Namanya Pak Adam, aku memanggilnya dengan sebutan Kakek. Saat ini dia berusia 69 tahun. Dia merupakan orang Bugis pertama yang datang di Pulau Enggano. Pulau Enggano terletak di Kab. Bengkulu Utara Prop Bengkulu. Dia berasal dari Pulau Sulawesi yakni Mandar, dan memiliki banyak keluarga di Pulau Sapuka. Bahasa bugisnya pun sangat lancar. Â Aku tak sengaja bertemu dengannya, dari pertemuan tak sengaja itu hingga aku tinggal di rumahnya untuk beberapa waktu yang lama.
Dari pengakuannya, dia pertama kali berada di Pulau Enggano yakni pada tanggal 20 Juli 1976. Saat itu dia berlayar dari Kec. Sepekan Kab. Sumenep Jawa Timur menggunakan perahu layar dengan tujuan Pulau Enggano.
Pertama kali dia tiba di Pulau Dua. Pulau Dua merupakan pulau yang tepat berada di depan Pelabuhan Kahyapu, salah satu pelabuhan yang ada di Pulau Enggano. Untuk mencapai pulau Dua memakan waktu sekitar 30 menit dengan menggunakan perahu. Tujuannya saat itu ke Pulau Dua yakni perdagangan tepatnya membeli kopra. Dari pulau Dua kopra selanjutnya menuju Padang untuk menjual kopra tersebut. Sehabis dari Padang, dia kembali ke Enggano. Rumah pertama dia dia Pulau Enggano yakni di Dusun Gunung Botak Desa Banjarsari. Pulau Enggano memiliki enam desa yakni Kahyapu, Kaana, Malakoni, Apoho, Meok dan Banjarsari,
Kembali dia bercerita tentang kehidupannya. Sebelum ke Pulau Enggano dia telah menikah di kampung halamannya sebanyak 3 kali. Pada tanggal 25 Des 1976 dia menikah di Pulau Enggano. Menikahi perempuan sunda yang telah menetap di pulau ini. Dia dikarunia anak 8 orang (3 Pr dan 5 Lk). Untuk membesarkan anak-anaknya dia bersama sang istri menjaring ikan kemudian menjualnya dan berkebun juga.
Ketika tahun 1996, dia memutuskan untuk pulang kampung bersama anak sulungnya. Saat berada di kampung halamannya kembali dia menikah. Dia berada di kampung halaman selama 2 tahun. Di Pulau Enggano, terdapat lelucon tentang orang bugis. Kata masyarakat disana Bugis itu adalah kepanjangan dari banyak duit ganti istri.Â
Setelah terjadinya gempa pada tahun 2000, dia bersama sang istri kembali menjaring ikan dan tak sengaja menemukan sebuah pulau. Pulau itu dinamakan pulau Adam, tetapi masyarakat di Pulau Enggano mengenalnya sebagai Pulau Ular. Saat berada di Pulau Enggano, aku menyempatkan  untuk mengunjungi Pulau Ular dan memang di Pulau tersebut banyak terdapat ular. Hari itu aku melihat empat ular. Menurut Pak Adam, saat dia berada di pulau tersebut dia tidak pernah melihat ular-ular.