Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dampak Negatif Pagelaran Dangdut Pernikahan di Masyarakat

15 Januari 2012   17:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:51 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tembang Perahu Layar terdengar mengalun kencang dari suara seorang biduan di atas panggung. Sementara itu, di samping penyanyi tersebut berkumpul sekelompok pemuda sedang asyik berjoget dengan tangan kanan menyebarkan uang nominal lima ribur rupiah ke sekitar panggung. Mereka tampak semangat untuk mengeliliingi sang biduan yang jelita, sementara itu bau alkohol merebak di segala penjuru. Di deretan kursi paling depan, terlihat beberapa bocah kecil, baik laki-laki maupun yang perempuan sedang ikut menyanyikan lagu yang tenar pada tahun 2000 lalu. Itulah gambaran yang saya saksikan saat menghadiri undangan pernikahan seorang kawan, di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Saya yang datang pada malam hari selepas Isya, awalnya melihat acara seperti layaknya hajatan pernikahan biasa. Namun sekitar pukul 21:30 wib, ketika kursi dan meja dirapikan, serta areal depan rumah Kawan saya yang Nikah dikosongkan, untuk menggelar "pesta" yang sesungguhnya dimulai, yaitu Dangdutan. Saat saya bertanya dengan Kawan yang kebetulan sudah berganti dari pakaian manten dengan pakaian biasa, kalau kata orang di sekitar sana, mengadakan acara pernikahan kurang lengkap tanpa menampilkan hiburan dangdut seperti organ tunggal. Saya yang kurang begitu tahu dengan kebiasaan warga di sana hanya mengangguk sembari izin pamit untuk kembali ke rumah. Tapi karena ada beberapa urusan kerjaan yang tidak bisa ditunda, maka Kawan saya meminta waktu sekitar satu jam untuk menitipkan sesuatu pada beberapa kawan lainnya di tempat kerjaan. Karena tidak enak menolak Kawan yang sedang punya hajat, maka saya pun menunggunya sambil menyaksikan perhelatan musik dangdut tersebut. Mulanya tampak aman-aman saja, namun ketika memasuki pertengahan tampak suasana semakin ramai dengan berdatangan banyak pemuda dari berbagai kawasan tersebut hingga areal panggung penuh sesak. Saat melihat sekilas, wajah puluhan orang yang datang itu ada sebagian yang tampak sedang teler, atau (mungkin) habis meminum minuman keras. Dalam hati sempat berpikir, kalau keaadaan seperti ini terus pasti bakalan rusuh, karena kalau orang sudah terpengaruh dengan minuman keras maka bawaannya menjadi panas dan emosian. Ibaratnya adalah senggol dikit bacok. Dan ternyata benar, tidak lama kemudian saat seorang biduan sedang menyanyikan sebuah lagu dangdut, tampak beberapa pemuda saling dorong di atas panggung. Saling baku hantam pun terjadi diantara mereka, sontak acara yang tadinya aman menjadi ricuh karena aksi mereka. Bangku menjadi terbalik, gelas dan botol minuman terbang entah kemana. Suasana yang tadinya sakral saat pesta pernikahan berlangsung, berubah menjadi ricuh dan tak terkendali. Semua orang saling menyelamatkan diri, begitu juga dengan para biduan yang sedari tadi asyik menyanyi. Tampak beberapa anak kecil hanya bisa menonton, acara pertunjukkan yang mungkin mereka anggap adalah  seru layaknya tayangan Smackdown. Untung keributan dapat segera dikendalikan, setelah turun beberapa ormas pemuda dan satuan perangkat warga yang turun langsung untuk mendamaikan suasana. Usut punya usut adalah keributan terjadi karena seorang pemuda tidak ingin biduan pujaan hatinya joget dengan pemuda lain tepat di atas pangung bersama mereka. Ya ampun...

*   *   *

Sebab tidak enak hati melihat saya menyaksikan semua itu, Kawan saya yang melaksanakan pernikahan meminta maaf karena telah membuat saya kaget akan peristiwa tersebut. Menurutnya, kejadian seperti itu sangatlah jamak terjadi apabila ada suatu keluarga yang mengadakan acara organ tunggal atau dangdutan saat Pernikahan. Justru menurutnya, kalau acara pernikahan tidak mengadakan organ tunggal atau dangdutan, maka yang datang pada sepi. Saya hanya bisa mengangguk serta mengucapkan terima kasih padanya dan tak lama kemudian segera pamit dari tempat tersebut. Miris juga, kalau kejadian seperti itu terus berlangsung bukan hanya di tempat kawan saya saja, melainkan di berbagai tempat lainnya. Sebab meski yang namanya hiburan, tetap saja harus di antisipasi oleh pihak keamanan mengenai banyaknya warga yang datang untuk menikmati musik dangdut. Karena kalau membebaskan ada beberapa pemuda yang joget sembari mulutnya bau alkohol, bisa menyebabkan terjadinya pertengharan dan menyulut keributan antar warga sekitarnya. Belum lagi saat saya melihat dengan bebasnya beberapa anak kecil yang asyik menyaksikan goyangan dangdut dari beberapa penyanyi itu. Apa Orang tua mereka tidak khawatir kalau sang anak akan meniru gerakan dari penyanyi dangdut yang diatas panggung sangat sensual dan vulgar. Atau tidak takut apabila terjadi sebuah keributan yang meluas antar warga, maka anaknya yang tidak tahu apa-apa akan menjadi korban? Semoga saja kejadian ini tidak menimpa kita dan keluarga di rumah...

*   *   *

[caption id="attachment_155814" align="aligncenter" width="614" caption="Keributan yang terjadi karena salah paham"][/caption]

*   *   *

[caption id="attachment_155815" align="aligncenter" width="614" caption="Beberapa anak kecil beserta Orang tua di sampingnya"]

1326646093316320008
1326646093316320008
[/caption]

*   *   *

[caption id="attachment_155816" align="aligncenter" width="614" caption="Ironis, menyaksikan Hiburan bisa menjadi Kericuhan"]

13266461682076149219
13266461682076149219
[/caption]

*   *   *

Djembatan Lima, 16 Januari 2012 (00:50 wib)

- Choirul Huda (CH)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun