatakan bahwa meningkatnya tensi dagang antara China dengan Amerika Serikat kemungkinan juga bisa terjadi walaupun Donald Trump tidak menjadi presiden.

"Meskipun cara gila Trump memperburuk keadaan. Trump hanya gejala dari kemajuan global yang meningkatkan tensi dagang bukan sumber masalah." lanjut Prof Rodrik.

"Janganlah kita membesar-besarkan pentingnya Trump. Masalah utama ada pada struktur ekonomi dunia disertai dengan kompetisi dalam ekonomi dan politik. Trump memiliki insting tetapi tidak memiliki strategi jangka panjang" kata Profesor Rodrik.

CNBC

Saya cenderung sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Prof Rodrik. Bahwa memang defisit perdagangan harus diperbaiki oleh pemerintah AS. Namun bukan dengan cara memulai perang dagang dengan seluruh dunia.

Sehingga menyebabkan munculnya ketidakpastian yang menyebabkan proyeksi peningkatan ekonomi global bisa menurun. Jika ini terjadi bukan hanya negara di luar AS yang akan mengalami, AS juga akan mengalaminya.

Saat ini ekonomi dunia sudah saling terhubung sedemikian rupa. Jika terjadi sesuatu hal di suatu negara. Terlebih negara tersebut adalah negara dengan ekonomi terbesar di dunia maka efeknya akan terasa ke seluruh dunia.

Krisis yang terjadi di Argentina dan Turki yang masuk dalam 20 negara dengan ekonomi terbesar. Sudah membuat pelaku pasar khawatir dan menyebabkan tekanan ke negara berkembang termasuk Indonesia. Baca" Mengapa Ekonomi Argentina ambruk?"

Trump sebenarnya bisa lebih taktis dengan menggalang sekutu AS untuk bergabung dalam memberikan tekanan kepada China untuk lebih membuka pasarnya. Sehingga China mungkin akan bisa lebih menerima dibandingkan dengan pengenaan tarif disertai komentar-komentar Trump yang berkesan menantang China.

Perlu disadari bahwa China sekarang ini adalah negara dengan nilai ekonomi nomor dua di dunia dan pemegang terbanyak surat utang AS. Disertai dengan kekuatan militer yang tidak lemah. Baca"China Mengandalkan Serangan Sayap dalam menghadapi Trump"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun