Mohon tunggu...
Rizal Imami
Rizal Imami Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penguasa Kebijakan, Massa, dan Hati Rakyat

27 Agustus 2017   14:45 Diperbarui: 27 Agustus 2017   15:08 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penguasa identik dengan sifat negatif dan apalah yang dapat menjadikan apatis terhadap seorang yang mendegar nama penguasa di telinganya. Dimana pun ada pengucapan istilah penguasa dari rakyat biasanya timbul tanggapan jelek dari rakyat terhadap penguasa, karena mayoritas fakta yang terjadi di lapangan sangatlah sesuai dengan persepsi masyarakat tentang penguasa.

Namun bagi masyarakat yang mampu menahan amarahnya dan bisa mengolah pikirannya dengan berpikiran luas tidak hanya terhimpitkan masalah penguasa yang lalim tidak akan berhenti begitu saja menilai penguasa adalah organ yang hanya mementingkan kepentingan pribadi, tetapi mereka memperluas cakrawala pemikiran mereka dengan melihat bahwa ada penguasa meskipun tidak secara resmi atau tidak dapat pengakuan secara de juredari pemerintah berdaulat namun secara de facto dia mendapat kepercayaan masyarakat dan diikuti gerak-geriknya bahkan apapun perintahnya terkait dunia perpolitikan langsung diterima dan dijalankan oleh masyarakat.

Saya membagi macam-macam penguasa menjadi 3 bagian, dilihat dari peranan penguasa terhadap masyarakat dan gerak-gerik kebijakannya kepada kemaslahatan serta kesejahteraan bersama. Pertama, penguasa kebijakan, sering diinterpretasi sebagai suatu organ resmi yang diakui negara dan mempunya hak prerogatif merealisasikan program kerjanya serta dia juga punya tanggungan berupa kewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial sesuai amanah yang ditetapkan dalam pembukaan UUD 1945, atau biasa disebut pemerintah dalam ketata negaraan Indonesia.

Macam penguasa pertama sangatlah penting peranannya terhadap negara, dia mendapat kekuasaan yang dilindungi hukum, kekuasaan yang dimiliki bersifat memaksa, siapapun dijangkaunya mencakup semua golongan masyarakat dari yang punya jabatan tinggi hingga terendah. Produk aturan yang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan rakyat, adapun hasil dari kebijakan juga dituntut realistis bukan omongan belaka, seperti konsepan yang sangat sistematis menjamin kepercayaan para anggota yang hadir pada rapat pembuatan program kerja.

 Tanggapan masyarakat kepada penguasa macam pertama ini lebih banyak negatif dari pada positif, memang kalau dibaca sekilas tanpa mengklarifikasi secara mendetail apa yang telah diperbuat dan dikerjakan pemerintah dan dampak terhadap rakyat kecil lebih menyakitkan dari pada rakyat besar, mungkin karena beda pengalaman. Padahal sebaliknya, pemerintah (penguasa) merencanakan betul kebutuhan rakyat dalam hidup bernegara, namun karena terlalu banyaknya penguasa dan tentunya mereka juga tidak sama kapasitas keilmuan dan pengalaman di lapangan maka konsekuensinya adalah tidak searahnya pandangan mereka, apalagi dalam konsep sistemnya.

Andaikan mereka menerapkan konsep maslahat mu'tabarah(maslahat yang telah mendapat pengakuan) saya jamin rakyat akan merasa terpenuhi haknya dan negara akan mendapat dukungan antusias dari rakyat serta simpati. Maslahat mu'tabarahmenawarkan urutan kemaslahatan yang harus direalisasikan terlebih dahulu dari kemaslahatan yang lain, pertama-tama sesuatu yang memang sangat fundamental dan pokok (dharuriyah), kedua adalah kebutuhan yang diperlukan setelah yang pokok terpenuhi (hajiyah), ketiga baru perhiasan atau pernak-pernik sebagai pelapis untul terlihat bagus dan menarik(tahsiniyah). Kalau dianalogikan seperti orang yang ingin membangun rumah, pertama harus dibuat pondasi utama sebuah rumah (dharuriyah), kemudian melapisi rumah dan menambahkan beberapa ruangan tambahan (hajiyah), terus yang terkahir baru memberikan hiasan terhadap rumah (tahsiniyah).

Kedua,macam penguasa yang kedua adalah penguasa massa, penguasa seperti ini menampakkan kewibawaan dan karismanya, dengan menampakkan kedua poin tersebut sangatlah berpengaruh terhadap massa khususnya bagi mereka yang awam, orang awam lebih mudah didoktrin tanpa perantara orang pun bisa, hanya dengan media-media sudah cukup ampuh mengubah pola pikir orang awam.

Ada pula penguasa massa tetapi tidak menghandalkan kemampuan potensi dirinya, melainkan cara-cara busuk seperti kolusi, konspirasi, suap, dan sebagainya. Sehingga massa yang dia kumpulkan pun menurut saya dibodohi oleh penguasa seperti itu, massa sedemikian banyaknya namun tidak bisa mengekspresikan pendapatnya di depan umum karena dia telah dikekang atau disuap suara hatinya.

Sebenarnya penguasa semacam ini sangatlah berpengaruh untuk menciptakan kemajuan masyarakat dengan membawa kepada perubahan yang lebih baik dan nantinya masyarakat mampu berkarya menata kehidupan berbangsa dan bernegara lebih progresif, produktif, dan labih baik.

Penguasa massa tidaklah harus pemegang tumpuk kekuasaan, dia berbuat baik memberikan perubahan nyata di hadapan masyarakat sesuai bidang yang dia tekuni sudah cukup bisa menggerakkan massa. Apapun tugasnya bila dia dipercayai karena memang kinerjanya terus membaik maka massa dengan sendirinya menghampiri dia menawarkannya tugas yang membidangi masyarakat luas.

Ketiga, adapun penguasa yang ketiga merupakan penguasa hati rakyat, maksud dari penguasa hati rakyat adalah orang yang dengan kebaikannya hanya diniatkan untuk kepentingan masyarakat bukan diperuntukkan kepada kenyangnya perut pribadi. Penguasa macam ini sangatlah ampuh menggerakkan massa yang sangat banyak, namun bedanya dengan penguasa massa ialah pada niat menggerakkan rakyat. Penguasa massa mempunyai niat menggerakkan massa sedangkan penguasa hati rakyat tidak ada niat untuk menggerakkan rakyat kepada suatu pilihan, dia hanya memberikan ilmunya murni untuk peradaban Indonesia dan kemajuan masyarakat. Sering memberikan nilai-nilai baik, membangun toleransi, mengajak perdamaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun