Mohon tunggu...
Riska Y. Imilda
Riska Y. Imilda Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

IG: riskayi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sikap Toleransi Hilang, Integrasi Negara Terancam

24 September 2017   14:39 Diperbarui: 24 September 2017   15:05 5413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://ppidunia.org/wp-content/uploads/2017/03/Toleransi-1.jpg

Tahun ini, Indonesia mendapatkan tantangan penuh arti dalam menghadapi sebuah perbedaan. Melalui isu-isu diberitakan mengenai permasalahan kurangnya toleransi antar individu dan masyarakat. Indonesia sudah menjadi ladangnya masalah dengan minimnya toleransi didalam masyarakat terhadap keputusan orang lain. Jika melirik perbedaan yang ada, Indonesia sudah seharusnya memahami bahwa negara ini timbul dari perbedaan yang berhasil disatukan.

Era modern kini tidaklah patut bagi negara kita mempermasalahkan perbedaan. Dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat semestinya masyarakat sudah bersikap terbiasa untuk toleransi. Namun, tak seiring dengan perkembangan tersebut melainkan negara Indonesia semakin terancam akan perpecahan akibat perbedaan. Sikap toleransi menghilang dari waktu ke waktu dan masyarakat yang cenderung ingin menang sendiri atas kepentingan pribadinya. Mengapa tidak? Kerap kali kita menemukan individu-individu yang bertengkar berkaitan dengan SARA.

Hal ini tidak diseimbangi dengan pemikiran masyarakat Indonesia yang kolot dalam menyelesaikan masalah. Masyarakat yang masih bersikap egois bahkan terkesan etnosentris. Seakan-akan kehidupan sosial bukan lagi pembahasan yang perlu dipelajari. Ditambah lagi dengan kebebasan untuk berpendapat, terlebih melalui media sosial. Dengan mudahnya, kita dapat melihat postingan-postingan masyarakat Indonesia saat merendahkan suatu golongan, suku, dan pandangan politik. Bahkan, agama pun menjadi bahan ejekan saat tidak sesuai dengan opininya. Republik Indonesia sepertinya semakin kewalahan memerangi pemikiran-pemikiran dan jiwa-jiwa yang menyampingkan urusan negara demi kepentingan individu itu. Mengkhawatirkan sekali  tanpa berdirinya toleransi, Indonesia terancam disintegrasi bangsa.

Ancaman-ancaman yang bisa terjadi untuk menghancurkan bangsa Indonesia bisa saja berupa golongan-golongan separatis terhadap negara. Potensi peperangan/konflik memanas karena perbedaan pendapat mengarungi pertumbuhan dan perkembangan negara. Konflik yang paling berpengaruh besar kali ini ialah saat urusan politik dicampuradukan dengan agama.  Inilah peristiwa fatal, menjangkit setiap individu saling bermusuhan dengan individu lainnya sebab berbeda pandangan.

Indonesia bisa saja terpecah karena ancaman yang berasal dari dalam negeri ini sendiri. Sangat mengerikan bukan?Jika suatu golongan yang mengatasnamakan agama memanfaatkannya untuk berkegiatan politik, membawa-bawa agama untuk kepentingan dirinya dan berdampak buruk bagi negara.

Dalam kenyataannya terjadi dalam kasus penodaan agama, mungkin sudah bosan mendengar kasus yang menyerang seorang Ahok ini. Akibat dari perkataan Ahok disuatu peristiwa kampanye di ibukota. Akhirnya berujung pada aksi-aksi agama yang menentang Ahok dengan berbagai tudingan penistaan agama. Kemudian, terbagilah menjadi dua kelompok yang berseteru, kelompok pro dan kontra Ahok. Jika masalah ini hanya menyoal politik bisa saja dimaklumi tetapi, kasus ini menjadi legendaris karena dua agama yang memiliki prinsip-prinsip sendiri menjadi taruhan dan perbandingan.

Banyak masyarakat yang belum cukup memahami masalah ini, ikut bersuara tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Perbedaan persepsi yang tak diiringi dengan metode yang tepat dengan mudahnya masyarakat Indonesia turut berperang tanpa mengerti apa yang diperangi.

Walaupun, pertarungan ini tidak memakan nyawa dan peristiwa berdarah. Bukan berarti negara tidak mengalami kerugian besar, melainkan Indonesia mendapatkan krisis persaudaran dan terancamnya persatuan Indonesia. Selain itu, rakyat Indonesia masih menyimpan perang batin dan pemikiran yang tak teselesaikan. Hingga meredupnya kasus ini, masih saja ada perdebatan pemikiran sok benar berdatangan dari kaum elit bahkan dari lapisan terbawah sekalipun. Bergulir dan terus bergulir untuk menunjukkan siapa yang paling benar.

Dari permasalahan politik menjalar ke agama, agama yang disalahkan akibat kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Bercermin dari kasus ini maka, pentingnya toleransi. Toleransi adalah sikap yang ditujukan seseorang untuk menghargai pendapatnya dan tidak menjatuhkan pendapat orang lain dalam pandangan negatif. Menghargai dalam toleransi adalah menerima, menghormati perbedaan orang lain dan tidak mencampuri urusan mereka.

Jika saja, kasus penistaan agama itu diatasi dengan toleransi yang tinggi dari setiap lapisan masyarakat kemungkinan tidak akan melahirkan peperangan dingin antar umat beragama. Dimana, Ahok seharusnya berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara saat menyinggung persoalan agama. Serta umat Islam yang harus mencerna dengan baik dan mendalami maksud dari terjemahan Q.S al-Maidah:57. Sekali lagi maka, perdebatan yang menyangkutppautkan agama ini tak akan pernah terjadi  apabila setiap pihak memiliki sikap saling menghormati dan toleransi.

Indonesia bukanlah negara yang hanya berdiri dari satu jenis agama, ras, suku, golongan dan pendapat saja. Negara ini merupakan satu kesatuan yang memerlukan integrasi kuat untuk mempertahankannya sampai akhir kehidupan. Indonesia dibangun melalui keberagaman, bukankah dahulu saat penjajah datang Indonesia bersatu untuk mengusirnya dan tak peduli akan perbedaan apapun. Menghindari pertengkaran memang tak bisa kita lakukan tetapi alangkah baiknya jika mencegah pertengkaran tersebut dengan saling memahami perbedaan. Perbedaan harus dipelajari dengan baik, dalam istilah sepasang anak kembar saja memiliki sifat-sifat yang berbeda. Apalagi, masyarakat Indonesia yang datang dari berbagai penjuru peradaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun