Mohon tunggu...
Bung Parulian
Bung Parulian Mohon Tunggu... Administrasi - Parlemen Jalanan

Tabea Hormate Ina Ama Pisarana U Ipewe Saparua Imanuel Anakotta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memerdekakan Indonesia dari Kemalasan

13 Agustus 2018   20:00 Diperbarui: 13 Agustus 2018   20:20 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa Kita Sudah Merdeka? (Naskah Monolog Putu Wijaya)

 Sepenggal kata yang tertera pada naskah Putu Wijaya ini sempat menarik perhatian para penikmat seni teater di Indonesia. Dimana dalam monolog ini menggambarkan problematika Bangsa Indonesia di era kemerdekaan. 

Dimana dalam usia kemerdekaan Bangsa Indonesia yang akan memasuki 73 tahun, banyak ditemui problema dalam kehidupan kenegaraan yang menyangkut aspek pembangunan dan pertumbuhan dari Bangsa Indonesia sendiri. Kesejahteraan dan keadilan sosial masih menjadi trending topic dalam pembahasan permasalahan di negeri ini.

Sampai pada usia kemerdekaan yang ke 73 tahun ini, banyak rakyat Indonesia yang masih mempertanyakan status kemerdekaan dan esensial dari reformasi yang terjadi 20 tahun yang lalu. Dimana rakyat terkhususnya generasi muda Indonesia yang mengambil peran besar dalam kemerdekaan dan reformasi yang terjadi di negeri ini mulai mempertanyakan soal keadaan Bangsa Indonesia yang dianggap belum memenuhi tuntutan dari kemerdekaan itu sendiri. 

Banyak yang merasa bahwa kemerdekaan sesungguhnya belumlah dirasakan seutuhnya leh segenap rakyat di Bumi Nusantara ini. Perasaan ini muncul akibat pandangan rakyat mengenai angka kemiskinan di Indonesia yang belum diatasi secara maksimal dan pembangunan yang belum mencapai tahap pemerataan di beberapa wilayah di Indonesia.

Dalam kondisi bangsa yang seperti ini, penulis melihat dari kacamata penulis dimana proses pembangunan yang belum erata dan kesejahteraan rakyat yang masih rendah bukanlah masalah pemerintah sendriri atau bukanlah sesuatu yang hanya diurus sendiri oleh pemerintah Republik Indonesia. 

Namun seluruh permasalahan ini merupakan tugas yang harus diemban oleh seluruh rakyat Indonesia, terkhsusnya generasi muda bangsa sebagai penerus tongkat estafet dari perjuangan para pahwlan dan generasi sebeumnya yang berjuang demi tumpah darah Indonesia.

Putu Wijaya sendri mengulik permasalahan ini dari kaca mata yang berbeda, dimana dalam naskah monolog sang satrawan ini digambarkan satu keadaan kesejahteraan bangsa yang rendah dan proses pembangunan yang masih saja terhambat ini disebabkan oleh virus MALAS yang masih melekat pada generasi muda saat ini. 

Kemalasan ini ditarik menjadi satu kesimpulan lain bagi permasalahan bangsa dikarenakan banyak generasi penerus bangsa yang harusnya menjadi pioner bagi pembangunan dan pembebasan kesejahteraan rakyat malah berubah keadaan.

Pertama, generasi muda masih berada pada kondisi galau yang berkepanjangan. kegalauan yang terjadi diakibatkan oleh ketidakmampuan generasi muda dalam mengatasi kekurangan dan kelemahan dirinya untuk bersaing dan lebih memilih untuk duduk diam menanti ajal kemiskinan dan kelaparan serta kebodohan yang akan menjemputnya. generasi muda saja seperti demikian, bagaimana lagi dengan rakyat yang lain?

tirto.id
tirto.id
Kedua, minimnya partisipasi masyarakat dan generasi muda dalam pembangunan dan pengatasan masalah yang dihadapi oleh bangsa juga menjadi salah atu faktor yang menyebabkan terinfeksinya kehidupan generasi muda oleh VIRUS MALAS yang marak terjadi dan cenderung terselubung alam awan zona nyamannya rakyat Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun