Mohon tunggu...
Rise Nurhasanah
Rise Nurhasanah Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga dan freelance researcher -

Main Job as housewife with 3 lovely children Side Job as biostatistican

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menumbuhkan Kemandirian Anak melalui Toilet "Training"

20 April 2018   06:08 Diperbarui: 20 April 2018   08:42 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu impian orang tua adalah meninggalkan keturunannya sebagai pribadi yang kuat (mandiri) dan bertanggung jawab. Dalam kamus psikologi kemandiran berasal dari kata "independence" yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak bergantung pada orang lain dan adanya sikap percaya diri. Kemandirian bisa juga diartikan kepercayaan terhadap ide sendiri dan mampu menyelesaikan suatu permasalahan sampai tuntas (Parker,2005).

Kemandirian dapat terwujud melalui proses yang terus-menerus dari mulai usia dini. Proses pembentukan kemandirian pertama kali terdapat pada keluarga. Karena keluarga merupakan tempat pertama dimana seseorang lahir dan mendapatkan pengasuhan dari bayi sampai beranjak dewasa. Dalam keluarga seorang anak akan belajar mengenai kebiasaan baik yang merupakan modal untuk menjalani hidup dan meraih cita-cita.  Salah satu kebiasaan baik yang diajarkan dalam keluarga adalah toilet training.

Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar.  Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase usia todler yaitu 1-3 tahun (Hockenbernry, Wilson, & Wong). Salah satu yang mempengaruhi keberhasilan toilet training adalah perilaku orangtua atau ibu yang mengajarkan toilet training secara baik dan benar, sehingga anak dapat melakukan secara baik dan benar hingga besar kelak (Warner, 2007; Barone, 2009).

Komitmen Orang Tua

Hal pertama yang harus dipersiapkan dalam toilet training adalah komitmen orang tua. Kesiapan orang tua sangatlah penting karena orangtua terutama ibu yang akan memotivasi anak, menerangkan tanda-tanda ingin BAK/BAB, dan mengajarkan anak bagaimana caranya BAB/BAK di toilet. Proses ini cukup merepotkan dan melelahkan karena sang ibu harus segera membersihkan lantai ketika anak mengompol, sigap membawa anak yang ingin BAK/BAB ke toilet.

Bahkan tidak jarang harus bangun di malam hari begitu mendengar si kecil gelisah dan ingin BAB/BAK. Peran sang ayah pun tidak kalah pentingnya yaitu harus sigap membantu sang istri jika si kecil BAB/BAK, memberhentikan mobil di toilet terdekat pada saat bepergian, atau terganggu acaranya jika si kecil ingin BAB/BAK. Jika anak anda mempunyai pengasuh sebaiknya dikondisikan terlebih dahulu dan diberikan pemahaman agar pengasuh ikut membantu dalam proses toilet training si kecil.

Demikian juga dengan anggota keluarga dalam rumah tersebut harus diberikan pemahaman bahwa toilet training si kecil akan dimulai sehingga mereka dapat membantu dan mendukung proses toilet training. Setelah itu langkah selanjutnya adalah mempersiapkan anak untuk toilet training.

Persiapkan anak untuk toilet training

Toilet training merupakan salah satu tugas dari perkembangan anak pada usia toddler (Hockenbenry, Wilson, & Wong, 2012). pada tahapan toddler (1-3 tahun), kemampuan sfingter uretra yang berfungsi untuk mengontrol rasa ingin defekasi dan rasa ingin berkemih mulai berkembang. Dengan bertambahnya usia, kedua sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa berkemih dan rasa ingin defekasi. Walaupun demikian kondisi setiap anak tidak sama antara satu dengan yang lainnya (Hockenbery, Wilson & Wong, 2012). Sedangkan menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tidak ada usia yang pasti untuk memulai toilet training pada anak. Kesiapannya bergantung pada kondisi fisik dan psikologis yang secara umum timbul pada usia 18 bulan- 2,5 tahun.

Tanda seorang anak sudah siap untuk toilet training menurut IDAI diantaranya adalah sudah mampu menirukan Anda dan menunjukkan rasa tertarik untuk belajar, misalnya mengikuti Anda ke kamar mandi. Mampu mengembalikan benda-benda ke tempatnya, baik diminta ataupun tidak. Mampu menunjukkan tanda kemandirian dengan berkata tidak. Mampu berjalan dan duduk dengan baik. Mampu menyampaikan rasa ingin buang air (kecil atau besar). Mampu melepas dan mengenakan pakaiannya.

Buatlah Program Secara Bertahap

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun