Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar Toleransi dari Indonesia

16 Juli 2017   18:29 Diperbarui: 16 Juli 2017   19:07 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - http://allah-is-the-one.blogspot.co.id

Beberapa waktu lalu, mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama mendatangi Indonesia. Selain mendatangi berbagai tempat wisata, bertemu presiden Joko Widodo, mendatangi sekolahnya ketika di Menteng, Obama juga berpidato ketika pembukaan kongres Diaspora ke empat. Ada yang menarik dalam pidato Obama, bahwa Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara lain untuk toleransi. Karena Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi, sudah semestinya mayoritas masyarakatnya menjunjung tinggi nilai toleransi.

Menurut Obama, Indonesia memiliki semangat toleransi yang yang tinggi. Contoh kecil yang bisa dilihat adalah, banyak ditemukan masjid dan gereja yang dibangun secara berdampingan. Candi Borobudur yang merupakan candi Budha terbesar, dan candi Prambanan yang merupakan candi Hindu, masih tetap berdiri kokoh dan terjaga, ditengah masyarakat lokal yang mayoritas beragama Islam. Inilah contoh kecil bahwa masyarakat Indonesia pada dasarnya mengharga keberagaman dan toleransi antar umat. "Semua itu jadi simbol khas Indonesia, bahwa mereka Bhinneka Tunggal Ika, bersatu dalam keberagaman. Hal itu dapat dijadikan contoh untuk negara muslim lain di dunia," kata Obama dalam pidatonya ketika itu.

Keberagaman di Indonesia sudah tidak bisa dibantah. Semua orang mengakui bahwa Indonesia adalah negara besar, yang terdiri dari banyak suku, budaya, dan agama. Meski tingkat keberagaman yang tinggi itu, masyarakatnya bisa hidup rukun, berdampingan, tidak ada yang saling membenci, dan semuanya tetap terjaga hingga saat ini. Memang, dalam perjalanannya, sentimen SARA sempat muncul dan berdampak pada konflik di daerah. Konflik di Ambon dan Poso adalah salah satu contohnya. Bahkan, dalam pilkada DKI Jakarta kemarin, sentimen SARA juga sempat muncul. Namun, masyarakat Indonesia tetap bersatu, dan mendapatkan jalan keluarnya. Semuanya itu tidak akan terjadi, jika tidak ada toleransi dalam diri masyarakat Indonesia.

Tidak dipungkiri, ada juga sebagian pihak yang menginginkan Indonesia menjadi negara konflik. Persatuan dan kesatuan yang selama ini sudah terjalin diganggu. Keberagaman yang selama ini menjadi karakter negeri ini, mendadak dipersoalkan. Perbedaan justru dimaknai sebagai sumber persoalan. Pancasila yang selama ini telah menjadi dasar negara, mendadak juga dipermasalahkan. Ironisnya, kelompok radikal yang selalu mempermasalahkan keberagaman ini, selalu berlindung dibalik agama tertentu. Anehnya, ketika Pancasila dipersoalkan, mereka justru mengusung ideologi khilafah, seperti yang diterapkan ISIS di Mosul dan Suriah. Pertanyaannya, apakah ideologi itu tepat diterapkan di Indonesia?

Semua orang paham, jika khilafah diterapkan di Indonesia, konflik akan bermunculan. Lihat Marawi yang saat ini sudah berupaya diduduki kelompok ISIS. Apakah kita mau keberagaman di negeri ini hilang karena kelompok radikal dan teroris? Apa jadinya jika keberagaman suku, budaya dan agama ini hilang dari bumi Indonesia? Karena itulah, mari kita kelola keberagaman yang menjadi ciri khas negeri ini. Mari kita jaga toleransi antar umat beragama, agar perbedaan tidak dimaknai sebagai persoalan. Mari kita jaga harmoni, agar kerukunan antar umat beragama tetap terjaga. Ingat, banyak negara belajar toleransi dari Indonesia. Banyak negara berusaha mengelola keberagaman negerinya, seperti yang diterapkan di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun