DODI Reza Alex resmi dilantik sebagai Bupati Musi Banyuasin (MUBA) priode 2017-2022. Bersama wakilnya Beni Hernedi, ia dilantik oleh Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin di Palembang Sport and Convention Centre (PSCC), Senin, 22 Mei 2017. Alex merupakan ayah dari Dodi, yang juga pernah memimpin Muba pada tahun 2002-2007, 2007-2008. Ditangan Alex, banyak yang menyebut Muba maju pesat bahkan mengalahkan daerah lainnya. Sehingga wajar ia naik kelas menjadi Gubernur menggantikan Syahrial Oesman. Akankah kesuksesan itu berlanjut pada “putra mahkota” Dodi Reza ?
Dodi bukanlan yang pertama, anak seorang pejabat atau politikus yang ikut terjun ke politik hingga menjadi Bupati di daerah itu. Ahmad Wazir Noviadi misalnya, ia berhasil meneruskan kepemimpinan ayahnya Mawardi Yahya (bupati 2005-2015) di kabupaten Ogan Ilir. Demikian juga dengan politikus muda Golkar Yan Anton Ferdian yang berhasil melanjutkan ide dan gagasan ayahnya Amirrudin Inoed (2003-2013) dalam memimpin Banyuasin. Sayangnya baik Novi maupun Yan harus melepaskan jabatannya diawal kepemimpinan mereka karena tersandung kasus pidana.
Sebagaimana diketahui, Ahmad Wazir Noviadi dilantik sebagai bupati Ogan Ilir pada 16 Februari 2016. Belum genap dua bulan berdinas, ia ditangkap oleh petugas BNN karena mengonsumsi Narkoba di kediaman orang tuanya di Palembang. Selang beberapa hari, jabatannya resmi diserahkan pada wakilnya Ilyas Panji Alam. Kemudian pengadilan memvonisnya bersalah karena kasus itu. Kisah tragis juga tercatat di kabuapten Banyuasin. Yan Anton harus merelakan kursi empuknya diserahkan pada wakilnya SA. Supriono. Yan hanya mampu bertahan selama 3 tahun lantaran tersandung kasus korupsi di daerah itu. Kini ia divonis 6 tahun penjara.
Berkaca Pada Novi dan Yan Anton
Dodi Reza bisa dibilang bukanlah politikus karbitan yang sengaja dimunculkan untuk memenuhi ambisi politik keluarganya. Pasalnya Dodi telah berpengalaman selama dua priode menjadi politisi senayan dari partai Golkar. Lima tahun yang lalu, ia juga mencalonkan diri dalam pemilihan bupati di Muba. Namun ketika itu ia belum beruntung lantaran bersama pasangannya Islan Hanura dikalahkan oleh Pahri Azhari-Beni Hernedi. Selain itu Dodi juga dipastikan memiliki pengalaman yang banyak dibidang organisasi kemasyarakatan serta organisasi profesi karena dia juga tercatat sebagai pengusaha.
Meskipun demikian masih banyak orang mengatakan keberhasilan Dodi menjadi politikus tidak lepas dari peran ayahnya Alex Noerdin maupun sang kakek Noerdin Pandji yang tercatat sebagai prajurit TNI dan pensiun dini dengan beralih menjadi politikus. Anggapan lainnya menyebutkan Dodi merupakan wujud dari masih berkembangnya politik dinasti. Boleh saja suara miring itu terus bergaung karena itu hak dalam menyampaikan pendapat. Tentu argument disampaikan dengan alasan yang kuat. Menyangkut hal ini Alex menanggapinya santai. Menurutnya keberhasilan Dodi memenangi Pilkada Muba merupakan jerih payah dan kerja kerasnya selama bertahun-tahun bukan jabatan warisan dari ayahnya. Alasan itu ada benarnya karena Alex telah meninggalkan Muba semenjak tahun 2008 ketika saat itu ia memutuskan menantang pertahana Syahrial Oesman dalam pemilihan gubernur.
Hanya saja yang perlu dicermati Dodi bahwa jabatan yang ia emban merupakan amanat dari sebagian besar warga Muba. Rakyat yang telah memilihnya tentu berharap daerah yang konon kaya akan gas, batubara dan hasil pertanian ini, ingin agar bisa tampil lebih maju lagi. Rakyat harus lebih sejahtera lagi. Jangan sampai amanat yang diberikan digunakan untuk memperkaya diri sendiri dan kelompok. Jangan pula jabatan tersebut harus berakhir karena tersandung kasus asusila, korupsi, penyalahgunaan Narkoba dan tindak melanggar hukum lainnya. Karena biasanya ketika sudah berada diatas, banyak orang lupa pada orang dibawahnya.
Sekali lagi, Dodi harus berkaca pada dua juniornya Novi dan Yan Anton. Cukuplah kedua politikus muda Golkar itu yang tersandung kasus yang mengharuskannya “pensiun dini”. Ia harus membuktikan jabatan yang ia emban benar-benar merupakan hasil kerja keras bukan warisan politik. Sehingga dengan itu, diharapkan ia bisa bekerja sesuai dengan koridor yang berlaku. Berpikir untuk kemajuan rakyatnya merupakan suatu keharusan. Bila memiliki prestasi yang cemerlang, sudah pasti akan membekas hingga ke akar rumput. Dan bisa jadi keberhasilan itu dapat dijadikan modal untuk memimpin Sumsel priode lima tahun kedepan bukan tahun depan. (pharliza@gmail.com)