Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ingin Lanjut Menulis, Jagalah Kesehatan

24 April 2017   14:34 Diperbarui: 24 April 2017   23:00 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mensana in corpore sano”. Masih ingatkan dengan makna kalimat ini? Mungkin masih banyak yang ingat, tetapi bisa juga tidak sedikit yang tidak. Untuk kalangan generasi digital refugee dan digital migrant, mungkin sekali masih memahami maknanya. Sementara generasi digital native, hanya lamat-lamat terdengar dan dipahami. Mungkin sama sekali tidak pernah dengar.

Hiasan dengan tulisan itu sering terpampang di dinding-dinding kelas. Pesan di dalam kalimat bahasa Latin ini sering diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai a healthy mind in a healthy body. Dalam bahasa Indonesia, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Mengapa diterjemahkan jiwa, padahal dalam bahasa Inggrisnya disebut pikiran? Hanya penterjemahnya yang paham.

Prakteknya di sekolah-sekolah jaman dulu, berolahraga setiap hari sebelum masuk kelas. Berbagai ragam senam diciptakan untuk merayakan slogan dan makna yang terkandung di dalamnya. Senam Kesegaran Jasmani yang sering disingkat SKJ sangat populer. Tiada hari tanpa bersenam, demi mewujudkan jiwa yang sehat, bukan pikiran.

Terlepas dari persoalan jiwa dan pikiran itu, soal kesehatan ini tentunya sesuatu yang penting sekali. Kesehatan menjadi kunci penting dalam beraktifitas di kehidupan sehari-hari. Tidak lepas pula aktivitas tulis menulis, khususnya di Kompasiana.

Menulis itu ‘berat’

Apa ‘beratnya’ menulis? Menulis bisa didefiniskan sebagai suatu proses menuangkan isi pikiran ke dalam tulisan. Ungkapan pikiran ini, yang dipublikasikan dalam berbagai media, menjalani suatu proses yang tidak singkat. Dalam konteks Knowledge Management, menuangkan pengetahuan yang tacit-masih dalam pikiran- ke bentuk explisit seperti tulisan yang disebut sebagai knowledge product atau asset.

Mulai menentukan kalimat pembuka, judul yang hendak disematkan, data yang diperlukan, alur yang dirancang, kalimat penutup yang diharapkan, koherensi antar paragraph dan kesatuan seluruh isi dengan judul. Ini membutuhkan upaya dan kerja keras.

Belum lagi soal diksi, penggunaan kata yang berulang-ulang dan tanda baca. Termasuk ketegangan karena komentar para pembaca. Penulis jaman non-digital tidak merasakan sensasi seperti ini, yang sering bikin jantung berdenyut lebih kencang. Terlebih lagi pada penayangan artikel perdana.

Penulis sendiri, pasca menayangkan artikel pertama di Kompasiana, jauh lebih tegang menerima kenyataan tentang artikel itu dari pada menghadapi sidang master yang kebetulan berdekatan. Susah tidur selama dua hari.

Untunglah, ketika itu, setelah dua hari dan memberanikan melihat, artikel perdana itu masuk Pilihan, lalu Headline dan dilihat 600 lebih kompasioner. Meskipun, masa itu soal kategori Pilihan dan Headline ini belum dipahami penulis sepenuhnya.

Ketika sedang menulis suatu artikel, sering sekali sudah banyak pertanyaan di kepala. Tulisan berikutnya, apa? Ada data yang tersedia ga, yah? Ada berita yang mendukung ga, yah? Ada jurnal atau penelitian yang gampang dicari? Belum lagi ide-ide yang berloncatan masuk ke kepala entah dari mana datangnya. Ini bisa jadi didorong oleh semangat berkarya, passion dan kompetisi tersendiri yang muncul tanpa disadari dan berhasil ter-instal di benak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun