Mohon tunggu...
Rina Natalia
Rina Natalia Mohon Tunggu... Freelancer - -corin-

i juz an ex. Accountant with big luv on Writing and Singing. enjoy being a Marketing in the recent years 😉

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ananda (Part 7 - The End)

24 Juli 2017   12:42 Diperbarui: 24 Juli 2017   12:51 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita sebelumnya dapat dibaca di link berikut: 1, 2 ,3, 4, 5, 6

Hari ini aku banyak menghabiskan waktu di kamar, beres-beres sedikit sekedar mencoba menata ulang lay out nya. Dan tanpa sengaja mataku tertuju pada pigura foto kecil di atas meja riasku. Aku meraihnya, itu pigura foto Fandy, fotonya yang tersenyum manis. Di samping pigura tadi, ada lagi pigura foto lain berdua denganku. Foto di Pantai Kuta beberapa tahun lalu, waktu itu pergi rame-rame dengan teman-teman. Alangkah indah dan manisnya saat itu, tanganku spontan membelai wajah Fandy dalam foto-foto itu.  Ya Tuhan, aku tidak bisa membohongi perasaanku, saat ini aku benar-benar merindukan Fandy. Kami tidak pernah seperti ini sebelumnya, bahkan saat kami harus long distance pun aku tetap merasa dekat dengannya, karena kami selalu keep contact satu sama lain, tidak seperti sekarang, terasa sepi dan aku benar-benar kehilangan sosok Fandy.

Aku meletakkan kembali foto-foto itu, lalu menjatuhkan tubuhku di atas kasur. Aku memejamkan mata dan mendadak pikiranku dipenuhi oleh Fandy, Fandy dan Fandy! Lepas dari masalah ini,.Fandy adalah sosok yang baik untukku, terlalu baik malah. Banyak yang bilang begitu, banyak juga teman-teman yang ngiri melihat hubungan kami.

Apa lagi yang aku permasalahkan? Fandy sudah mengakui dengan jujur semuanya, walaupun mungkin terlambat. Tapi lebih baik terlambat kan daripada tidak sama sekali? Lalu Ananda? Hey, Ver, bukankah kamu juga sangat sayang padanya? Apa lagi yang kamu tunggu, Ver? Aku menghela napas panjang. Tiga bulan bukan waktu yang pendek dan sudah cukup rasanya untuk merenungkan semua ini. Tidak seharusnya pula aku terus menyalahkan Fandy, karena itu tidak adil baginya. Angie juga berperan besar dalam hal ini. Tiba- tiba aku ingin secepatnya menemui Fandy, kuraih handphoneku mencoba menghubunginya. Kami harus ketemu sore ini dan menyelesaikan semua.

Aku memarkir mobilku di pelataran parkir Venus Caf yang belum terlalu ramai. Aku akan bertemu dengan Fandy di tempat ini, dia setuju, hmm..setelah sekian lama, whatever will be..will be..lah.  Dengan langkah ringan aku masuk ke dalam, beberapa karyawan tersenyum ke arahku.

"Hai, Ver, akhirnya nyampe juga kamu kemari. Tumben-tumbenan mau kesini lagi, udah lama juga," sapa Hera. Hera teman lamaku dan Marketing Manager di caf ini. Aku tersenyum kepadanya.

"Tempat yang aku pesan udah ready kan?' tanyaku

"Beres, boss, hmm..kamu kayak mau jadian ama cowok aja, nggak biasanya pesan tempat disitu," ledeknya. Aku hanya tersenyum penuh arti. Ya, mungkin aku dan Fandy akan jadian lagi di tempat ini, entahlah. Yang jelas aku memang memesan ruangan itu karena aku butuh bicara banyak dengan Fandy dan butuh ketenangan juga. Tidak lama Hera dan aku berjalan beriringan menuju ke bagian yang agak belakang, ke ruangan yang memang tidak terlalu tampak dari luar.

"Silakan, Miss Verena. Have a fun and good luck ya," katanya seraya kemudian tertawa. Aku jadi ikutan tertawa juga seraya mengucapkan terima kasih padanya. Seorang waitress bermaksud menyodorkan menu, tapi aku bilang nanti saja. Aku ingin pesan kalau Fandy sudah datang saja.

Aku melihat arlojiku, jam enam kurang seperempat dan kami janjian jam enam sore. Aku duduk dan memandang sekitar ruangan, lumayan juga, nggak beda jauh dengan resto milik ortuku. Bosan dengan itu aku mulai main-main dengan handphoneku.

"Sore Ibu, sudah pesan menu?" sebuah suara menegurku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun