Mohon tunggu...
Risti Anggraeni
Risti Anggraeni Mohon Tunggu... -

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelet Bulu Ayam Karya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

22 Juli 2014   23:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:32 3266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pelebul, Solusi Penambah Berat Badan Ikan

Abstrak

Limbah bulu ayam belum dikelola secara optimal, selama ini limbah bulu ayam hanya dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan kemoceng, isian bantal dan boneka. Penelitian yang dilakukan oleh Zerdani, bulu ayam memiliki komposisi kimia yang meliputi 81% protein, 1.2% lemak, 86% bahan kering, dan 1.3% abu. Berdasarkan penelitian tersebut, limbah bulu ayam sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pakan ikan. Produk inovasi pelet bulu ayam ini menggunakan bahan campuran dedak halus, pollard, maizena, tepung tapioka dan air. Hasil uji laboratorium yang telah dilakukan terhadap sampel pelet bulu ayam memiliki kandungan air sebesar 9,16 % , abu sebesar 3,47 %, serat kasar sebesar 6,65 %, protein sebesar 20,22 %, karbohidrat sebesar 65,29% dan lemak sebesar 1,86 %.

Kata kunci : limbah bulu ayam, produk inovasi, pelet bulu ayam.

Di Indonesia jumlah konsumsi daging ayam terus meningkat dari tahun ke tahun, namun peningkatan ini tidak disertai pengelolaan limbah bulu ayam yang baik sehingga limbah bulu ayam menjadi permasalahan tersendiri ditengah masyarakat. Limbah bulu ayam yang terdapat di rumah pemotongan hewan belum dimanfaatkan secara optimal. Saat ini hanya sebagian orang saja yang memanfaatkan limbah bulu ayam untuk bahan dasar pembuatan kemoceng, isian bantal guling, dan aksesoris. Limbah bulu ayam yang terdapat ditempat pemotongan ayam masih belum dimanfaatkan secara optimal.Berikut adalah dua kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah bulu ayam yang terjadi di dua tempat yang berbeda yakni Garut, Jawa Barat dan Pontianak, Kalimantan Barat. Asap yang berbau tidak sedap dirasakan oleh masyarakat Garut akibat pembakaran limbah tulang dan bulu ayam, sedangkan di Pontianak dua rumah pemotongan hewan terpaksa harus ditutup karena limbah bulu ayam dibuang sembarangan sehingga mencemari lingkungan sekitar. Kasus tersebut mencerminkan bahwa limbah bulu ayam belum dilirik potensialnya. Akibatnya, limbah bulu ayam yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan bau yang menyengat, menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri dan penyakit, sarang lalat, dan pencemaran lingkungan.

Apabila dikaji lebih lanjut, bulu ayam memiliki kandungan protein keratin dengan struktur α-helik.Selain bulu ayam,material lain yang kaya akan protein α-keratin adalah rambut, wool, sayap, kuku, cakar, duri, sisik, tanduk, kulit penyu, dan lapisan kulit sebelah luar, sedangkan material yang kaya dengan protein β-keratin adalah sutera, bulu, dan jaring laba-laba (Lehninger 1982). Selain unsur keratin, bulu ayam juga memiliki komposisi kimia yang meliputi 81% protein, 1.2% lemak, 86% bahan kering, dan 1.3% abu (Zerdani et al. 2004).Tidak hanya itu saja, bulu ayam juga mengandung mineral kalsium 0.19%, fosfor 0.04%, kalium 0.15%, dan sodium 0.15% (Kim & Patterson 2000). Buluayamjugamemilikikandunganasam amino.Kandungan asam amino utama pada bulu ayam meliputi serin, prolin, glisin, sistein, asam glutamat, leusin, dan valin. Berdasarkanuraiantersebut, buluayammemilikipotensisebagaiunsur tambahanataucampuranuntukpakanternak.

Melihatpotensi kandungan gizi yang terdapat pada buluayam, limbah bulu ayam dapatdijadikansebagai campuranpakanternak yang berasaldarihewan. Dengan menambahkan dedak halus, tepung pollard, tepung jagung, serta tepung tapioka yang memiliki kandungan gizi lain seperti karbohidrat, lemak, dll. Kandungan gizi yang terdapat dalam polarrd, tepung jagung dan tepung tapioka, akan mendukung kandungan-kandungan gizi yang terdapat dalam tepung bulu ayam sehingga produk pakan ikan ini akan membantu meningkatkan hasil panen.Pelet ikan yang berbahan dasar bulu ayam terdapat 3 kandungan gizi yang utama yang dapat menambah berat badan ikan yakin karbohidrat, protein dan lemak. Olehkarenaitu, produksipeletbuluayamperludihasilkansebagaisalahsatualternatif penambahberatbadanikan.

Pelet Bulu Ayam

Pelet bulu ayam merupakan salah satu inovasi makanan ikan yang bahan dasarnya terbuat dari bulu ayam. Bulu ayam yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pelet adalah bulu ayam kering yang telah digiling sehingga serat bulu ayamnya jauh lebih lembut.

Kandungan

Hasil uji laboratorium yang telah dilakukan terhadap sampel pelet bulu ayam yang diujikan di LPPT Universitas Gadjah Mada, pelet bulu ayam memiliki kandungan air sebesar 9,16 % , abu sebesar 3,47 %, serat kasar sebesar 6,65 %, protein sebesar 20,22 %, karbohidrat sebesar 65,29% dan lemak sebesar 1,86 %. Dari pengujian tersebut dapat kita ketahui bahwasanya pelet bulu ayam memiliki kandungan protein, karbohidrat, dan lemak yang dapat menambah berat badan ikan.

Keunggulan Produk

Keunggulan produk pelet bulu ayam ialah ramah lingkungan, disebut ramah lingkungan karena produk pelet ini sama sekali tidak menggunakan campuran bahan kimia. Bahan dasar yang digunakan yakni limbah bulu ayam. Selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan, pengolahan limbah bulu ayam dapat dioptimalkan tidak hanya sebagai bahan dasar kemoceng, isian bantal dan boneka. Disamping itu pelet bulu ayam mudah dalam proses produksi, karena dengan menggunakan mesin-mesin yang mudah ditemukan seperti mesin penggiling bulu ayam, mesin pencetak pelet, dan mesin oven. Selain itu bahan-bahan campuran lain untuk membuat pelet bulu ayam cukup mudah ditemukan di pasaran. Pelet bulu ayam dijual dengan harga yang murah, dengan harga Rp 7.000,00 sudah mendapatkan satu kemasan pelet bulu ayam. Selain dengan harga yang cukup murah isi pelet bulu ayam ini jauh lebih banyak daripada pelet biasanya.

Daftar Pustaka
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:Erlangga
Zerdani I., Faid M., Malki A. 2004. Feather wastes digestion by new isolated strains
Bacillus sp. in Morocco. African J Biotechnol 3 (1): 67-70
Kim WK and PH. Patterson. 2000. Nutritional Value of Enzyme- or Sodium
Hydroxide-Treated Feathers from Dead Hens. Poultry Science 79:528–534.
Jogja.antaranews.com/berita/321128/produksi-ikan-konsumsi-sleman-meningkat-20-
persen (diunduh pada 10 Mei 2014 pukul 11:41)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun