Mohon tunggu...
Robby Arief
Robby Arief Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dosa Akut Remedial Teaching

25 April 2017   07:30 Diperbarui: 25 April 2017   18:00 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : http://www.huiswerkbegeleidingprinsenbeek.nl/motivatieonderzoek

Bukan hal tabu bagi siswa-siswi Indonesia mendengar kata-kata remidi. Remidi sering kali menjadi penghalang siswa-siswi Indonesia untuk meraih masa liburnya semisal ujian akhir semester. Istilah yang kita kenal dengan program pebaikan nilai ini sering jadi dalih pembenaran di kalangan siswa-siswi. Ketika sebuah nilai mata siswa-siswian berada di bawah standar yang ditentukan, maka solusi yang disediakan adalah remidi.

Tapi taukah anda maksud dari remedial teaching sebenarnya?

Dalam modul materi pokok pengajaran remedial dan pengayaan Bahasa Indonesia oleh Bistok A. Siahaan dkk mengemukakan bahwa arti remedial adalah menyembuhkan, mengobati, membetulkan atau membuat menjadi lebih baik. Konteks remedial di sini lebih tertuju kepada indiividu yang melakukan remidi, bukan nilai mata siswa-siswiannya. Remedial teaching adalah suatu pembelajaran tambahan bagi siswa-siswi guna meningkatkan kualitasnya yang belum memenuhi indikator pendidikan. Bukan malah remedial ditujukan untuk memanipulasi hasil belajar siswa-siswi.

Di Indonesia sudah menjadi salah kaprah akut ketika istilah remidi “disalahgunakan” sebagai dalih perbaikan nilai. Malah terkadang dipakai sebagai bukti syarat guru untuk ngaji (ngarang biji). Dikarenakan hasil nilai ujian yang jeblok, pengajar seolah-olah menutupi kegagalannya dalam mengajar siswa-siswi. Imbas parahnya adalah ketika siswa-siswi melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Efek domino yang ditimbulkan malah membahayakan siswa-siswi tadi dan mengakibatkan dia semakin tertinggal dari teman sekelasnya.

Kesalahan seperti remedial teaching ini bukan satu-satunya kesalahan yang mendarah daging di Indonesia. Kesalahan yang disebabkan oleh kultur dari guru-guru pendahulu yang mengartikan remedial teaching sebagai perbaikan nilai, semestinya perbaikan kualitas. Mari pengajar Indonesia menuju pengajar yang cerdas dengan lebih memperdulikan kapasitas anak didiknya. Buatlah mereka bangga dengan kemampuannya maka dengan begitu anda akan bangga pula sebagai pendidik mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun