Bacalah, ketika memberi pengabar dari Hira, kabut kami menjelma embun sisa malam, merayap pelan di batu cadas.
Ketika tanda seru memberi penjabar, penatar haraf pada ridho, khalifah itu, tanda baca yang sering terlupa, harusnya tegak, lebih jelas melata, ibarat ular kepala dua.
Saat tanda tanya menabur kepala, antara hak demi hak, hak sepatu diletakkan di kepala, terkadang otak melangkah pada kerendahan kuasa.
Ingatlah koma dijadikan pengajar, memelan laju kereta, lokomotif ada jeda, mengisi batubara, mengaso pada panas menggila.
Ingatlah titik, akan mengakhiri segala, kalimat berjejalan berakhir di kebuntuan, tak mungkin kata mengulang dari alinea pertama.
Sebelum titik jatuh, seringlah menata koma, selalu memaku tanda seru agar kau ingat, bahwa tanda tanya tak perlu lagi kau umbar.
Pada tanda tanya harus sejalan dengan tanda seru, memberi setiap koma di tikungan, sebelum titik membuat ada menjadi tiada.
02-2019