Mohon tunggu...
Rohit Mahatir  Manese
Rohit Mahatir Manese Mohon Tunggu... Nelayan - Di lahirkan untuk menjadi pembelajar.

Mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Membaca Belang: Sumber Air yang Semakin Jauh

14 Mei 2020   02:15 Diperbarui: 14 Mei 2020   02:33 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Merdeka.com

Sudah sebulan lebih menjalani semi-liburan di kampung. Dari status ODP yang menjadi stigma, perlahan-lahan mulai hilang menjadi ‘orang kampung’ kembali.

Berakhir status itu membuat saya agak bebas berada di luar, meski ada beberapa teman yang cukup was-was berdekatan, bahkan ada yang  sering bercanda dengan mengatakan “Awas jangan dekat-dekat, dia bawa virus”.  Saya sudah memakluminya, orang belang selalu begitu, dalam keadaan apapun pasti selalu ada candaannya.

Ketika berada di luar rumah saya menjalaninya bukan sekedar wara-wari, tapi sambil mengamati keadaan kampung, berubah atau tidak. Saya tidak berani berkesimpulan, namun realitas menunjukan hal demikian pada sore harinya saya akan menemukan rombongan anak-anak dengan androidnya sambil memainkan Free-fire, Pub-g, Mobile Legend dll.

Kalau dulu rombongan anak-anak itu pasti sedang gali lubang untuk memainkan kelereng; menggaris tanah untuk memainkan cenge’, atau sedang jaga banteng untuk memainkan pak-pak sambunyi (petak umpet). Arus modernitas sangat kencang, tanpa filterisasi permainan  yang dulu kita mainkan itu mulai tergerus.

Pada malam harinya-pun saya masih sama, berjalan dan memutari antar lorong untuk mengamati tiap sudut kampung.

Saban malam saya lakukan hal demikian dan pasti akan bertemu dengan beberapa orang tua yang selalu menjinjing galon 5 liter, Membawa ember ukuran sedang hingga ada yang membawa teko air minum ukuran besar. 

Bukan sekedar berasumsi tanpa data, sayapun coba bertanya “mau kemana pak?”, bapak itu kemudian menjawab “ Mengambil air di sebelah hit, untuk keperluan air bersih di rumah” .

Saya tanya lagi, di rumah emangnya nggak ada saluran air? bapak pun kembali menjawab; “Di rumah ada saluran, tapi airnya nggak keluar, meski sudah ditarik pake mesin air selama berjam-jam”.  Padahal malam harinya mereka harus beristirahat demi dan untuk istirahatkan badan karena sedari pagi hingga sore harus membanting tulang demi penghidupan

Ini bukan situasi biasa-biasa saja, Kok sumber makin jauh ? padahal Belang belum tandus, punya hulu besar yang menyimpan air di perantara gunung-gunung tinggi dan besar di belakangnya.

Sungai wawesen-pun tidak pernah kering biar panas berbulan-bulan kalau hujan lebat bahkan sungainya hampir meluap meski sudah ada tanggul tinggi samping kiri dan kanannya. Bahkan kapal-kapal ikan masih muda mendapatkan air bersih dibanding orang-orang tua tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun