Mohon tunggu...
Robert Strong
Robert Strong Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Westeros

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ukraina: USA dan EU Memang Laknat

24 Maret 2014   22:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:32 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Like a mirror, the situation in Ukraine reflects what is going on and what has been happening in the world over the past several decades. After the dissolution of bipolarity on the planet, we no longer have stability. Key international institutions are not getting any stronger; on the contrary, in many cases, they are sadly degrading. Our western partners, led by the United States of America, prefer not to be guided by international law in their practical policies, but by the rule of the gun. They have come to believe in their exclusivity and exceptionalism, that they can decide the destinies of the world, that only they can ever be right. They act as they please: here and there, they use force against sovereign states, building coalitions based on the principle “If you are not with us, you are against us.” To make this aggression look legitimate, they force the necessary resolutions from international organisations, and if for some reason this does not work, they simply ignore the UN Security Council and the UN overall.
This happened in Yugoslavia; we remember 1999 very well. It was hard to believe, even seeing it with my own eyes, that at the end of the 20th century, one of Europe’s capitals, Belgrade, was under missile attack for several weeks, and then came the real intervention. Was there a UN Security Council resolution on this matter, allowing for these actions? Nothing of the sort. And then, they hit Afghanistan, Iraq, and frankly violated the UN Security Council resolution on Libya, when instead of imposing the so-called no-fly zone over it they started bombing it too.
There was a whole series of controlled “colour” revolutions. Clearly, the people in those nations, where these events took place, were sick of tyranny and poverty, of their lack of prospects; but these feelings were taken advantage of cynically. Standards were imposed on these nations that did not in any way correspond to their way of life, traditions, or these peoples’ cultures. As a result, instead of democracy and freedom, there was chaos, outbreaks in violence and a series of upheavals. The Arab Spring turned into the Arab Winter.
A similar situation unfolded in Ukraine. In 2004, to push the necessary candidate through at the presidential elections, they thought up some sort of third round that was not stipulated by the law. It was absurd and a mockery of the constitution. And now, they have thrown in an organised and well-equipped army of militants.
We understand what is happening; we understand that these actions were aimed against Ukraine and Russia and against Eurasian integration. And all this while Russia strived to engage in dialogue with our colleagues in the West. We are constantly proposing cooperation on all key issues; we want to strengthen our level of trust and for our relations to be equal, open and fair. But we saw no reciprocal steps.
On the contrary, they have lied to us many times, made decisions behind our backs, placed us before an accomplished fact. This happened with NATO’s expansion to the East, as well as the deployment of military infrastructure at our borders. They kept telling us the same thing: “Well, this does not concern you.” That’s easy to say."
Tulisan di atas adalah petikan dari pidato dari Presiden Vladimir Putin tanggal 18 Maret 2014 berkaitan dengan krisis Ukraina yang berlanjut pada bergabungnya Propinsi Crimea, Ukraina ke Rusia. Kejadian ini berlanjut pada sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Amerika dan sekutunya kepada Putin dan Rusia, dengan alasan Rusia telah melakukan aneksasi ilegal terhadap wilayah negara lain, sehingga melanggar hukum internasional. Perdana Menteri Canada bahkan berkunjung ke Ukraina dan di sana mengecam dengan keras bergabungnya Crimea ke Rusia walaupun hal tersebut adalah hasil referendum rakyat Crimea yang 94% di antaranya memilih bergabung ke Rusia.
Seperti biasa, Amerika Serikat dan Uni Eropa memang kumpulan manusia munafik yang sejak abad kolonialisme merasa bahwa mereka memiliki sebuah hak istimewa, sebuah kekhususan untuk menjajah bangsa lain melalui penjajahan secara mental maupun penjajahan secara fisik. Bila Amerika Serikat; dan Canada mengecam pengambilalihan wilayah bangsa lain oleh Rusia, bukankah wilayah Amerika Serikat dan Canada juga direbut paksa melalui genosida bedara oleh para imigran yang datang Eropa Barat dari tangan pemilik sebenarnya, yaitu suku Indian?
Kemudian kita ingat bahwa bukan saja Amerika Serikat memaksa Indonesia untuk melakukan referendum di Timor Timur; mereka juga memaksa untuk mengirim pasukan-pasukan yang memasuki wilayah Timor Timur yang saat itu masih merupakan Republik Indonesia, dipimpin oleh negara rasis dan penjajah aborigin, yaitu Australia.
Tidak beberapa lama setelah peristiwa 11 September 2001, Amerika yang sedang bangkit semangat koboynya menyerang Irak dan Afganistan tanpa izin PBB. Bila mereka menyerang Afganistan karena mengejar Osama bin Laden yang dianggap otak penyerangan ke gedung WTC, maka Amerika menyerang Irak karena mengejar cadangan minyak Irak. Bukan itu saja, Amerika dan sekutunya juga berbohong mengenai Irak memiliki senjata pemusnah massal. Yang lebih parah, Amerika mewajibkan Indonesia untuk mendukung serangan mereka ke Irak dan Afganistan, dan ketika menolak, George W. Bush mengancam menghentikan investasi perusahaan Amerika di Indonesia yang saat itu baru pulih dari krisis ekonomi.
Ini adalah Amerika Serikat yang sama, yang telah mendanai para penghianat seperti LBH Jakarta, Kontras, Elsham, dan lain-lain untuk membuat kekacauan di Indonesia demi memaksakan ideologi mereka ke kerongkongan Indonesia. Mereka menganggap bahwa pemahaman Amerika tentang demokrasi dan hak asasi manusia adalah yang paling benar; yang paling tepat sehingga pihak yang tidak mengikuti pemahaman tersebut berarti pelaku pelanggaran hak asasi manusia dan anti demokrasi. Amerika melakukan hal tersebut tanpa memandang budaya lokal, misalnya Indonesia memiliki Demokrasi Pancasila, namun mereka tetap memaksa supaya Indonesia menerapkan demokrasi liberal.
Benar, seperti yang dikatakan Putin, Amerika dan Barat yang merasa paling pantas menjadi sokoguru demokrasi dan hak asasi manusia tanpa mempedulikan standar ganda yang kerap mereka lakukan, sering memanfaatkan ketidakpuasan beberapa kelompok di negara tetangga; membiayai mereka; dan meracuni otak mereka sehingga para orang lokal tersebut menghancurkan negara mereka sendiri. Itulah yang terjadi pada Indonesia ketika Reformasi 1998; dan itulah yang terjadi pada Ukraina sekarang.
Dari awal Ukraina adalah sekutu alamiah Rusia, dan wajar di antara keduanya memiliki perjanjian kerja sama, di bidang ekonomi, militer maupun sosial dan budaya. Namun barat yang bermaksud menarik Ukraina ke dalam keanggotaan NATO supaya bisa menempatkan militer tepat di perbatasan Rusia telah membiayai kelompok Neo Nazi di Ukraina yang bersenjata untuk melakukan kekacauan di Ukraina demi menggeser rezim pro Rusia di Ukraina.
Bayangkan sebentar, di Eropa Barat, kelompok Neo Nazi adalah kelompok yang paling dibenci dan mereka bisa dipenjara karena menyatakan bahwa Nazisme adalah bagus. Namun demi kepentingan pragmatis sesaat, Eropa dan Amerika membiayai kelompok ultra kanan Neo Nazi yang anti etnis Eurasia/Rusia di Ukraina demi merusak kedamaian di Ukraina, menggulingkan pemerintahan dan kemudian mengendalikan Ukraina untuk menekan Rusia.
Sungguh keterlaluan bukan?
Sepanjang yang saya perhatikan, Rusia telah membuat banyak sekali kompromi dengan Barat dan tetap saja Barat memperlakukan Rusia seperti kutu Soviet. Misalnya hanya sedikit pemimpin Barat yang menghadiri pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Sochi, Rusia, dan semuanya demi mempermalukan Putin, sebab Olimpiade tersebut adalah proyek pribadi Putin. Bahkan Putin yang aktif memasukan proposal agar olimpiade musim dingin dapat diselenggarakan oleh Rusia.
Bayangkan, bila Barat memberlakukan Rusia seperti itu, bagaimana sikap mereka terhadap Indonesia? Tidak heran para pemimpin barat tidak segan menyadap pembicaraan pejabat kita; dan bahkan Perdana Menteri Australia berani menolak minta maaf setelah penyadapan yang mereka lakukan diketahui.
Dulu saya anti Osama bin Laden, Fidel Castro dan Hugo Chavez, sekarang saya berharap semakin banyak lahir Osama-osama, Castro-castro, dan para Hugo Chavez baru untuk menghancurkan hegemoni Amerika dan sekutunya!!!
Hidup Putin!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun