Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senyata Rasa

6 April 2017   17:54 Diperbarui: 7 April 2017   01:30 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: http://www.huffingtonpost.com/

Indah nyanyian tidak pada partitur dan notasi. Lukisan maestropun terasa tak nyaman dipandang oleh indera tak peka hati. Telinga dan mata berjiwalah yang mampu mengecap rasa. Dan rasa pula yang membuatnya bermakna, indah. Tanpa ia, bukankah kosong melompong sebuah karya?

Susah atau mudah itu lain lagi cerita. Rasuki saja jari-jari dengan amarah, gundah, kecewa. Dalam trance gembira dan bahagia juga sama, terserah saja. Lalu tulislah dengan segala daya imaji yang ada. Segala aturan bait dalam syair, jumlah kata dan rima, buang ke tong sampah. Siapa yang mau, boleh dan berhak marah?

Lihat dirimu! Bukankah engkau adalah sebuah karya berjiwa indah? Yang diciptakan dari ketidak-teraturan gerakan alam juga. Dalam cumbuan, gelinjang dan desah. Dengan segala buncah asmara yang didorong dari simpul syaraf rasa. Tak ada yang memaksa, pun tak ada yang dipaksa, sepenuhnya merdeka. Kalaupun ada aturan, hanya sebatas kesepakatan, sisanya adalah suka dan rela. Itulah sejatinya indah yang nyata. Senyata rasa.

 Jakarta, 6 April 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun