Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Namaku Saklitinov Asal Tegal

23 Maret 2017   16:06 Diperbarui: 24 Maret 2017   01:00 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: internasional.kompas.com

Apalah arti sebuah nama? What is in a name?

Sebuah ungkapan yang sering diucapkan ketika berhubungan dengan penamaan. Penamaan seseorang, benda atau apa saja. Ungkapan ini berasal dari drama karya Shakespeare berjudul Romeo and Juliet. Ucapan ini diserukan Juliet pada satu pertemuan ala backstreet dengan Romeo. Sebuah takdir yang mempertemukan dua insan dari dua keluarga yang bermusuhan. Mestinya, Romeo akan menjadi mush Juliet karena Romeo berasal dari keluarga Montague, musuh keluarga besar Juliet, Capulet. Montague dalam keluarga Capulet, selalu bermakna buruk.

"A rose by any other name would smell as sweet". Itulah kalimat Juliet kepada Romeo tentang perbedaan itu. Maknanya, meskipun Romeo seorang Montague, dia tetaplah orang yang dicintai Juliet. Bukan karena namanya, tetapi karena pribadinya. Meskipun bunga mawar disebut dengan nama lain, tetap saja baunya wangi. Kurang lebih begitu.

Nama, dalam konteks di atas, tidak menjadi penting, tetapi pada kenyataannya tidak berlaku demikian. Terlebih dalam konteks kekinian, dimana manuisia semakin banyak. Nama melekat dengan kualitas tertentu. Nama menjadi sangat penting. Walaupun dalam data statistik sebuah nama tidaklah berarti, tetapi sebuah nama selalu punya cerita tersendiri dibaliknya.

Pengalaman bertemu banyak orang mengkonfirmasi pernyataan di atas. Pekerjaan yang berhubungan dengan nama-nama, memberikan sesuatu pemahaman terkait nama. Mengajar murid-murid untuk jangka waktu yang lama, menambah makin pekatnya cerita tentang nama dan kisah dibaliknya.

Dulu, penulis menjadi instruktur Bahasa Inggris di salah satu kursus terbesar dan terkenal di Indonesia. Terkenal dan terbesar karena banyak cabang di berbagai wilayah Indonesia. Beberapa kementerian juga mensyaratkan ujian kemampuan Bahasa Inggris dari lembaga ini.

Ceritanya, setiap memasuki term baru, setiap instruktur mendapatkan daftar nama murid. Semuanya baru tentunya bagi instruktur itu. Hal pertama yang dilakukan, biasanya instruktur laki-laki, adalah seleksi gender. Jika lebih banyak murid perempuan di kelasnya, hatinya riang. Berlaku sebaliknya, meskipun ini hanya sebatas candaan. Instruktur wanita juga melakukan hal yang sama.

Jika ketemu nama yang bagus, biasanya diidentikkan dengan hal-hal bagus. Jika namanya indah, maka dibayangkanlah orangnya akan indah juga. Suatu ketika, penulis melihat sebuah nama, Philips. Bayangan di kepala yakni murid satu ini pasti tinggi, putih dan cakep.

Setelah masuk kelas dan bertemu, yang muncul malah sosok sebaliknya. Orangnya pendek, hitam dan jelek. Akhirnya penulis mengatakan ganti saja namanya dengan Osram. Tentunya dengan nada bercanda. Anaknya hanya tersenyum kecil. Untung itu dulu sekali, kalau kejadiannya sekarang, saya bisa kena UU ITE, pencemaran nama baik. Dipikir-pikir lagi saat ini, apa yang penulis lakukan itu jahat.

Terkait nama dan penamaan, ada keunikan yang ditemukan. Nama bisa berarti apa saja. Misalnya daerah asal, bulan lahir, kejadian ketika lahir, tokoh, idola dan masih banyak lagi. Jaman dulu anak-anak dari Tanah Batak Toba, di Tapanuli Utara umumnya, banyak yang memiliki nama berbau-bau impor dari Eropa. Ketika diucapkan dengan logat Batak tentunya kedengarannya menjadi aneh. Bagaimana tidak menjadi aneh ketika Frans dipanggilnya Parans. William dipanggilnya jadi Billem. Apalagi pengucapan aslinya diketahui. Nama-nama seperti Luther, James, Washington, Edward, Benyamin, Lincoln dan lainnya bertebaran. Kemungkinannya karena ketika terjadi penyebaran agama Kristen disana, para misionarisnya berasal dari Eropa.

Masih dari tanah Batak, tetapi di Batak Karo, ada juga kebiasaan unik. Konon katanya, anaknya akan diberikan nama sesuai dengan keadaan atau rasa atau kadang-kadang juga benda yang ditemukan sang bapak setelah anaknya lahir. Maka di Karo tidak aneh kalau ada nama anak seperti Bahagia, Tahan dan Mulia, untuk sebagai contoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun