Mohon tunggu...
Ridhony Hutasoit
Ridhony Hutasoit Mohon Tunggu... Auditor - Abdi Negara

Aku ini bukan siapa-siapa, hanya terus berjuang meninggalkan jejak-jejak mulia dalam sejarah peradaban manusia, sebelum kelak diminta pertanggungjawaban dalam kekekalan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Djarot, Tak Semua Politisi Bisa Jadi Sahabat Sepertimu

10 Mei 2017   13:12 Diperbarui: 10 Mei 2017   19:52 2096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejadian kemarin cukup membuat saya tidak bisa tertidur. Saya terus mengutak-atik handphone , membuka berbagai berita dan kisah tentang hot news yang sedang terjadi di negeri ini termasuk informasi terkait lainnya. Dalam perbagai berita yang saya baca, sosok Djarot Saiful Hidayat adalah sosok yang memiliki aksentuasi tersendiri. Sikap dan sosoknya begitu sejuk untuk dicermati. Misal ketika dengan senyum khas mendampingi Ahok dalam setiap debat dalam Pilkada DKI Jakarta. Tak jarang dia memegang bahu rekannya itu untuk mengingatkan jikalau nadanya sudah mulai tak terkendali. Dia sangat tahu menempatkan posisi, tidak merada sisominansi, karena dia tahu siap yang ahli. Makanya terlihat Djarot begitu sinergi dengan rekannya. Dia ahli menjadi penyeimbang rekan seperjuangannya.

Kemanisan Djarot tidak luntur, Dia makin memaniskan hidupnya dengan aksinya pasca terdakwa penistaan agama diputuskan bersalah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Dia mendampinginya dari awal hingga akhir, temasuk makan siang bersama di Cipinang kemarin. Bukan itu saja, Dia mengajukan diri menjadi penjamin dalam penangguhan tahanan rekan seperjuangannya itu. Tidak tanggung-tanggung, dia rela dipenjara jikalau ada apa-apa asalkan sahabatnya itu tidak masuk bui. Keutuhan empatimu sangat kuat dirasakan. Diam dan datarnya mimik wajahmu saat dilantik, menandakan kau turut merasakan hal yang sama dalam sanubari sahabatmu. Sungguh, kau tunjukkan, suka dan duka tidak menjadi penghalangmu untuk menunjukkan kasih.

Kemudian, pagi ini aku melihat fotomu menahan air mata saat Balai Kota itu. Sungguh terbaca, satu mimik lugas yang seharmoni dengan asa dan rasa warga yang rindu Indonesia Raya terus berjaya dan amit-amit binasa. Mimik yang juga menguatkanku bahwa persahabatan sejati masih ada di muka bumi pertiwi.

Persahabatan yang indah karena ketulusan di dalamnya.

Tanpa ada aturan siapa yang perlu mendahului atau didahului.

Tanpa ada aturan siapa yang inferior dan superior.

Tanpa ada aturan siapa yang peka atau tidak peka.

Tanpa ada penghakiman siapa yang pantas untuk mengalah, bahkan siapa yang egois atau tidak.

Persahabat sejati meletakkan masing-masing diri pada posisi yang seimbang dan setara,

bahkan saling menempatkan diri untuk tidak di atas.

Persahabatan sejati tidak menakar atau menilai posisi belenggu apa kata orang,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun