Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tanda Baca

12 Februari 2019   09:55 Diperbarui: 12 Februari 2019   09:58 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ref. Foto : pixabay

Bacalah, ketika memberi pengabar dari Hira, kabut kami menjelma embun sisa malam, merayap pelan di batu cadas.

Ketika tanda seru memberi penjabar, penatar haraf pada ridho, khalifah itu, tanda baca yang sering terlupa, harusnya tegak, lebih jelas melata, ibarat ular kepala dua.

Saat tanda tanya menabur kepala, antara hak demi hak, hak sepatu diletakkan di kepala, terkadang otak melangkah pada kerendahan kuasa.

Ingatlah koma dijadikan pengajar, memelan laju kereta, lokomotif ada jeda, mengisi batubara, mengaso pada panas menggila.

Ingatlah titik, akan mengakhiri segala, kalimat berjejalan berakhir di kebuntuan, tak mungkin kata mengulang dari alinea pertama.

Sebelum titik jatuh, seringlah menata koma, selalu memaku tanda seru agar kau ingat, bahwa tanda tanya tak perlu lagi kau umbar.

Pada tanda tanya harus sejalan dengan tanda seru, memberi setiap koma di tikungan, sebelum titik membuat ada menjadi tiada.

02-2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun