Nama Romo Yanto, imam projo di Keuskupan Weetebula, Pulau Sumba, tidak asing lagi di kalangan masyarakat Sumba, khususnya di desa-desa sekitar Paroki tempatnya mengabdi sebagai pelayan Tuhan. Romo dengan ciri khas rambut panjang ini, tidak saja aktif memberikan pelayanan gerejani, akan tetapi juga ia proaktif membina orang-orang muda berperilaku khusus di desa-desa.
Orang-orang muda berperilaku khusus yang dimaksud yaitu pencuri, pencopet, penjudi dan pemabok. Mereka ini sangat mengganggu ketertiban dan ketenteraman dalam masyarakat.
Orang-orang muda yang dianggap sebagai penyakit sosial masyarakat ini, sangat dibenci dan dijauhi oleh masyarakat umum, pemerintah, TNI dan Polri. Tapi Romo Yanto, justeru mendekati mereka dengan penuh kasih sayang.
Romo Yanto membina mereka bukan dengan cara-cara formal, tapi sederhana saja tanpa mengajari. Romo mengunjungi rumah mereka masing-masing tanpa dijadwalkan terlebih dahulu. Di situ Romo ngobrol sambil bersenda-gurau dengan mereka. Romo juga makan dan minum di rumah mereka dengan menu apa adanya. Dan  sering pula Romo menginap di rumah mereka yang tanpa kasur. Ini dilakukan Romo secara kontinyu.
Dampaknya, kalau bisa dikatakan begitu, banyak yang bertobat, kemudian membuka kebun atau ladang untuk bercocok tanam. Sekurang-kurangnya, aktivitas mereka untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji itu berkurang frekuensinya.Â
"Ada memang yang tidak bisa berubah sama sekali. Mengapa? Karena tidak biasa bertani," ungkap Romo Yantu suatu ketika saya jumpai.
Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa penulis dan wartawan, secara tidak sengaja berjumpa dengan Romo Yanto di beberapa destinasi wilayah Kodi. Saat itu kami sedang tamasya pribadi untuk cari inspirasi.
Kami mulai berjumpa dengannya di Pantai Bhawana. Di pantai berbatu cincin ini, kami menjumpai Romo sedang dikerumuni orang-orang muda yang biasanya menawarkan jasa kepada rombongan wisatawan sebagai guide lokal dan penjaga kendaraan yang diparkir.
Di Bawana ini kami tidak sempat ngobrol dengannya. Ketika kami bergeser ke Pantai Rate Nggaro dan Romo juga sudah ada di pantai ini, kami mulai mengajaknya foto bareng sambil ngobrol seperlunya?
"Romo ikut ke sini juga," kata saya memulai.
"Kalau ada waktu senggang begini, saya putar-putar juga. Untuk mengawasi orang-orang muda sekitar destinasi yang berperilaku khusus. Kadang-kadang ada yang copet dan tawarkan jasa yang tidak wajar. Setelah saya dampingi mereka, saya mau cek, apakah mereka masih begitu atau tidak lagi," tutur Romo.