Pendidikan yang mensejahterakan adalah pendidikan yang mampu memberikan dampak jangka panjang dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Proses pendidikan manusia pada saat ini menjadi penentu signifikan dalam peningkatan keterampilan yang pada akhirnya dapat meningkatkan penghasilan di masa yang akan datang.Â
Manusia terdidik yang berketerampilan mempunyai peluang yang sangat besar dalam merebut pasar tenaga kerja. Semakin kompetitifnya pasar tenaga kerja yang ditandai dengan dibukanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) memungkinkan terjadinya persaingan tenaga kerja secara terbuka dan mengharuskan seluruh SDM Indonesia mempunyai bekal pendidikan dan keterampilan yang memadai. Tuntutan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) serta kompetensi pesaing dari dalam dan luar negeri dapat di atasi.
Dalam konsep pendidikan yang mensejaherakan, berbagai tantangan di atas menjadi pendorong untuk maju, berkembang, dan menang. Karena pendidikan yang mensejahterakan bercirikan selalu mendahulukan rasional dibandingkan sentimental, yang ditandai dengan mengutamakan berfikir positif thinking daripada negative tingking, selalu berpedoman pada data dan hasil penelitian, obyektif dalam melakukan penilaian, lebih baik salah dari pada harus berbohong, dan mampu berfikir secara deduktif dan induktif. Sifat sentimental dalam proses pendidikan yang mensejahterakan tidak dapat diterapkan karena sifat ini bercirikan selalu berpamrih dalam melaksanakan seluruh pekerjaan, tidak bisa bekerja dengan obyektif, selalu subyektif dalam setiap melaksanakan penilaian,Â
selalu ingin mendapatkan pujian, penghormatan diri lebih penting dibandingkan kapasitas diri, selalu ingin mendapatkan sesuatu yang lebih besar dibandingkan pengorbanan, selau mementingkan diri sendiri dan malas berbuat untuk orang lain, egois, dan berbagai sifat sentimental lainnya. Pendidikan yang mensejahterakan tidak selalu dimaknai sebagai sebuah upaya mendapatkan kesejahteraan lahir/materi/fisik. Dalam konsep pendidikan yang mensejahterakan, kesejaheraan batin/immateri/psikis sesungguhnya lebih penting dibandingkan kesejahteraan lahir. Hal itu terjadi karena, kesejahteraan batin tidak ada artinya sama sekali manakala tidak ada kesejahteraan batin.
Kesejahteraan batin sebagai sebuah kesejahteraan hakiki, karena keberadaannya melingkupi seluruh aspek jiwa yang mendorong untuk terus berkarya dengan cipta, rasa, karsa tanpa dibumbui oleh orientasi materi semata, tetapi berorientasi pada kesejahteraan umat manusia di muka bumi. Dan  Pendidikan juga dapat  mensejahterakan dan membekali siswa dalam mempunyai kesiapan  untuk bersaing, kemampuan bahasa, kompetensi, daya juang, ketahanmalangan, dan kemampuan lainnya yang lebih baik.Â
Oleh karena itu, ketika out put pendidikan di Indonesia tidak mampu bersaing dengan SDM asing, tentu SDM Indonesia hanya akan menenpati posisi bawah yang sifatnya tidak  penting, bergaji rendah, tidak berkontribusi dalam pembuatan keputusan, dan tetntunya pada posisi tidak terhormat.