Bu, kenapa aku hanya bisa menghidangkan kopi  pahit pada kantung matamu
yang setiap waktu mengganduli wajah, menyeret pitam rencana kepala
silang-sengkarut, kusut membalut, dan kau lupa menutupkan jeda
pada pikirmu agar lena, tapi dalam tidur pun kau bermimpi dengan pahit
terbangun tersentak, tersendat segala inginmu
Bu, kenapa aku hanya bisa menempel di keningmu nota-nota
yang tidak bisa dijadikan uang, kecuali menguras uncang
tentang tarif listrik yang menyetrum, tentang air pam yang mengering,
hutang-hutang, biaya sekolah, dan kau berhenti memiliki perut
berhenti memiliki jari, pergelangan, leher yang jenjang