Mohon tunggu...
Ricard Radja
Ricard Radja Mohon Tunggu... -

karyawan swasta, peduli pada masalah sosial, tinggal di Kupang\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ja’i, Tarian Massal dari Perbatasan Timur Indonesia, Pecahkan Rekor MURI

17 Februari 2013   19:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:09 1682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_243902" align="aligncenter" width="599" caption="sebagian kecil dari 8 ribu peserta Jai"][/caption]

*) Konon asalnya dari India

Sabtu, 16 Februari 2013 anak-anak Nusa Tenggara Timur (NTT) perantauan di Pulau Jawa untuk pertama kalinya menggelar pesta rakyat dan karnaval budaya NTT di arena Pekan Raya Jakarta (PRJ). Tidak kurang dari 10 ribu orang NTT se Jabodetabek, Bandung, dan Banten memenuhi semua sisi dan sudut PRJ.

Mereka tampil dalam pakaian dan assesoris khas daerah masing-masing, sehingga menjadikan Arena PRJ bagaikan lapangan terbuka di kota Kupang (Ibukota NTT). Semua usia dan lapisan campur baur menjadi satu, dalam kecerian dan sukacita bersama. Bahkan ada yang menjadikannya ajang reuni, karena sudah lama tak saling jumpa.

Suasana penuh sukacita itu mereka satukan dalam ekspresi budaya daerah mereka masing-masing dengan berbagai bentuk. Mengenakan kostum dan assesoris daerah, membawa makanan khas untuk dinikmati bersama, membawakan tari dan lagu di atas panggung kehormatan, membawa hasil kerajinan tangan, tenunan dan lain sebagainya. Yang tak kalah penting adalah berbagi cerita tentang perkembangan kampung halaman masing-masing untuk membangkitkan rasa rindu pulang kampung.

[caption id="attachment_243968" align="aligncenter" width="556" caption="suasana makan bersama mewarnai pesta Jai massal ini. Dok pribadi"]

13611625501983209960
13611625501983209960
[/caption]

Acara dengantema “NTT Memanggil” itu digelar untuk merayakanHUT ke-54 Provinsi NTT sekaligus mempromosikan Sail Komodo-2013.

[caption id="attachment_243965" align="aligncenter" width="431" caption="anggota tim pemandu Jai"]

13611621881529191738
13611621881529191738
[/caption]

Provinsi yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste ini tercatat sebagai provinsi dengan pulau terbanyak di dunia yaitu 566 pulau yang berjajar antara 80-120 derajat LS dan 1180-1250 Bujur Timur. Di antaranya adalah Flores, Sumba, Timor dan Alor. Karenanya NTT sering disebut sebagai Flobamora (singkatan dari Flores, Sumba, Timor dan Alor).

Jumlah ratusan pulau besar dan kecil itu sekaligus mengisyaratkan bahwa di sana ada sejuta kekayaan budaya yang belum banyak diketahui publik. Kazanah budaya yang masih ‘terpendam’ itu sebagian kecilnya telah ditampilkan di atas panggung di arena PRJ disaksikan tamu kehormatan Gubernur DKI Jakarta Jokowi didampingi Gubernur dan Wagub NTT. Kehadiran Jokowi untuk memenuhi harapan warga NTT yang menginginkan agar Jakarta menjadi etalase promosi wisata budaya NTT ke mancanegara.

Rekor MURI

Sukacita anak-anak 566 Pulau itu kemudian membuncah dalam satu tarian massal, yaitu JA’I. Museum Rekor Indonesia (MURI) yang hadir dalam acara itu mencatat Ja’i massal tanggal 16 Februari 2013 itu telah memecahkan rekor nasional dengan jumlah massa 8 ribu orang.

[caption id="attachment_243905" align="aligncenter" width="591" caption="penyerahan rekor MURI kepada panitia penyelenggara"]

13611290922069172088
13611290922069172088
[/caption]

Tarian daerah khas Bajawa dari Pulau Flores ini sudah sangat populer di kalangan masyarakat NTT diaspora, baik di dalam maupun di luar negeri.Sekitar delapan ribu orang seakan terhipnotis larut dalam keseragaman gerakan JA’I penuh energi asal kabupaten Ngada ini. Konon, tarian massal ini asal-usulnya dari India yang pada abad pertengahan dibawa para eksodus India ke Flores, NTT. Tak heran kalau Ja’i khas Bajawa ini mirip dan sebangun dengan satu jenis tarian populer di India bernama Ja’i Ho.

http://www.youtube.com/watch?v=HxofohmohJY

Kemiripannya terletak pada kharakter dasar tarian itu sendiri, yakni sebagai tarian massal atau tarian komunal (bukan aksi individu). Artinya, semakin banyak orang yang ikut menari (Ja’i), semakin nikmat dan indah Ja’i itu ditonton. Karena itu tarian ini hanya cocok bagi masyarakat komunal (lawan dari masyarakat individual) yang menjadi ciri khas masyarakat NTT kebanyakan.

Kemiripan lainnya adalah keajegan ragam gerakannya. Sedikit ragamnya namun dilakukan berulang-kali mengikuti irama lagunya yang khas atau gong-gendang yang mengiringinya. Simple ragamnya namun kaya energinya. Dilakukan penuh rasa, sepenuh jiwa, sembari merengkuh dan melepaskan energi.

Barangkali inilah salah satu pertimbangan MURI mengapa Ja’i dipilih masuk rekor. Tidak saja karena jumlah massa terbanyak, tetapi juga suasana sukacita yang dihasilkan dari energi ja’i, serta penyebarannya hingga ke berbagai pelosok negeri.

http://www.youtube.com/watch?v=DBJ8bc4kXeA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun