Mohon tunggu...
Parliza Hendrawan
Parliza Hendrawan Mohon Tunggu... -

sy, laki-laki 32 tahun tinggal di Palembag (ini data 2010) ketika baru bergabung

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pelantikan Bupati Muba dan Catatan Buruk Politik Turunan

23 Mei 2017   05:30 Diperbarui: 23 Mei 2017   08:14 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DODI Reza Alex resmi dilantik sebagai Bupati Musi Banyuasin (MUBA) priode 2017-2022. Bersama wakilnya Beni Hernedi, ia dilantik oleh Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin di Palembang Sport and Convention Centre (PSCC), Senin, 22 Mei 2017. Alex merupakan ayah dari Dodi, yang juga pernah memimpin Muba pada tahun 2002-2007, 2007-2008. Ditangan Alex, banyak yang menyebut Muba maju pesat bahkan mengalahkan daerah lainnya. Sehingga wajar ia naik kelas menjadi Gubernur menggantikan Syahrial Oesman. Akankah kesuksesan itu berlanjut pada “putra mahkota” Dodi Reza ?

Dodi bukanlan yang pertama, anak seorang pejabat atau politikus yang ikut terjun ke politik hingga menjadi Bupati di daerah itu. Ahmad Wazir Noviadi misalnya, ia berhasil meneruskan kepemimpinan ayahnya Mawardi Yahya (bupati 2005-2015) di kabupaten Ogan Ilir. Demikian juga dengan politikus muda Golkar Yan Anton Ferdian yang berhasil melanjutkan ide dan gagasan ayahnya Amirrudin Inoed (2003-2013) dalam memimpin Banyuasin. Sayangnya baik Novi maupun Yan harus melepaskan jabatannya diawal kepemimpinan mereka karena tersandung kasus pidana.

Sebagaimana diketahui, Ahmad Wazir Noviadi dilantik sebagai bupati Ogan Ilir pada 16 Februari 2016. Belum genap dua bulan berdinas, ia ditangkap oleh petugas BNN karena mengonsumsi Narkoba di kediaman orang tuanya di Palembang. Selang beberapa hari, jabatannya resmi diserahkan pada wakilnya Ilyas Panji Alam. Kemudian pengadilan memvonisnya bersalah karena kasus itu. Kisah tragis juga tercatat di kabuapten Banyuasin. Yan Anton harus merelakan kursi empuknya diserahkan pada wakilnya  SA. Supriono. Yan hanya mampu bertahan selama 3 tahun lantaran tersandung kasus korupsi di daerah itu. Kini ia divonis 6 tahun penjara.

Berkaca Pada Novi dan Yan Anton

Dodi Reza bisa dibilang bukanlah politikus karbitan yang sengaja dimunculkan untuk memenuhi ambisi politik keluarganya. Pasalnya Dodi telah berpengalaman selama dua priode menjadi politisi senayan dari partai Golkar. Lima tahun yang lalu, ia juga mencalonkan diri dalam pemilihan bupati di Muba. Namun ketika itu ia belum beruntung lantaran bersama pasangannya Islan Hanura dikalahkan oleh Pahri Azhari-Beni Hernedi. Selain itu Dodi juga dipastikan memiliki pengalaman yang banyak dibidang organisasi kemasyarakatan serta organisasi profesi karena dia juga tercatat sebagai pengusaha.

Meskipun demikian masih banyak orang mengatakan keberhasilan Dodi menjadi politikus tidak lepas dari peran ayahnya Alex Noerdin maupun sang kakek Noerdin Pandji yang tercatat sebagai prajurit TNI dan pensiun dini dengan beralih menjadi politikus. Anggapan lainnya menyebutkan Dodi merupakan wujud dari  masih berkembangnya politik dinasti. Boleh saja suara miring itu terus bergaung karena itu hak dalam menyampaikan pendapat. Tentu argument disampaikan dengan alasan yang kuat. Menyangkut hal ini Alex menanggapinya santai. Menurutnya keberhasilan Dodi memenangi Pilkada Muba merupakan jerih payah dan kerja kerasnya selama bertahun-tahun bukan jabatan warisan dari ayahnya. Alasan itu ada benarnya karena Alex telah meninggalkan Muba semenjak tahun 2008 ketika saat itu ia memutuskan menantang pertahana Syahrial Oesman dalam pemilihan gubernur.

gubernur-sumsel-alex-noerdin-melantik-putra-sulungnya-sebagai-bupati-muba-senin-pharlizaatgmail-com-59236641549773470da076ab.jpg
gubernur-sumsel-alex-noerdin-melantik-putra-sulungnya-sebagai-bupati-muba-senin-pharlizaatgmail-com-59236641549773470da076ab.jpg
Untuk sementara waktu, saya sepakat dengan itu bahwa Dodi terpilih bukan karena warisan. Karena itulah kenyataannya pada priode sebelumnya Muba di pimpin oleh orang lain: Pahri Azhari dan dilanjutkan oleh Beni dan pelaksana tugas dan penjabat bupati. Namun tidak bisa dipungkiri peran Alex sebagai pribadi, gubernur dan ketua DPD Partai Golkar tentu masih ada. Hal itu bukanlah tindakan illegal apalagi melanggar Undang-undang. Adalah hak semua individu dan anak bangsa untuk ikut dipilih dan memilih dalam setiap musim pemilihan kepala daerah.

Hanya saja yang perlu dicermati Dodi bahwa jabatan yang ia emban merupakan amanat dari sebagian besar warga Muba. Rakyat yang telah memilihnya tentu berharap daerah yang konon kaya akan gas, batubara dan hasil pertanian ini, ingin agar bisa tampil lebih maju lagi. Rakyat harus lebih sejahtera lagi. Jangan sampai amanat yang diberikan digunakan untuk memperkaya diri sendiri dan kelompok. Jangan pula jabatan tersebut harus berakhir karena tersandung kasus asusila, korupsi, penyalahgunaan Narkoba dan tindak melanggar hukum lainnya. Karena biasanya ketika sudah berada diatas, banyak orang lupa pada orang dibawahnya.

Sekali lagi, Dodi harus berkaca pada dua juniornya Novi dan Yan Anton. Cukuplah kedua politikus muda Golkar itu yang tersandung kasus yang mengharuskannya “pensiun dini”. Ia harus membuktikan jabatan yang ia emban benar-benar merupakan hasil kerja keras bukan warisan politik. Sehingga dengan itu, diharapkan ia bisa bekerja sesuai dengan koridor yang berlaku. Berpikir untuk kemajuan rakyatnya merupakan suatu keharusan. Bila memiliki prestasi yang cemerlang, sudah pasti akan membekas hingga ke akar rumput. Dan bisa jadi keberhasilan itu dapat dijadikan modal untuk memimpin Sumsel priode lima tahun kedepan bukan tahun depan. (pharliza@gmail.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun