Mohon tunggu...
Inovasi

Pentingnya Menerapkan Prinsip Keberagaman dalam Jurnalistik

25 Maret 2017   17:22 Diperbarui: 28 April 2017   15:37 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Yogyakarta – Jurnalisme telah menjadi salah satu alat dalam mengangkat suatu isu yang tengah terjadi di masyarakat. Dalam jurnalisme pun sangat di butuhkan prinsip “keberagaman”, di mana mengingat dunia saat ini sangat di penuhi dengan perbedaan suku, agama, ras dan juga gender. Seperti yang di bahas saat seminar yang laksanan pada 24 maret 2017, pada kampus Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Pada buku yang berjudul “Jurnalisme Keberagaman” hasil tulisan Usman Kansong (Direktur Pemberitaan Media Indonesia) memang terinspirasi bagaimana situasi sosial saat ini. Ia mengatakan sebagaimana banyak fenomena masyarakat yang lupa bahwa mereka sedang berada di situasi yang beragam. “dalam buku ini banyak menjelaskan bagaimana situasi di mana kekhawatiran pada minimna menjaga keberagaman” ujarnya.

Pak Usman pun mengatakan bahwa butuh Institusional Demokrasi dalam melembagakan keberagaman, melalui pemahaman keberagaman akan meminimalisasikan konflik yang ada di masyarakat. Karena prinsip keberagaman adalah memfokuskan tanpa membedakan suku, agama, ras dan gender.

Pada sesi selanjutnya di tanggapi oleh beberapa orang berpengalaman dalam dunia jurnalisme, yaitu Lukas Ispandriarno (Dosen FISIP UAJY), Widia agustina (Ka Biro Tempo DIY & Jawa Tengah) dan Agnes Dwi Rusjiyanti (Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika).

Sesi pertama di tanggapi oleh pak Lukas. Di buka dengan menanggapi isi penulisan “isi tulisannya lugas dan banyak hal baru, karena pada isi buku ini banyak pula di temukan penjelasan yang jarang di temukan di tulisan – tuisan luaran” ungkapnya. “gak cuma tulisannya menarik, hasil foto pada buku ini juga menarik. Jadi gak cuma hasil tulisannya saja” tambahnya.

Pak lukas mengatakan butuhnya pendidikan sejak dini agar memahami arti keberagaman yang sebenarnya. Karena sejak dini seseorang di ajarkan bagaimana menanggapi orang lain yang berbeda keyakinan dengan cara yang kurang tepat. Maka dari itu segala permasalahan yang ada di masyarakat hendaknya media lokal pun berupaya dalam mengambil bagian dalam pemberitaan di sekitar.

Sesi kedua di tanggapi oleh ibu Widi, di mana sangat di wajibkan seorang jurnalis menganut paham independensi. Karena mengingat keberagaman tersebut. “Paham independensi sangat berguna tanpa tertekan oleh pemberitaan yang berkaitan dengan keyakinan, suku bahkan gender seseorang” ujarnya. Seorang jurnalis di harapkan konsisten dalam menjalani pekerjaannya dan patuh akan fakta serta aturan yang ada.

“konflik antar jurnalis sering terjadi berkaitan dengan independensi ini, karena banyak jurnalis yang mengesampingkan kebenaran karena faktor keyainan bahkan suku yang sama” ujar ibu Widi. “ini sudah jadi “Dosa Sosial” yaitu kebencian” tambahnya.

Pada sesi terakhir yang di tanggapi oleh ibu Agnes mengatakan bahwa banyak media yang mengesampingkan adanya “keberagaman” tersebut. “sekarang banyak yang ikut menyebarkan kebencian, bahkan menjadikan korban semakin jatuh dalam keterpurukan” ujarnya. “itu kadang yang buat kaum minoritas takut berbicara dengan jurnalis” tambahnya.

Ibu Agnes pun mengakui sebenarnya ada beberapa faktor yang perlu di lihat, seperti ketakutan jurnalis dalam mengungkapkan yang sebenarnya. Karena seorang jurnalis memiliki ketakutan akan kaum mayoritas. “tidak dapat di pungkiri, soalnya banyak jurnalis yang di tekan oleh mayoritas karena pemberitaan yang mereka buat” ujarnya.

Meskipun begitu, ibu Agnes mengatakan “alangkah baiknya ketakutan tersebut sebaiknya tidak menciptakan opini buruk di masyarakat. Karena seperti yang saya katakan, tidak menjadikan korban tidak lebih terpuruk atau menjadi korban kedua kalinya”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun