Pilpres makin dekat, dan suhu politik makin panas, saya teringat pada Pilpres 5 tahun yang lalu. Â Banyak kesamaan Pilpres 2014 dengan Pilpres 2019, mulai dari jumlah peserta yang sama-sama hanya 2 (dua) pasang, capres yang sama, hingga suasana pertarungan yang juga kurang lebih sama. Iseng-iseng, saya buka kembali artikel yang pernah saya tulis di tahun 2014, tepatnya tanggal 5 Juni 2014.
Artikel tersebut saya tulis karena suasana pertarungan saat itu yang begitu memanas, dan rasanya pas buat saya daur tayangkan kembali. Pas, karena kondisi saat inipun, kata teman-teman saya, 11-12, beda-beda tipis dengan keadaan di tahun 2014 silam.
Jadi, dengan sedikit kata pembukaan di atas, ditambah ilustrasi, dan beberapa editan, saya tayangkan kembali tulisan saya, dengan judul yang juga sama. Yakinlah, pasti tidak saya tayangkan lagi di Pilpres 2024. Pertama karena kandidatnya kemungkinan besar berbeda. Kedua, kita tentu berharap, pada Pilpres lima tahun mendatang, suasana jauh lebih baik dan kondusif dari sekarang. Dan terakhir, belum tentu Anda mau membuang waktu untuk membacanya. Semoga Anda semua berkenan, monggo..., silahkan!
"Makang jo..." seru kakak ipar saya di desa maumbi, air madidi, Manado. Beliau katakan itu sambil menghidangkan pisang goreng, lengkap dengan cocolannya sambal terasi. Serius...,pisang goreng dengan cocolan sambal terasi!  Buat saya saat itu, dan mungkin sebagian Anda, ini adalah makanan yang aneh. Tapi apa mau dikata, itulah kebiasaan masyarakat Sulawesi Utara. Maka dengan perasaan campur aduk, bingung, sedikit stress, shock, saya ambil sepotong, cocol ke sambal terasi, kemudian mengunyahnya, ternyata... not so bad.
Balik lagi ke saya dan istri tercinta, sampai saat ini, setiap membuat pisang goreng, istri saya teteeep wajib menyiapkan sambal terasi. Dan saya? Tetap penikmat rusip. Saya dan istri bahagia, dan dikaruniai seorang putera yang cerdas sebagai buah cinta.
Prabowo dan Jokowi adalah 2 (dua) jenis hidangan yang berbeda pada list menu Pilpres 2019 ini. Silahkan makan sesuai dengan selera kita. Tanpa perlu memandang rendah, aneh, menghina, mencaci maki, bahkan sampai memfitnah orang lain yang seleranya berbeda dengan kita. Apalagi dengan sadis mengatakan bahwa salah satu menu dapat membahayakan jiwa negara dan bangsa.  Itu lebay! Mempermasalahkan selera tidak akan ada habisnya, karena Prabowo dan Jokowi adalah pribadi yang berbeda,  menu yang berbeda.
Yang terpenting adalah, kedua menu ini menjanjikan kebaikan bagi tubuh negeri tercinta. Tidak ada satupun kandungan visi misi mereka yang akan merusak tubuh negara kita. Prabowo ingin memajukan bangsa, Jokowi juga. Prabowo ingin menyejahterakan petani, Jokowi juga. Jokowi ingin Indonesia Hebat, Prabowo juga. Jokowi mau berantas korupsi, Prabowo juga. Dengan demikian, mengatakan menu yang bernama Jokowi atau menu satu lagi yang berlabel Prabowo adalah makanan berbahaya adalah tidak bijaksana.
Seperti pisang goreng dari Manado dan rusip dari Bangka, sama-sama punya gizi buat tubuh manusia. Istri suka pisang goreng dengan sambal terasi, saya tidak begitu suka. Saya suka rusip, istri masih cengar-cengir kalau saya minta untuk sekedar mencoba. Tapi sekali lagi, kami bahagia.
Silahkan pilih sesuai selera, preferensi, sistem nilai, perspektif, dan keyakinan kita masing-masing. Pada saat bersamaan mari kita tetap saling menghargai perbedaan pilihan tersebut, dan saling mencintai sebagai sesama anak bangsa. Â Kita adalah sebuah bangsa yang majemuk, plural, penuh keberagaman, kalau kita tidak bisa menjaganya, siapa lagi yang mau dan bisa?