Mohon tunggu...
Catatan Artikel Utama

Menyampaikan Kebenaran

13 April 2015   04:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:11 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan. Dalam interaksi antara satu orang dengan orang lainnya, selalu menimbulkan banyak dampak. Oleh sebab itu Allah memberikan aturan interaksi ini baik dalam skala individu hingga skala masyarakat bernegara.

Dan dalam menyampaikan aturan-aturan Allah tersebut tentu melalui banyak perantara, baik perantara orang berilmu, tulisan, buku, film, dan lain-lain. Banyak sekali caranya.

Sayangnya, banyak dari para penyampai kebenaran melupakan hal-hal yang menurut saya pribadi penting. Yaitu cara menyampaikannya.

Saya mendapati banyak penyampai yang menyampaikan kebenaran –dan itu tentu saja baik– namun justru membuat jauh orang yang diberi kebenaran, karena cara menyampaikannya yang salah.

Bahwa setiap orang memiliki level keimanan yang berbeda-beda, maka ketika kamu menghadapi seseorang dengan level yang berbeda, bijaksanakanlah untuk menyamakan levelmu. Ini seperti seorang sarjana yang intelektualitasnya tinggi hendak memberikan penyuluhan ke orang yang sama sekali tidak sekolah dan tinggal di pedalaman. Gunakanlah bahasa yang tepat.

Seperti sore ini saya membaca postingan tentang aturan hubungan lawan jenis, namun sayang sekali. Cara menyampaikannya kurang halus dan kurang manusiawi. Sehingga, pembaca bukannya tertarik malah ketakutan dan kebingungan. Sehingga jadinya, pesan tersebut tidak sampai dengan baik dan tidak bisa masuk sebagai sebuah pemahaman.

Agama islam mengatur dengan keindahan, dan tentu caranya menyampaikannya pun harus dengan keindahan. Menghadapi kondisi masyarakat/seseorang, penyampai kebenaran harus tahu betul karakter dari masyarakat/seseorang tersebut dan sampaikanlah kebenaran dengan cara yang tepat sehingga mampu menjadi pemahaman.

Analoginya seperti budaya antre, buang sampah pada tempatnya. Di masyarakat kita ini nol besar karena hal itu hanya dipahami sebagai aturan. Bukan pemahaman yang telah masuk ke alam bawah sadar sehingga secara otomatis akan masuk ke dalam perilaku kehidupan. Padahal pelajaran PKn mengajarkan tentang hal itu selama bertahun-tahun, hasilnya orang bersekolah tinggipun bisa dengan mudah buang sampah dimana-mana.

Sampaikanlah kebenaran dengan cara yang baik, jadilah agen muslim yang baik. Dan pernyampaian pun dilakukan dengan cara bertahap dan pendekatan yang tekun. Ini menjadi tanggung jawab penyampai kebenaran.

Saat ini, banyak orang yang menjauh dari agama (islam) karena ketakutan dengan ketatnya aturan hidup. Ketakutan ini timbul karena tidak pahamnya orang tersebut dan kesalahan cara menyampaikan dari para pendakwah. Sedikit-sedikit diancam neraka, ditusuk ini dan itu, dibakar. Sampaikanlah keindahan agama ini dengan cara yang ma'ruf.

Oleh sebab itu pula, saya pribadi sering menyarankan teman-teman saya untuk membaca sastra/novel/roman agar kepekaan perasaannya lebih terasah. Tidak masalah jika sastra/novel/roman yang membahas cinta, apa takut dianggap menye-menye/lembek? Justru orang yang tidak belajar mengenai cinta, tidak akan bisa menyampaikan sesuatu (kebenaran) dengan cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun