Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Melindungi Generasi Penerus dari Hoax dan Radikalisme

23 Januari 2017   09:06 Diperbarui: 23 Januari 2017   09:30 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Penerus - A'raaf Gaufar Blog

Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Karena itulah remaja harus terbebas dari pengaruh buruk. Remaja harus visioner, dan mampu menciptakan hal-hal yang inovatif. Namun dalam perkembangannya, banyak hal-hal yang membuat generasi muda kita menjadi generasi yang tidak visioner. Tidak sedikit generasi muda yang meminilih menjadi radikal. Bukan hanya radikal secara pemikiran, namun juga radikal dalam hal perilaku dan ucapan. Tak heran jika banyak remaja yang menjadi intoleran, karena mendapat pengaruh dari kelompok-kelompok radikal.

Fenomena ini tentu harus menjadi kewaspadaan kita bersama. Hampir semua pelaku terorisme, didominasi kalangan muda. Apalagi perkembangan teknologi yang begitu pesat, banyak digunakan kelompok radikal dan teroris, menyebarluaskan paham-paham radikalisme. Tidak hanya itu, belakangan juga banyak sentimen radikalisme yang menyelinap dibalik berita palsu alias hoax. Akibatnya, tidak sedikit generasi muda kita tidak bisa mendapatkan secara utuh, jika tidak cerdas di dunia maya. Seperti kita tahu, dalam beberapa tahun terakhir, kelompok radikal dan teroris ini terus memanfaatkan dunia maya untuk mempengaruhi publik.

Belakangan, hoax rupanya menjadi cara yang dianggap efektif untuk mempengaruhi pemikiran orang lain. Meski cara yang dianggap efektif itu, merupakan cara yang tidak benar, dan bisa menimbulkan kondisi tidak kondusif. Faktanya, cyberterrorism telah menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Mereka terus menyebarluaskan radikalisme dan paham jihadisme di kalangan remaja. Bahkan mereka juga melakukan rekrutmen dan pelatihan melalui dunia maya.

Kalau kita cermati, dalam kabar bohong yang marak beredar akhir-akhir ini, polanya mirip dengan yang dilakukan oleh kelompok radikal. Informasi yang beredar mengandung unsur kebencian seseorang kepada orang lain. Memposisikan pihak yang berseberangan sebagai pihak yang salah. Bahkan tidak sedikit pihak yang berseberangan itu dianggap sebagai kafir. Kalau sudah pada titik ini, muncul lagi informasi yang mengajak publik untuk melakukan action. Masyarakat diprovokasi. Sentimen agama juga dimunculkan, agar masyarakat menjadi marah dan bisa memunculkan konflik sosial.

Karena itulah, perlu peran serta semua elemen masyarakat, untuk saling melindungi agar terbebas dari provokasi hoax di dunia maya. Jangan lagi ada kerusuhan yang disebabkan oleh provokasi media sosial, seperti yang terjadi di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Jangan lagi ada kebencian secara massal, karena terprovokasi oleh berita yang salah. Perlu ada kepedulian dari orang tua, agar memberikan arahan kepada putri-putrinya agar bijak dalam menggunakan gadget dan mengakses informasi di dunia maya. Masyarakat diharapakan mencari sumber informasi yang valid, dari media yang terdaftar, dan cek riceklah mengenai kebenaran informasi tersebut.

Sebagai generasi penerus, remaja tidak boleh menjadi generasi yang gemar menyebarkan berita bohong. Jangan biarkan generasi penerus menjadi generasi pembenci, yang gemar melakukan kekerasan atas nama apapun. Jangan biarkan juga, generasi kita menjadi generasi yang tidak bisa berpikir secara logis, dan merasa dirinya paling benar. Ingat, generasi muda harus cerdas, kreatif, inovatif dan visioner. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah, generasi muda juga harus mengedepankan toleransi, dan kerukunan antar umat beragama.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun