“Menjadi lansia bukanlah akhir dari segalanya, namun dapat menjadi titik awal yang lebih terbuka untuk mengabdikan diri pada bangsa dan Negara.” Demikian pernyataan dalam kata sambutan yang penuh optimisme dari Ketua Panitya Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HALUN) 2012, Prof. DR. H. Haryono Suyono, dihadapan peserta Jambore Lansia yang berlangsung di Sasono Utomo Taman Mini Indonesia Indah, Selasa malam (29/5).
Melihat fenomena yang terjadi, bahwa usia harapan hidup di Indonesia meningkat pesat dengan berlipatnya usia lansia menjadi Sepuluh kali lipat dari 2 Juta menjadi 20-25 Juta lansia, sementara pertambahan penduduknya hanya Dua kali lipat saja, mengindikasikan pada bidang kesehatan kualitasnya mengalami progress yang cukup baik.
Berkaca pada tahun 1970an dimana sebelum menjadi lansia, para orang tua kita telah meninggal pada usia relative muda, 45 tahunan, sehingga tak pernah menjadi lansia. Namun saat ini usia harapan hidup lansia, di Jogjakarta contohnya, ada yang telah mencapai 70, 80, 90 bahkan 100 tahun.
Menurut mantan Menko Kesra dan Taskin di era Presiden Soeharto ini , peringatan lansia tahun 2012 ini patut menjadi era kebangkitan para lansia dengan Harmoni Peduli Tiga Generasi yang telah digaungkan sejak tahun lalu dalam peringatan Hari lanjut usia Internasional, sampai akhir tahun ini adalah pembuktiannya. Yaitu lansia peduli kepada generasi muda, generasi dewasa dan generasi lansia itu sendiri.
Jangan ragu untuk meminta orang tua para balita yang nota bene adalah anak mereka (para lansia ini) untuk berlatih keterampilan dan bersatu dalam proses Pos pemberdayaan Keluarga (POSDAYA), sementara tugas mengantar sekolah para cucu diambil alih oleh kakek dan nenek.
Demikian pula kepedulian untuk generasi dewasa. Jangan ragu untuk membantu mereka aktif dibidang ekonomi.Jadikan rumah para lansia yang anaknya telah dewasa dan memiliki rumah sendiri menjadi pusat-pusat pelatihan. Pembuatan kerajinan tangan, berbagai produk panganan dan lain-lain. Beri mereka akses permodalan, sehingga pada saat lansia menghadap sang Pencipta, para generasi dewasa ini telah mandiri dan kuat secara finansial dengan memiliki usaha ekonomi produktif, ”Para lansia ini telah berhasil menjadi bagian dalam upaya pengentasan kemiskinan.” Ujarnya bangga.
Lebih jauh dikatakan pula bahwa kepedulia pada generasi sesama lansia dibangun dengan membantu lansia tak berdaya yang jumlahnya hanya sekitar 2,8 Juta orang. Artinya masih lebih banyak lansia yang kuat. Jumlah yang 2 Jutaan ini hanya ribua nsaja yang bisa ditampung di panti Wreda dan dibantu pemerintah. Sementara sebagian besar lainnya ada dirumah-rumah anak atau kerabatnya.
Organisasi seperti Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) atau Lembaga Lanjut Usia Indonesia (LLI) bisa mengajak berbagai organisasi lain untuk mengembangkan pembinaan lansia termasuk anggota masyarakat dengan masuk ke desa melalui rumah-rumah para lansia. Hampir 30% keluarga Indonesia punya lansia.
Meskipun Ibu negara telah mengintruksikan menteri untuk meningkatkan kapasitas panti bagi lansia , namun prof. Haryono merasa hal tersebut tak mungkin sepenuhnya dapat ditampung. Dirinya mengajak untuk melatih para care giver, yang diambil dari remaja-remaja putus sekolah dan mereka ini dilatih serta diperkuat kemampuannya.
Para care giver ini dapat datang ke rumah-rumah lansia, berkunjung untuk mengajak jalan-jalan, menemani olahraga dan sebagainya. Kegiatan semacam ini akan menciptakan para enterpreneur sosial baru dan mengurangi angka pengangguran. (Riri Wijaya).