Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Ada yang Salah dengan Meniru

23 Agustus 2017   09:28 Diperbarui: 24 Agustus 2017   16:12 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (http://www.taiwoemayosan.com)

Jepang adalah salah satu negara yang memiliki teknologi yang sangat maju di tingkat dunia. Setelah perang dunia ke II, Jepang banyak melakukan reverse engineering yang boleh dibilang meniru. Jepang membeli mobil dari Amerika misalnya dan kemudian dibongkar dan dipelajari cara kerjanya. Setelah berhasil meniru, Jepang mengembangkan produk tersebut. Toyota adalah salah satu produsen mobil terbesar di dunia.

Dalam belajar melukis, saya sering membaca banyak dari pelukis pelukis muda yang pergi ke museum dan mencoba untuk meniru lukisan-lukisan terkenal. Bagi pelukis yang berhasil, hal ini hanya tahap belajar sebelum akhirnya menciptakan gaya lukisan yang memang milik dia.

Membaca dan meniru gaya tulisan yang kita sukai juga tidak salah untuk belajar bagaimana menulis yang baik. Bukan plagiat, gaya berbahasa, menuturkan gagasan monggo ditiru. Sampai akhirnya kita bisa membuat sebuah tulisan dengan gaya kita sendiri.

Tidak ada yang salah dengan meniru.

Hal yang sering dilupakan adalah setelah meniru kita harus coba mengembangkan hasil tiruan itu. Berhasil atau tidaknya saya pikir urusan belakangan. Dalam menulis misalnya jika kita tidak berhasil mengembangkan gaya tulisan kita sendiri, tidak apa apa toh.

Dalam bisnis, jika kita menemukan suatu ide yang menarik dan berhasil. Tidak ada salahnya ditiru, tetapi kembangkan dan cari jalan agar produk kita mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan dengan produk kompetitor.

Misalnya kita ingin memproduksi power bank, silahkan melakukan reverse engineering dan tingkatkan daya tahannya. Jika harus bayar royalti yah bayar.

Dalam proses belajar, seringkali saya meniru terlebih dahulu. Cari tahu apa yang menjadi kunci sukses seseorang dan setelah itu berusaha dikembangkan. Namun tidak selalu berhasil untuk proses pengembangannya. Seringkali hanya bisa jadi peniru.

Dalam proses menulis hal yang sama saya lakukan. Banyak membaca tulisan Kompasianer dan secara tidak langsung belajar, bagaimana para Ker menyampaikan gagasannya. Apakah saya berhasil mengembangkan gaya tulisan tersendiri? Saya tidak berani menilainya.

Ada satu perkataan yang pernah saya baca dan sesuai dengan artikel ini. Tiru, bongkar dan kembangkan, artinya adalah pada masa awal tiru kemudian cari tahu apa yang menjadi keunggulan (bongkar) dan setelah itu kembangkan agar bisa lebih baik.

Tiru -Bongkar- Kembangkan

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun