Mohon tunggu...
Oom Roes
Oom Roes Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di Solo, sekolah di FE Undip Semarang dan University of Oregon, AS, bekerja di Bank BRI sampai tahun 2002, sekarang tinggal di Bintaro Jaya, Tangerang. Twitter @roesharyanto FB: Oom Roes

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Inggris (memang) bukan bahasa Indonesia yang di-inggriskan

15 Agustus 2012   09:41 Diperbarui: 4 April 2017   17:49 6999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1345245792837517486

[caption id="attachment_207385" align="alignleft" width="300" caption="spreadshirt.com"][/caption] I want to put my money in your bank how much is the flower?. Are you looking for some T-shirts mam? Yes, please. What color? Chocolate. Today my body is not so delicious. Because of what? Little little to me, little little to me, salary never up. Itu beberapa jokes tentang bahasa Indoensia yang di-Inggriskan  yang sering kita dengar. Dalam proses belajar bahasa Inggris  ada 4  skill yang perlu dikuasai : listening, reading, speaking dan writing. Dari keempat skill tersebut,  menurut pengalaman pribadi saya, writing yang paling sulit. Untuk orang lain mungkin pengalamannya  berbeda.  Banyak yang bisa membaca dan menulis dengan baik tetapi ketika harus berbicara bahasa Inggris tidak jalan. Sebaliknya ada juga yang ngomongnya lancar sekali tetapi ketika disuruh menulis tidak bisa. Ketika masih kuliah di Semarang saya sering main di Student Center di Jl. Gajah Mada yang dikelola oleh Gereja Baptis dari Amerika.  Lembaga ini menyediakan fasiltas ruangan untuk belajar, diskusi dan perpustakaan. Salah satu pengelolanya native speaker dari Amerika dan seorang lagi dari Filipina. Dengan berbekal pelajaran bahasa Inggris dari SMA saya memberanikan diri berkomunikasi dengan mereka. Ternyata berbicara Inggris tidak sesulit yang saya bayangkan.  Bahasa lisan pada dasarnya bahasa yang tidak sempurna. Jadi, walaupun grammar-nya masih berantakan kalau vocabulary-nya tahu bisa jalan. Sekali-sekali diseling dengan bahasa Tarzan.  Sejak SMA saya memang sudah senang membaca buku-buku bahasa Ingrris, jadi kosakata saya lumayan banyak.  Karena saya cukup sering main ke student center tersebut, komunikasi saya dengan kedua native speaker tsb cukup intensif. Kemampuan conversation saya meningkat pesat melebihi kemampuan saya dibidang grammar, structure dan writing. Ketika mendapat kesempatan sekolah lagi di Amerika sejak awal saya tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran maupun dalam membaca buku-buku teks. Namun ketika mendapat tugas membuat paper barulah terasa betapa sulitnya. Writing adalah skill yang hampir tidak pernah saya latih ketika di Indonesaia. Tugas pertama waktu itu menulis paper untuk pelajaran marketing. Ketika akhirnya saya berhasil menyerahkan paper, dosen marketing saya bilang: "I'm sorry Roes, but I don't understand what you are trying to write. It doesn't sound like English."  Saya coba baca kembali. Memang benar, walaupun grammarnya benar, vocabulary-nya benar, tetapi paper saya  masih tetap seperti bahasa Indonesia yang di Inggriskan.  Bukan seperti bahasa Inggris tulisan yang lazim dipergunakan di Amerika. Berikut beberapa  contoh sederhana bahwa kita tidak bisa hanya sekedar menterjemahkan kata demi kata saja. Dalam percakapan sehari-hari kita misalnya ingin mengatakan; "Rumahnya besar. Kamarnya ada empat besar-besar."  Dalam bahasa Inggris kita tidak bisa menterjemahkan: "His/her house is big. Its rooms are four and big." , walaupun secara tatabahasa dan kosakatanya benar. Orang Amerika akan mengatakan: "He/she has a big house. It has four big rooms." Pidato almarhum president Kennedy yang sering dikutip : "Jangan tanyakan apa yang negara ini bisa berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang bisa kau perbuat untuk negerimu."  Presiden Kennedy mengatakan: "Ask not what your country can do for you, but ask what you can do for your country." , bukannya "Don't ask what your country.......etc. Coba terjemahkan kalimat berikut :" Datanglah ke rumah. Kopi/nasi goreng buatan/masakan istri saya enak sekali."  Nah,  ketika baru belajar dulu kita akan mengatakan : "Come over my house, the coffee/fried-rice cooked by my wife is very good." Orang Amerika akan tahu-tahu saja artinya, tapi umumnya dia akan mengatakan : "Come over my house, my wife makes a very good coffee/fried-rice." Datang bahasa Inggrisnya come. Untuk mengatakan "saya(pasti) akan datang" mereka tidak mengatakan "I will come", tetapi "I'll be there." Juga untuk mengatakan "Kita sudah hampir sampai.", kita tidak mengatakan 'We almost arrive/come", tetapi "We're almost there." Ketika seorangseketarislaporke bosbahwa tamunya, Mr. Smith,  sudah datang, dia tidak akan mengatakan "Mr. Smith has come", tapi "Mr. Smith is here."  Follow artinya ikut atau mengikuti, tetapi untuk menanyakan "Kamu ikut? kita mengatakan "Are you coming?". "Sudah jamnya tidur"  bukan it's time to sleep tapi it's time to bed. Yang lebih sulit bagi non-native speaker seperti kita adalah banyaknya penggunaan idiomatic expressions, yaitu ungkapan-ungkapan yang sudah baku artinya dan tidak dapat diterjemahkan dengan mengartikan kata demi kata. Beberapa contoh: It goes without saying - sudah harus diterima kebenarannya, tidak perlu dibahas lagi. Piece of cake / no sweat - gampang sekali.  Back to square one - gagal, harus kembali dari awal lagi. To give someone a hand - membantu orang lain. On fire - sedang bagus-bagusnya (dalam permainan atau olah raga). Bark the wrong tree - salah sasaran, misalnya dalam memarahi seseorang.  Easier said than done - mudah diomongin susah dijalanin. To keep an eye on someone/something - mengawasi seseorang atau sesuatu.  Crack under pressure - mudah menyerah dibawah tekanan. Work for me - cocok untuk saya, misalnya tentang sesuatu usulan. Old habits die hard - kebiasaan lama susah hilangnya. Couldn't agree more - bukan berarti tidak setuju, tetapi sebaliknya setuju sekali. I can't/couldn't help it bukan bersrti saya tidak bisa menolong, tetapi tidak bisa saya hindari atau terpaksa. Jadi, mengerti grammar, structure dan vocabulary saja tidak cukup untuk mengusai bahasa Inggris dengan baik. It's  necessary but not sufficient condition. Apalagi kalau harus dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan banyak membaca buku-buku teks, surat kabar atau menonton TV/film bahasa Inggris kita akan banyak menyerap idiomatic expressions. Dan ketika tiba saatnya anda harus berbahasa Inggris, think like an American or Englishman, jangan meng-inggriskan bahasa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun