Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Keramik yang Mengubah Nasib (2)

5 Desember 2009   10:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:04 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="190" caption="Mickey Sampson (www.rdic.org)"][/caption]

Setelah membaca dan mempelajari saringan keramik buatan Mickey, aku tertarik untuk mencoba membuatnya sendiri. Aku bayangkan bahwa saringan keramik buatanku tentu bisa banyak membantu masyarakat miskin di perdesaan maupun di pingiran kota, yang masih kesulitan untuk mendapatkan air dengan harga murah. Membeli air kemasan tentu merupakan pilihan yang tersedia saat ini, karena air PAM umumnya tidak bisa langsung diminum, dan air sumur sudah banyak yang tercemar, sehingga tidak aman untuk diminum. Tapi air kemasan juga tidak murah untuk masyarakat marjinal, apalagi saat ini banyak air kemasan dari merek tidak terkenal yang kualitasnya meragukan. Merebus air juga bukan merupakan pilihan yang murah, apalagi dengan meningkatnya harga minyak tanah atau gas untuk memasak.

Kiriman email-ku dijawabnya dengan antusias. Aku banyak mendapat kiriman brosur dan gambar, bahkan pedoman membuat saringan keramik secara lengkap, termasuk gambar-gambar teknisnya. Aku semakin bersemangat. Aku baca di buku petunjuk bahwa saringan keramik merupakan public domain, tidak ada hak paten yang melekat padanya, sehingga setiap orang bisa dan boleh membuatnya, asal mau dan mampu tentunya, karena disamping kemauan diperlukan modal yang lumayan juga besarnya.

Pada waktu ada kesempatan mengunjungi Hanoi untuk suatu undangan Seminar, aku berfikir, inilah kesempatanku untuk bertemu langsung dengan Mickey, suatu kesempatan baik yang tidak boleh dilewatkan. Phnom Penh tidak terlalu jauh dari Hanoi, fikirku. Akupun berkirim email lagi padanya, memberitahukan kedatanganku bersama Pak Alizar seorang temanku (kelak bersama-sama membentuk Yayasan Tirta Indonesia Mandiri). Mula-mula email-ku tidak berjawab, aku sudah mulai kuatir. Tapi akirnya datang juga jawaban dari dia. Sayang dia tidak berada di tempat pada saat aku akan ada disana. "Ris, I am not sure why you did not get my first response. You are welcome to visit on March 1st time frame, unfortunately I will not be in Cambodia. I will be presenting some of our work with ceramic filters at a workshop being hosted the CDC in Atlanta.  I am sure Marc will be able to provide you with a tour." Itulah jawaban yang aku terima, tidak apa, toh aku bisa meilhat-lihat pabriknya meskipun tanpa dia, fikirku.

Akhirnya, sampai juga aku ke Phnom Penh, tidak sulit menemukan pabrik Mickey, meskipun sempat kesasar. Pabriknya ternyata terletak di pinggiran kota Phnom Penh, di tengah-tengah pemukiman penduduk miskin di Kamboja, dan diapit oleh pabrik-pabrik genteng rakyat yang banyak terdapat disana. Diantar Kathryn, seorang mahasiswi yang sedang magang, kami keliling pabrik Mickey yang luas. Mula-mula kami diantar melihat-lihat kompleks laboratorium yang luas, yang pada awalnya didirikan khusus untuk meneliti masalah arsenik. Kemudian kami melihat proses pembuatan saringan keramik yang ternyata sangat sederhana. Lempung atau tanah liat yang sudah dihaluskan dicampur dengan sekam padi yang juga sudah dihaluskan dan dicampur air, kemudian diaduk dalam mixer dan setelah itu dicetak dalam cetakan berbentuk pot. Hasilnya adalah keramik berbentuk pot yang sederhana. Setelah dikeringkan selama dua minggu, keramik dibakar dalam tungku pembakaran dengan suhu diatas 900 derajat Celcius. Sebelum digunakan, saringan keramik diberi lapisan larutan perak nitrat yang berfungsi untuk menghilangkan enzim sumber makanan bakteri. Dengan hilangnya enzim maka mati pulalah semua bakteri yang ada dalam air kotor.

Akupun pulang dengan rasa puas. Belum seminggu setelah kepulanganku dari Phnom Penh, aku menerima email yang mengejutkan dari Kathryn, Mickey meninggal di Bangkok dalam perjalanan pulang dari Atlanta. Tenyata email yang aku terima merupakan email terakhir darinya. Aku belum sempat bertemu dengannya, tapi aku merasakan semangatnya yang tinggi dalam memperkenalkan saringan keramik, dan kecintaannya yang dalam kepada masyarakat kurang mampu. Keramik telah mengubah kehidupannya, akankah keramik mengubah kehidupanku? (Besambung)

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun