Mohon tunggu...
Rian Umbu
Rian Umbu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Jalanan

Menulis Membuka Pikiran Baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catatan "Pahit" Siswa 90-an

5 Maret 2020   07:02 Diperbarui: 5 Maret 2020   08:48 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rotan Kasih!

Sebelumnya, saya mohon maaf jikalau dalam catatan ini ada hal yang menyinggung perasaan pembaca setia di media sosial. Saya mohon maaf sebelumnya. Jika dalam catatan ini ada hal yang membangkitkan dan menyinggung perasaan pembaca setia sosial media ini.

Saya akan berusaha semampu mungkin membuat catatan ini biar tidak disalah tafsirkan oleh semua pihak. Dalam ulasan ini, saya akan berusaha semampu mungkin untuk membuat catatan dari pengalaman konkrit untuk dipahami, tidak untuk disalah tafsirkan oleh semua dari pengalaman kita yang berbeda. 

Dan juga sangat diharapkan dibaca secara seksama agar tidak terjadi salah paham.

Saya sangat mengharapkan kepada saudara sekalian untuk membaca secara saksama sehingga tidak menimbulkan terjadinya salah paham tentang tulisan sederhana ini. Berharap pula, semua stakeholder atau pun lembaga terkait lainnya dapat membaca ini. 

Harapan saya, semua stakeholder atau kepada pihak terkait dapat membacanya. Dan terkhusus untuk adik-adik SD, SMP,  SMA masa kini bisa merefleksikan. 

Khusus untuk adi-adik mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA,  masa kini, catatan ini bisa menjadi sebuah refleksi bersama. Juga orangtua murid/wali lebih mawas diri lagi mengambil sikap. Kepada para orangtua murid/ wali,  tulisan ini menjadi pesan berbeda untuk lebih mawas diri dalam mengambil sikap. Itu harapan! 

Pada zaman dahulu kala, saya juga melalui proses pendidikan dari tingkat dasar sampai menengah atas.  Saya juga pernah mengalami, melewati proses pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat menengah atas. Waktu kita berbeda, saya zaman dahulu kala,  dan anda zaman now.

Sedikit curhat, ketika saya melalui proses pendidikan itu, banyak kenangan "pahit" dan "manis" yang saya lalui. Ketika saya melewat proses pendidikan keras pada zamanku, ada banyak kenangan. Pahit dan manis menjadi bagian penting dari proses itu. Ini hanyalah sedikit curhat kecil. Di mana, didikan guru saya saat itu sangat mendidik saya untuk menjadi manusia yang baik. 

Didikan guru saat itu, menakutkan! Tetapi terasa mendidik saat sekarang disadari oleh tiap-tiap kita yang mengalami. Mereka mendidik saya dan saya merasa terdidik untuk menjadi manusia baik hari ini. Saat itu pun tidak ada regulasi yang mengekang guru saya untuk batasi didikannya terhadap saya.

Regulasi belum dikenal, guru belum dikekang seperti sekarang. Saya dan mungkin anda mendapatkan didikan tak terbatas, termasuk dihantam dengan mistar di pantat, hhhh ini benar-benar nyata, bukan karangan, tanya saja pada mereka. Pasti diceritakan dengan penuh bangga. Itulah guru dulu, keras tetapi dirindukan, bengis tapi disayang, karena didikannya penuh makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun