Mohon tunggu...
Riko Noviantoro Widiarso
Riko Noviantoro Widiarso Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti Kebijakan Publik

Pembaca buku dan gemar kegiatan luar ruang. Bergabung pada Institute for Development of Policy and Local Partnership (IDP-LP)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Berlebaran Serempak, Berlebaran Politik

5 Juni 2019   02:11 Diperbarui: 5 Juni 2019   02:13 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rakyat sudah saling memaafkan di hari raya Idul Fitri. Semoga elit poltiik juga lakukan hal serupa. (foto: Tribunnews.com)

Pemerintah melalui Kementerian Agama telah menetapkan 5 Juni tahun ini bertepatan dengan 1 Syawal 1440 H. Ketetapan yang diambil melalui sidang istbat itu pun membuat umat muslim di bumi nusantara bergembira. Karena lagi-lagi Hari Raya Idul Fitri dapat berlangsung serempak. Tidak ada perbedaan ketetapan antar organisasi-organisasi Islam besar di Indoensia.

Kendati terjadi perbedaan pendapat dalam konsep Islam, bukan pula hal tabu. Beberapa tahun lalu lebaran kerap berbeda hari. Bagi umat Islam perbedaan pendapat atas sebuah keputusan dinilai sebagai ijtihat. Sehingga jika pun terjadi perbedaan awal 1 Syawal tidak banyak berpengaruh bagi kalangan umat Islam.

Tentu saja hari raya Idul Fitri 1440 H yang berlangsung serempak ini memberi suasana berlebaran yang lebih meriah. Umat muslim di ujung barat Indonesia, sampai ujung timur Indonesia merayakannya dalam hari yang sama. Sungguh ini keberkahan bagi muslim di Indonesia.

Dibalik itu berlebaran yang serempak, sejatinya ada pesan mendalam dari lebaran tahun ini. Setidaknya memberi signal untuk semua berjabat tangan, saling menghormati dan merasa sebagai satu keluarga besar, Indoensia.

Pesta demokrasi beberapa pekan lalu, telah menempatkan bangsa ini dalam dua kubu yang berseberangan. Saling serang dan saling menggugat. Nyaris tidak ada jalan keluar. Terperangkap dalam emosi dan nalar sesaat.

Kini lebaran telah tiba. Dirayakan serempak tanpa perbedaan waktu. Muslim di wilayah barat Indoensia dan di wilayah Timur Indonesia merayakannya bersama. Saling berkirim kabar dan mengucapkan MInal Aidin Wal Faizin. Mohon maaf lahir dan batin.

Sahabat muslim dari kubu 01 berkirim pesan Idul Fitri kepada sahabat muslim dari kubu 02. Begitu pula sebaliknya. Saudara non muslim dari kubu 01 juga melakukan hal sama. Tidak terkecuali bagi sudara non muslim dari kubu 02. Semua melebur dalam rasa saling menghormati, saling memaafkan. Tanpa ada rasa saling tinggi, dan pemilik kebenaran.

Tentu jika saja rakyat sudah mampu berjabat tangan, saling rangkul dan tertawa bersama. Lantas masih pantaskah elit politik itu berseberangan? Tidakah mereka bisa belajar pula dari rakyatnya. Semoga ini dapat menjadi makna dari berlebaran serempak, berlebaran politik.

Peneliti Kebijakan Publik, Institute for Development of Policy and Local Partnership

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun