Mohon tunggu...
Dwi Rini Endra Sari
Dwi Rini Endra Sari Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta...smp-kuliah di Jogja kembali lagi ke Jakarta untuk mengabdi kepda negara di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpuasa di Tengah Galaunya Cuaca, Siapa Takut?

4 Juni 2017   00:09 Diperbarui: 4 Juni 2017   04:46 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagian besar wilayah Indonesia telah menyambut datangnya musim kemarau dan mengatakan selamat tinggal musim hujan. Bahkan, ada beberapa wilayah yang telah menujukkan tanda-tanda musim kemarau datang menyapa wilayah Indonesia, seperti daun-daun kering berwarna cokelat yang jatuh berguguran  ke tanah dan suhu udara yang panas dengan sengatan sinar matahari yang terik. Datangnya awal musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia bebarengan dengan puasa Ramadhan 1438 H. Walaupun telah memasuki awal musim kemarau, tidak jarang hujan masih datang menyapa. Kondisi ini tentunya menjadi tantangan untuk tidak menyurutkan langkah kita untuk tetap berpuasa. Lantas apa yang dapat kita lakukan untuk menaklukkan “godaan” perilaku cuaca yang tidak menentu? Relakah kita menyerah begitu saja dengan sikap dan perilaku cuaca yang tidak bisa diatur?

Bulan  Ramadhan merupakan moment yang istimewa bagi umat islam di dunia karena  Ramadhan merupakan  tamu yang datang menyapa umat muslim di dunia tiap satu tahun sekali. Ketika bulan Ramadhan akan menyapa kita, tidak sedikit dari masyarakat muslim di dunia menyambut kedatangan tamu istemewa  itu dengan tradisi dan budaya mereka.

Pada bulan Ramadhan,  seluruh umat muslim dunia menjalankan ibadah puasa untuk tidak makan dan minum mulai dari waktu subuh hingga waktu berbuka puasa, yaitu pada adzan magrib dikumandangkan. Namun, apakah hanya menahan untuk tidak makan dan minum pada bulan puasa? Justru, hal yang paling sulit adalah mengelola emosi kita untuk menahan agar tidak hanyut pada perasaan kita yang berbuah sikap dan perilaku yang dapat mengurangi pahala dan membatalkan puasa.

Terkadang kita tidak sadar telah terhanyut pada keegoisan perasaan kita yang dipengaruhi dari kondisi di sekeliling kita, seperti sikap dan perilaku dari orang-orang sekitar kita yang bertentangan dengan diri kita dan bahkan kondisi cuaca yang tidak menentu pun dapat mempengaruhi mood serta emosi kita. Jika kita terlena pada hal-hal ini dan tidak segera memangkas emosi negatif kita, tentunya dapat membuahkan  sikap dan perilaku yang dapat mengurangi pahala berpuasa dan dapat membatalkan puasa kita.

Seperti data BMKG menyebutkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia memasuki awal musim kemarau pada Mei-Juni-Juli. Seperti yang kita ketahui, bahwa pada musim kemarau, hujan jarang sekali menyapa kita. Walaupun, terkadang hujan datang menyapa kita pada musim kemarau dengan durasi yang tidak lama dan tidak merata. 

Kondisi ini dipengaruhi oleh beragam fenomena dari daerah pertemun angin hingga dinamika atmosfer pada skala yang lebih luas, seperti SST (Sea Surface Temperature ‘suhu permukaan air laut’) yang mempengaruhi pertumbuhan awan hujan.

Biasanya pada musim kemarau disertai dengan suhu udara yang tinggi sehingga kita merasa panas terlebih saat siang hari dan gerah.

Kondisi cuaca yang tidak dapat diatur ini  tentunya menjadi tantangan kita dalam menjalankan puasa Ramadhan tahun ini 1438 H yang dapat mempengaruhi suasana hati dan kondisi tubuh kita. Tentunya, kita tidak ingin mudah menyerah dengan perilaku cuaca yang sedang galau.

Cuaca Galau, Puasa Tetap Lancar

Pernahkah terlintas di benak kita jika cuaca sama lho seperti manusia?  Tidak jarang dari kita pun merasakan galau, tamu yang sering datang menyapa pada jiwa kita. Kegalauan kita sering menyebabkan mood kita naik-turun.   Cuaca sama kayak kita, Dia memiliki rasa galau. Bahkan, kita tidak dapat mengendalikan cuaca saat ia sedang galau.

Bayangkan jika cuaca sedang galau, kita tidak dapat mengatur cuaca untuk tidak galau, ‘Hey, cuaca stop dong galaunya!” Keluhan-keluhan yang kita lontarkan, mungkin diabaikan oleh cuaca. Hanya Tuhanlah  yang dapat mengatur cuaca dan alam semesta ini.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun