Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bangkitnya Para Penyandang Disabilitas

21 Oktober 2018   10:12 Diperbarui: 21 Oktober 2018   10:46 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Claudya Fritska dan Sheryl Sheinafia (Uzone.id)

Claudya Fritska yang berkolaborasi dengan Sheryl Sheinafia memukau penonton dalam acara penutupan Asian Para Games 2018 yang berlangsung meriah di GBK Madya pada 13 Oktober yang lalu. 

Claudya, penyandang disabilitas tunanetra, yang bersama Sheryl menyanyikan lagu "Dream High" malam itu, merasa mendapat kehormatan dan bangga dapat bernyanyi di ajang Asian Para Games yang berakhir meriah, tidak kalah dengan kemeriahan penutupan Asia Games 2018 beberapa hari sebelumnya. Bagi yang belum sempat melihat penampilan mereka, klik di sini.   

Lagu berjudul "Dream High" yang diciptakan Sheryl Sheinafia terpilih sebagai salah satu theme song untuk ajang Asian Para Games 2018, yang berlangsung pada 6-13 Oktober 2018 di Jakarta.  

Sheryl mengaku sangat bangga karyanya diakui di ajang sekelas Asian Para Games. Secara khusus, Sheryl mendedikasikan lagu tersebut bagi setiap orang yang tidak mudah menyerah walaupun menghadapi hambatan besar.

Sheryl bersama Claudya mengajak kaum disabilitas untuk tidak takut bermimpi setinggi-tingginya dan berusaha meraihnya. Karena menurutnya, dengan bermimpi dapat membawa kita menuju tempat yang lebih baik. 

Claudya berharap lagu ini dapat menjadi penyemangat bagi setiap atlet yang akan bertanding di Asian Para Games. Sebab menurutnya, keterbatasan fisik bukan suatu penghambat bagi seseorang untuk berprestasi dalam berbagai bidang. (Uzone.id).

Tidak seperti Claudya yang berhasil meraih mimpinya, kehidupan Siti (bukan nama sebenarnya) kurang beruntung. Lahir dari keluarga miskin di kawasan padat di Jakarta, Siti memiliki cacat bawaan, jaitu disabilitas intelektual. 

Sejak kecil dia selalu diasingkan saudara-saudaranya. Tidak jarang dia merasa terasing dan menyesali dirinya sendiri, karena tidak bisa bermain dengan teman-teman sebayanya. 

Menjelang dewasa, dia tidak memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi seperti saudara-saudaranya yang lain, orang tuanya tidak memiliki kemampuan untuk menyekolahkan dia ke sekolah berkebutuhan khusus. 

Dia melewati masa remajanya dengan suram, tidak ada laki-laki yang menginginkannya untuk dijadikan isteri. Dia semakin menjadi pendiam dan mengurung diri di dalam kamar. Rasa rendah diri selalu menghantui dan membatasi pergerakan dan pergaulannya dengan dunia luar.

Kehidupan Siti yang jauh dari bahagia mungkin juga dialami oleh orang lain, meskipun memiliki kemampuan lebih secara finansial. Mereka bisa saja salah seorang anggota keluarga kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun