Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Menjaga Solidaritas Rohingya Secara Positif

6 September 2017   07:53 Diperbarui: 6 September 2017   09:46 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Solidaritas - frommoscowtowashington.wordpress.com

Bisa jadi, masyakat awalnya hanya terdiri dari kumpulan kecil manusia. Kemudian berkembang menjadi kumpulan dalam jumlah besar. Sampai akhirnya mengenal istilah desa, kecamatan, kabupaten, hingga di level provinsi. Mereka semua saling berinteraksi satu sama lain. Dalam interakasi itu, masyarakat saling membutuhkan bantuan, saling tolong menolong. Karena pada dasarnya manusia memang tidak bisa hidup sendiri. Mereka harus hidup bersama dalam sebuah wilayah tertentu. Tidak jarang, interaksi itu dilakukan antar masyarakat, antar provinsi, bahkan antar negara. Komunikasi antar masyarakat itulah yang kemudian melahirkan kepedulian dan solidaritas satu sama lainnya.

Salah satu bentuk solidaritas yang bisa kita lihat saat ini adalah, solidaritas terhadap etnis Rohingya di Myanmar. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim mengecam kekerasan terhadap etnis Rohingya. Bentuknya bermacam. Ada yang menggelar aksi unjuk rasa, ada yang meminta duta besar Myanmar pergi dari Indonesia, ada yang memberikan bantuan dana, bahkan kelompok jihadis ada yang bersiap pergi ke Myanmar untuk pergi berjihad. Mereka mengaku menyetorkan nyawa, untuk membantu etnis Rohingya.  

Hal diatas merupakan fakta atas terjadinya suatu peristiwa. Krisis kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya, telah memunculkan kepedulian dengan berbagai bentuknya. Hanya saja yang perlu dipertimbangkan adalah, kepedulian seperti apa yang diperlukan? Solidaritas seperti apa yang dibutuhkan etnis Rohingya? Kenapa hal ini penting? Agar kita masyarakat yang tinggal di Indonesia mengerti apa yang terjadi secara utuh. Mengingat banyak juga informasi menyesatkan, yang bisa juga menjadi konsumsi publik. Bahkan, foto hoax juga sempat bermunculan di media sosial. Hal semacam inilah yang membuat provokasi-provokasi mudah masuk.

Sekali lagi, perlu cerdas dalam melihat krisis kemanusiaan di Rohingya. Bahwa solidaritas perlu dimunculkan, iya. Bahwa kepedulian perlu dimunculkan, betul. Namun harus dilakukan secara cerdas. Ada pihak yang menyatakan tragedi Rohingya merupakan konflik agama. Padahal, tidak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan. Tidak ada satupun agama yang menganjurkan kebencian satu dengan yang lainnya. Sebaliknya, agama apapun menjunjung tinggi kemanusiaan. Agama apapun menganjurkan saling bantu-bantu antar sesama.

Mari kita bersolidaritas secara kongrit. Tidak perlu mengutuk, tidak perlu marah, tidak perlu melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak produktif. Mari kita bersolidaritas secara kongrit, agar bantuan yang bisa keluar juga bisa positif. Membangun rasa solidaritas secara positif perlu dilakukan. Jangan terus-terusan mengumbar kebencian. Ingat, tragedi kemanusiaan di Rohingya sejatinya bukan konflik agama. Yang terjadi disana murni persoalan kemanusiaan. Mari membekali diri dengan informasi yang komplit, agar kita bisa melihat persoalan Rohingya secara utuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun