Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lho Yah, Nggak Sholat Ied Tho?

19 Agustus 2012   17:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:32 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13453972032121406531

Ibadah puasa dan sholat Idul Fitri seolah seperti rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.Walaupun hukumnya sunah, namun melaksanan puasa tanpa melaksanakan sholat Ied seperti memakai kemeja bagus tanpa kancing baju. Jelas kecewa, serasa ada yang kurang lengkap.

“ Lho Yah, nggak sholat Ied tho?” terdengar sayup suara istri berteriak

Saya pun terbangun dari tidur dan serta merta melihat ke arah jendela. Hari sudah nampak terang dengan suara takbir yang keras menggema dari Masjid Agung Ungaran yang terletak seratus meter dari rumah.

Bergegas saya melihat waktu di telepon seluler yang lagi diisi. Waktu menunjukkan pukul 6.05 pagi. Kami yang tidur di lantai atas pun tergopoh gopoh menuruni tangga menuju ke lantai bawah. Istri membopong putri saya Adel yang sedang pulas tertidur.

Karena dibangunkan mendadak dan terlalu pagi, Adel menangis keras. Kami pun segera membangunkan ibu mertua yang juga sedang pulas tertidur kamar lantai bawah.

“ Bu bangun bu, sholat Id” kata kami berdua. Istri saya langsung meletakkan Adel yang setengah terbangun di kursi. Sementara itu ibu mertua langsung berlari ke arah kamar mandi utama. Sesaat kemudian istri saya berteriak,” Ayo yah cepat mandi sekalian “

“ Bagaimana mau mandi, sabunnya masih di dalam dipakai ibu “ jawab saya. Sementara itu Adel yang ditinggal di kursi menangis keras, mungkin karena suara gedebugan yang berasal dari kaki kaki kami yang berlarian ke sana kemari.

Istri segera mengetuk pintu kamar mandi yang sedang dipakai ibu mertua. Belum sempat mengetuk pintunya, ibu mertua keluar dari dalam kamar mandi.

“ Sudah mas “ kata ibu saya sambil berlari ke arah kamar.

Saya pun segera berlari ke kamar mandi utama untuk mengambil sabun dan peralatan gosok gigi . Secepatnya saya menuju kamar mandi kedua yang hampir tidak pernah dipakai mandi. Karena tidak pernah dipakai mandi inilah saya perlu alat-alat mandi kalau memang ingin mandi di sana.

Melihat saya keluar dari kamar mandi utama, istri bergegas sambil membopong Adel yang menangis keras menuju kamar mandi utama.

Di dalam kamar mandi kedua, saya segera gosok gigi secepatnya. Setelah itu segera mengguyur badan dan menyabunnya sambil cemas memikirkan anak saya yang menangis keras sekali karena dipaksa mandi pagi dalam keadaan mengantuk.

Segera setelah saya selesai mandi dan keluar dari kamar mandi kedua, istri berteriak,” Cepat-cepat ayah segera berangkat sholat Ied, aku dan Adel ditinggal saja, daripada telat semuanya karena sudah jam 6.30”

Istri saya begitu panik melihat jam dinding yang terpasang di kamar bawah. Saya lah yang menyetel jam dinding itu dengan memprogramnya lima belas menit lebih cepat dari waktu aslinya.

“ Ini masih jam 6.15, jam dibawah itu terlalu cepat lima belas menit “ kata saya sambil berganti pakaian yang sudah disiapkan malam sebelumnya.

“ Cepat-cepat ayah ..ibu..tunggu apa lagi, segera berangkat” kata istri saya sambil membopong Adel keluar kamar mandi.”

“ Ok aku dan ibu berangkat duluan, nanti aku carikan tempat kalau kalian bisa ngejar waktunya” jawab saya sambil menyambar sajadah.

Lokasi lapangan tempat sholat Ied hanya seratus meter dan kami pun berlari-lari kecil,meninggalkan Adel dan ibunya yang masih berganti baju.

Jam 6.20 kami sampai di pinggiran lapangan tempat sholat Ied. Ibu dan saya berpisah mencari tempat.

Saya sengaja mencari tempat paling pinggir , agar bebas memantau jarak pandang ke jalan yang akan dilalui istri-anak saya. Saya pun sudah menyiapkan satu tempat seandainya istri-anak saya dapat mengejar waktu sholat Ied.

Menit demi menit berlalu. Sampai pukul 6.40 saya belum melihat Adel dan ibunya nampak menyusul sholat. Kemudian muadzin pun mengumandangkan Iqamat tanda dimulainya sholat Ied. Saya pun pasrah kalau Adel dan ibunya tidak dapat mengejar sholat Ied.

Sesaat setelah Iqamat selesai, dari kejauhan sekitar dua puluh meter saya melihat Istri menggendong Adel sambil berlari lari. Tanpa pikir panjang saya pun berlari menuju ke arah Adel sambil melompati beberapa jamaah yang duduk di depan saya. Saya tidak berpikir tentang orang-orang yang sajadahnya saya injak-injak. Saya pun harus melompati rantai pembatas pagar setinggi sekitar empat puluh centimeter ketika kemudian saya rengkuh Adel dari gendongan ibunya.

“ Ayo cepat, tempatnya saya sudah siapkan” kata saya ketika Imam sudah membaca takbiratul Ihram tanda sholat sudah dimulai.

Beberapa detik setelah itu saya istri menggelar dua sajadah dan Adel pun saya dudukkan di sajadah itu. Saya kembali ke tempat saya menggelar sajadah, hanya sekitar sepuluh meter dari Adel dan ibunya.

Demi masa, sesungguhnya memang kita tidak akan bisa mengembalikan waktu yang telah berjalan.

Gara-gara bangun kesiangan kemarin kami nyaris gagal melaksanakan sholat Ied. Namun kami akhirnya bisa melaksanakan sholat Iedul Fitri. Alhamduliah.

[caption id="attachment_194031" align="aligncenter" width="300" caption="Alhamdulilah Adel dan Ibu akhirnya bisa melaksanakan sholat Ied di Alun-Alun Mini Ungaran 19 Agustus 2012"][/caption]

Ditulis Rikho Kusworo 20 Agustus 2012 jam 00.10

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun