Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kepercayaanku Disalahgunakan

1 Agustus 2019   13:25 Diperbarui: 1 Agustus 2019   14:58 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

Aku berharap mengalami perbaikan hidup setelah menikah dengan Fitri (nama samaran) sekitar lima tahun lewat. Sebab kalau terus membujang, usaha warung manisan merangkap lapak kulinerku, pasti berjalan tersendat-sendat. Aku hanya mengelolanya sendiri, meski dibantu seorang lelaki. Kalau sudah ada Fitri, untuk apa keluar uang demi menggaji orang lain. Lagipula aku bisa memiliki teman untuk berbagi demi membesarkan usahaku. Dan aku yakin akan berhasil, apalagi ditopang penampilan Fitri yang menarik. Selain berwajah manis, dia murah senyum, juga bertuturkata ramah. Apalagi  yang kuragukan?

Perkiraanku hampir seratus persen benar. Keberadaan Fitri di rumahku, memang membuat banyak perubahan. Walaupun dia tak terlalu fokus dengan usaha warung manisan dan lapak kuliner, namun banyak perbaikan yang kualami. Kondisi rumahku menjadi lebih rapi. Penampilanku juga berubah ke arah lebih baik. Bahkan bila Fitri turut berdagang denganku, otomatis pelangganku banyak. Dominasinya dari makhluk berjenis kelamin laki-laki. Ya, siapa coba yang tak tergoda kepada istriku. Meskipun, sungguh timbul rasa cemburu di hati, tapi toh semuanya demi kemajuan hidup kami berdua.

Lambat-laun usahaku merangkak naik. Warung manisan kuperbesar, sementara terpaksa aku menggaji seorang perempuan demi membantu lancarnya operasional lapak kuliner. Fitri yang sebelumnya lebih fokus ke urusan kerumahtanggaan, akhirnya tertarik juga terjun sepenuhnya mengelola usaha kami. Karena itulah diputuskan mempekerjakan seorang pembantu sebagai tukang cuci-gosok, merangkap bersih-bersih seluruh rumah.

Ah, ternyata apa yang dikatakan teman-temanku, betul semuanya. Dulu mereka menyarankanku segera menikah demi memperbaiki kehidupan. Menurut mereka, rejeki dari istri itu pasti ada, termasuk anak-anak yang kelak menambah kemeriahan suasana berumahtangga. 

Dua tahun setelah menikah, lapak kuliner yang sepenuhnya dikelola Fitri, akhirnya memiliki dua cabang. Kesibukan kami bertambah. Begitu pula karyawan. Sementara rumahku direhab lebih besar dan megah. Saat itulah tiba-tiba seorang teman lamaku tiba-tiba hadir di hadapanku tanpa sengaja. 

Sebut saja namanya Lilo. Dia hanya kebetulan ingin berbelanja kuliner. Melihat pelanggan yang lumayan banyak, dia kemudian berniat menanam saham di tempat usahaku. Coba-coba saja, siapa tahu usaha yang kubangun sejak bujangan dulu, bisa berkembang pesat dan terkenal. Kalau bisa, kelak aku membuat program dengan loncatan lebih tinggi, seperti membuka lahan franchise seperti hal umum untuk ranah kuliner yang diterapkan kebanyakan orang.

Aku mencoba membicarakannya dengan Fitri. Sebab bila memutuskan sendiri, siapa tahu dia tak setuju. Pehamanan bisnis kulner, memang lebih dikuasai olehnya ketimbang aku. 

Setelah dipikirnya masak-masak, dia pun setuju. Dia kupertemukan dengan Lilo, yang langsung membuat mereka akrab. Barangkali karena selera bisnis yang sama, pembicaraan keduanya menjadi klop. Kuputuskanlah untuk serius menangani bisnis kuliner, sementara  warung manisan ditutup selamanya. Hal itu berkat saran Lilo.  Katanya, seseorang yang ingin sukses, harus memilih satu saja dunia usaha yang harus digelutinya. 

Bila memilih berbagai bidang, diragukan akan berhasil. Malahan bisa-bisa semuanya ambruk, dan membuat usaha tersebut bangkrut. "Ibarat bekerja, toh kita hanya bisa lebih optimal bila bekerja di satu perusahaan. Kalau bekerja juga diperusahaan lain, alamat tak ada yang diperoleh dengan maksimal. Di perusahaan satu gagal, begitu pula diperusahaan lainnya." Kira-kira begitu yang dikatakan Lilo kepadaku.

Demi memulusan rencana, aku menyerahkan seluluh kebijaksanaan usaha kuliner mutlak kepada Fitri. Aku hanya mengawasi saja. Karena menuruku, dia "bertangan dingin". 

"Apa kau tak cemburu, bila suatu hari kelak, aku dan istrimu terpaksa berjalan bareng ke luar kota?" goda Lilo kala itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun